Kalau ada typo ditandai aja plis.
Biar aku mudah buat revisinya.Happy reading! :)
***
Gigi masih nyenyak di dalam selimut tebal bergambar bendera Amerika Serikat. Enggan untuk membuka matanya karena hawa ibu kota cukup dingin. Terlebih dini hari hujan mengguyur ibu kota dengan sangat deras. Memang sangat cocok jika hari minggu kali ini digunakan untuk bermalas-malasan di bawah selimut tebal.
Gigi yang merasakan selimutnya ditarik kontan meringkuk layaknya janin, memeluk tubuhnya sendiri karena dinginnya AC menusuk kulitnya. Apalagi gadis itu tidur hanya memakai celana pendek dan kaos oblong berwarna putih.
"Gigi?" panggil seseorang yang menarik selimutnya tadi.
Gigi bergeming. Sebab gadis itu menikmati mimpi indahnya yang sedang berjalan-jalan di kota Los Angeles bersama Nash Grier.
"Gigi, bangun." Seseorang itu duduk di sisi ranjang. Jemarinya kembali menyelimuti tubuh Gigi karena kasihan melihat gadis itu kedinginan.
Masih sama. Gigi tetap bergeming. Bahkan tidak bergerak sedikit pun. Napasnya pun teratur karena masih bergelut dengan mimpinya.
Seseorang itu berdecak sambil menggelengkan kepalanya melihat Gigi tidak mengindahkannya. Jemarinya bergerak mengusap pelan pipi Gigi, yang membuat sang empu semakin nyaman dalam tidurnya.
"Gigi, bangun. Sekarang udah jam 8. Katanya kamu mau ikut nganter aku ke bandara," ucapnya masih mengusap pipi Gigi.
Gigi menautkan kedua alisnya. Dengan mata yang masih terpejam, samar-samar dia mendengar suara itu. Suara Saga. Benarkah? Atau memang itu suara dari mimpinya?
"Aku take off hampir jam 12, Gi. Kamu nggak jadi ikut nganterin?" tanya Saga.
Gigi mengucek kedua matanya. Kelopak matanya terbuka. Menatap Saga yang tengah duduk di sisi ranjang dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya. Justru terlihat seperti memicingkan mata.
"Gue halusinasi atau lagi mimpi? Ngapain Bang Saga di kamar gue? Kurang kerjaan banget," gumam Gigi dengan nyawa yang masih belum terkumpul seutuhnya.
Saga menarik sudut bibirnya tipis dengan reaksi Gigi yang masih belum juga menyadari jika Gigi tidak sedang berhalusinasi atau pun bermimpi.
"Kamu nggak mandi?" tanya Saga.
Gigi tidak menjawab pertanyaan Saga. Gadis itu justru bergumam sendirian. "Gue tahu kalau gue orang paling beruntung karena bisa jadian sama Bang Saga. Tapi, bisa nggak, gue nggak halu begini?"
Karena gemas dengan tingkah laku Gigi, kontan Saga mencubit kedua pipi Gigi pelan.
"Ini siapa sih yang di kamar gue? Bang Saga beneran bukan?" tanya Gigi pada dirinya sendiri.
Gigi menendang bahu Saga dengan kaki kirinya yang terbalut kaus kaki berwarna kuning ukuran semata kaki. Karena Gigi penasaran apakah itu Saga atau hanya khayalannya saja.
Saga yang ditendang Gigi langsung terjatuh ke lantai yang beralaskan karpet bulu. Untung saja ada karpet, jadi pantat lelaki itu tidak terlalu sakit. Sebab, tendangan Gigi memang lumayan kuat membuatnya terjungkal ke belakang.
"Ouch!" ringis Saga.
Gigi langsung mendudukkan tubuhnya. Melihat Saga yang tengah mengusap pantatnya yang sakit.
Gigi yang nyawanya baru berkumpul seutuhnya mengerjapkan matanya berkali-kali. Netranya membeliak tidak percaya. Saga sedang di kamarnya? Membangungkannya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Novela JuvenilSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...