Feelings - 13

802 78 52
                                    

Getaran di laci meja membuat jemari kiri Jota bergerak merogoh benda persegi panjang. Keningnya mengerut membaca pesan LINE yang dikirimkan EJ.

EJ

Ke ruang OSIS. Bantuin nyusun kertas. Sekalian bolos pelajaran jam ketiga, empat

Yogs. Otw gw

Setelah membalas LINE EJ, Jota beranjak dari kursinya. Meninggalkan kelas yang begitu riuh karena pergantian jam pelajaran ketiga, yang artinya dua jam pelajaran Fisika telah usai. Cowok itu berderap di koridor sendirian. Sejurus kemudian alisnya meninggi mendapati Gigi di depan sana, tepatnya di dekat musala, tengah tertawa sampai berjongkok dengan Abi.

Bukankah ini baru pergantian jam pelajaran ketiga? Lantas, untuk apa Gigi dan Abi di dekat musala? Jota memilih tak acuh. Cowok itu melangkahkan kakinya ke ruang OSIS yang terletak di belakang musala. Sebab mungkin EJ sudah membutuhkan bantuannya.

"Udah kelar semua wacananya?" tanya Jota begitu membuka ruang OSIS dan melihat EJ yang tengah sibuk menyusun kertas.

"Udah. Nanti sore dekorasi panggungnya dateng," jawab EJ tetap fokus pada kertas di depannya.

Jota mengangguk-anggukkan kepalanya. Cowok itu berderap dan mengambil duduk berhadapan dengan EJ. Yang dibatasi meja kayu panjang.

"Bagus deh kalau begitu," ujarnya. "Besok sekolah libur apa masuk?"

"Nggak tahu deh. Kayaknya sih masuk. Lagian acara pensinya juga malem. Mungkin cuma jam kosong aja."

"Yang ikut partisipasi tampil di pensi banyak?"

"Hmm, lumayan. 'Kan udah kita bikin per kelas harus ikut partisipasi. Tapi, ada juga sih yang lebih dari satu per kelasnya." EJ menyodorkan selembar kertas yang berisi nama-nama pengisi acara malam pentas seni esok.

Jota menerima kertas putih itu. Membacanya saksama dari atas ke bawah. Jota mengernyit, tak percaya. Cowok itu mengerjapkan matanya siapa tahu sedang bermasalah dengan penglihatannya. Namun, nyatanya tidak. Yang tertulis di sana tidak berubah.

"Gigi jadi ikut partisipasi?" tanya Jota sangsi, masih mengamati kertas yang di pegangnya.

Sebab itu pertama kalinya Gigi mau untuk ikut berpartisipasi dalam acara pentas seni. Dipaksa pun gadis itu selalu menolak dengan tegas. Kecuali acara lomba-lomba, dia langsung mau dan mengiyakan tanpa berpikir panjang. Berpikir pun karena harus memilih salah satu lomba yang jadwalnya bentrok satu sama lain.

Maka dari itu kala Gigi berseru ingin berpartisipasi, Jota asumsikan Gigi main-main dengan ucapannya. Ternyata tidak.

"Iya. Ngeband katanya," jawab EJ.

"Sama siapa aja? 'Kok dia nggak cerita sama gue?" Jota meletakkan kertas itu di meja.

EJ mengangkat kedua bahunya acuh. "Nggak tahu. Setiap gue tanya jawabnya kepo mulu."

"Hahaha emang deh si Gigi." Jota tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Selalu bersikap menyebalkan dengan siapa saja.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang