Embusan napas panjang kembali terdengar. Netra cokelat terang itu tak lepas untuk tak memandangi cowok di depannya. Yang nampak sibuk memakan snack dengan kepala menunduk. Sebab jemari satunya sibuk menekan atau menggeser layar benda persegi panjang berwarna abu itu.
Gigi kembali mengembuskan napas panjang disertai dengusan kesal. Ia jengah tidak diindahkan oleh cowok di depannya. Padahal dia bercerita mengenai masalah cowok itu juga. Namun, yang didapatkannya hanya sebuah gumaman. Masih untung jika mata cowok itu menatapnya saat dia berbicara, tapi kenyatannya adalah cowok itu tidak memindahkan pusat perhatiannya selain pada benda persegi panjang itu. Seolah benda itu separuh nyawanya.
Dengan perasaan kesal, Gigi mengambil ponsel Jota. Kontan Jota mendongakkan kepalanya. Matanya menyipit tajam, tidak suka dengan yang dilakukan Gigi. Gigi tak acuh. Sebab ia juga merasa kesal. Memangnya enak berbicara panjang lebar hanya ditanggapi sebuah gumaman?
"Gigi, sini, balikin HP gue," pinta Jota.
"Nggak mau. Lagian gue dari tadi cerita lo kacangin," tolak Gigi.
Gigi dan Jota sedang berada di kantin sekolah. Sebab hari ini adalah jadwal kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti mereka. Karate. Namun, mereka memilih berangkat lebih cepat supaya bisa bersantai di kantin lebih dulu.
"Sini balikin, Jones." Jota berusaha merebut ponselnya yang di pegang Gigi menggunakan tangan kiri.
"Nggak!" tolak Gigi. "Lagian, lo ngapain sih sampai segitu sibuknya sama HP?" tanya Gigi meninggikan alisnya.
"I-itu tadi Bang Saga nanya gue, lo lagi apa. Iya itu. Bang Saga nanya gue," jawab Jota sedikit gugup.
Gigi memicingkan matanya curiga. Dia sangat tidak percaya dengan yang diucapkan Jota. Sebab Saga sedang ada acara dengan teman SMAnya. Dan lelaki itu memberi tahu Gigi beberapa menit yang lalu. Melihat gelagat Jota yang memilih berbohong membuat Gigi mengernyitkan keningnya dalam.
"Bohong. Orang Bang Saga habis line gue."
"O-oh ... Abi yang nanya. Iya. Bukan Bang Saga, tapi Abi."
"Ngapain Abi nanya gitu ke gue? Kurang kerjaan banget."
"Mana gue tahu." Jota mengangkat kedua bahunya.
"Ya udah sih ya, gue cek sendiri aja." Gigi menekan tombol power on off ponsel Jota.
"Jangan!" teriak Jota.
Lagi, Gigi mengernyitkan keningnya dalam. "Kenapa? Jangan-jangan lo lihat video yang nggak-nggak, ya?"
"Bukan!" tegas Jota. "Sini balikin HP gue." Jota berusaha mengambil ponselnya, tapi Gigi menjauhkan tangannya dari jangkauan Jota.
"Gue curiga." Jempol Gigi menggeser slide ponsel Jota. Untung saja tidak diberi passcode.
"Jangan dibuka!"
Gigi tidak menggubris ucapan Jota. "Kenapa coba... ah—"
Jota mengambil paksa ponselnya dari tangan Gigi.
"Kalau gue bilang jangan ya jangan! Setiap orang itu punya privacy sendiri-sendiri! Jadi nggak usah kepo! Hargai privacy gue!" teriak Jota setengah membentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Ficção AdolescenteSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...