Feelings - 14

789 70 37
                                    

Abi mengambil ponsel yang ada di sakunya sambil menunggu Elia turun ke bawah. Elia tengah berdandan untuk datang ke acara pentas seni. Karena tidak ada dress code dalam acara pentas seni, Elia mengenakan celana jeans berwarna hitam dengan atasan tanktop yang diberi cardigan. Serta sneakers putih bercorak bendera England.

Elia menyemprotkan parfum ke seluruh badannya. Tangannya membetulkan anak rambut yang sudah dicepol rapi. Gadis itu kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Merasa puas dengan penampilannya, Elia memasukkan kaca, lipstick dan sisir ke dalam sling bag.

Elia segera turun ke bawah menghampiri Abi yang sudah menunggunya.

"Yuk berangkat," ajak Elia.

Abi bangkit dari kursinya, bertanya, "Tante Karin ke mana?"

"Lagi di atas. Sibuk mau ngasih gue adek," jawab Elia santai. "Ayo berangkat, Bi." Elia mendorong punggung Abi untuk segera keluar.

"Bercandaan lo, El," Abi menoleh ke belakang sambil menggelengkan kepalanya. "Gue belum pamit, nih."

Elia memutar bola matanya malas. Kenapa pula ucapannya dianggap bercanda? Tangan Elia masih terus mendorong punggung Abi. "Yakali gue ngelawak. Dibilangin nyokap gue sibuk bikinin gue adek, sih. Jadi nggak usah diganggu dulu. Nanti yang ada gue nggak dapet adek baru lagi."

Abi menatap Elia tak percaya. Sahabatnya kenapa jadi blak-blakan dengan masalah orang dewasa? Elia menaikkan sebelah alisnya sebagai pertanyaan. Abi membuka mulutnya ingin bertanya, tapi diurungkan niat itu mengingat sebentar lagi pentas seni akan dimulai. Abi menggelengkan kepalanya. Elia mengangkat kedua bahunya acuh dan mengunci gerbang rumahnya. Setelahnya mereka berderap masuk ke dalam mobil.

Abi memberhentikan mobilnya di depan rumah Gigi. Gigi sudah berdiri di depan pagar. Dengan mengenakan ripped jeans berwarna gray. Serta kemeja kotak-kotak lengan pendek berwarna kuning hitam.

Tidak lupa sneakers yang sama seperti yang dikenakan Elia. Sebab Elia sengaja meminta Gigi untuk memakai sneakers yang sama. Gigi segera masuk ke dalam mobil. Dia duduk di samping kemudi.

"Aunty Kay di rumah 'kan, Gi?" tanya Abi.

"Yoi."

"Gue masuk pamit dulu, ya?" izin Abi hendak membuka seatbelt-nya tapi ditahan Gigi.

"Jangan! Lo nggak denger Vio lagi nangis kejer begitu?"

"Kakak huwe, Pio mau ikut kakak huwe. Kakak," teriak Vio menangis sangat keras.

Abi menganggukkan kepalanya. Dan menyalakan mesin mobilnya membelah malam ibu kota. Mereka sengaja berangkat bertiga. Sebab pentas seni tidak untuk umum dan hanya untuk lingkungan sekolah. Seandainya untuk umum, sudah pasti Elia akan datang bersama Dharma.

***

Mobil Abi masuk ke parkiran sekolah yang sudah nampak penuh. Mereka bertiga langsung keluar dari mobil setelah terparkir.

"Elia!" teriak perempuan melambaikan tangannya pada Elia.

"Hai," Elia membalas lambaian tangan temannya. "Gue sama temen dulu, ya," pamit Elia pada Gigi dan Abi.

"Iya, El," jawab Gigi.

Elia berlari ke tempat temannya yang tadi menyapanya. Sementara Gigi dan Abi langsung berjalan ke tempat pensi. Di depan panggung sudah banyak siswa yang datang dan nampak sibuk bersama gerombolan masing-masing menunggu acara dimulai. Abi dan Gigi masuk ke ruangan khusus untuk yang ikut berpartisipasi. Gigi melebarkan matanya melihat ruangan itu juga nampak penuh.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang