Feelings - 16

815 68 13
                                    

Gigi berderap menuruni anak tangga dengan mata setengah terpejam. Tangannya berpegangan kuat pada besi pembatas. Takut jika tanpa sengaja jatuh dari tangga. Gadis itu membuka sebelah matanya begitu wangi makanan mengusik indera penciumannya.

"Wah! Mami bikin rendang ati ayam ini!" serunya membuka mata sempurna. Dengan cepat Gigi menuruni anak tangga dan berlari ke dapur.

Gigi mendekati Kayla yang baru saja mematikan kompor.

"Wah! Beneran!"

Kayla yang tidak menyadari kehadiran Gigi dan mendengar seruan anaknya itu kontan berjingkat kaget.

"Anak nakal! Kaget tahu." Kayla menepuk pantat Gigi.

"Ah! Mami! Sakit, ih!" Gigi berteriak dengan mengusap pantatnya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Apa sih, pagi-pagi udah pada ribut." Suara bass dan berat dari belakang mengagetkan ibu dan anak itu.

Kontan saja Gigi dan Kayla menoleh. Melihat Vanka yang sudah rapi dengan kemeja berwarna brown dan celana bahan berwarna hitam, sambil menggendong Vio yang juga sudah rapi dengan bedak baby yang ada di wajahnya menandakan kalau balita itu sudah mandi.

Aduh, suamiku hot papa banget, sih, batin Kayla.

"Loh? Tumben Baba udah rapi. Biasanya juga jam segini masih tidur di kasur," ujar Gigi dengan alis tertaut. Karena memang biasanya Babanya berangkat dari rumah pukul 08.00.

"Iya, persiapan meeting pagi." Vanka mendudukkan Vio di kursi meja makan. "Kamu kok belum mandi?" tanyanya melihat Gigi yang masih mengenakan piyama.

Kayla yang menaruh masakannya ke piring kontan menoleh. Memerhatikan Gigi yang ternyata benar masih mengenakan piyama.

"Heh, sana mandi. Ngapain kamu ke sini?"

"Makan dulu lah," jawab Gigi cengengesan berderap ke meja makan dan menarik kursi di samping Vio.

"Nggak! Sana mandi dulu."

"Nggak mau." Gigi menggelengkan kepalanya tegas.

"Mandi."

"Nggak, Mama, ih!"

"Kakak." Suara Vanka membuat Gigi mengentak-entakkan kaki dan menggembungkan kedua pipinya kesal.

"Gigi mau makan dulu, Baba."

"Mandi dulu sana. Berangkat sekolahnya sama Baba. Baba yang nganter," ujar Vanka menggerakkan dagunya ke arah tangga. Supaya anaknya itu segera menuju kamar dan mandi.

"Gendong," ujar Gigi merentangkan kedua tangannya.

Kayla mendelik. Gigi menjulurkan lidahnya. Sementara Vanka berdiri dari kursinya dan berderap mendekati Gigi. Gigi berdiri di kursi dan langsung mengalungkan tangannya ke leher Vanka.

"Tuh, kebanyakan di manjain. Masa udah SMA masih minta gendong," ucap Kayla.

"Nggak boleh! Babakuuu! Kakak jahat!" jerit Vio tidak suka kala Gigi sudah berada dalam gendongan Vanka.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang