Kalau ada typo ditandai, ya. Biar mudah revisinya.
Selamat membaca :)
***
Bilal memberikan bungkus rokok dan pemantiknya pada Reyhan. Reyhan menerimanya dengan senang hati. Cowok itu menyelipkan rokok di sela-sela bibirnya. Reyhan menyalakan pemantik rokok.
"Hidup indah banget, ya," gumam Reyhan setelah mengembuskan asap dari isapan rokoknya.
"Hidup lo, Rey. Gue nggak," cibir Bilal ikut menyesap rokok tapi berakhir dengan terbatuk-batuk.
Reyhan terkekeh pelan sambil mencibir. "Badboy kayak lo aneh juga ya, nggak bisa sama rokok."
"Diem lo, ah!" Bilal membuang rokok yang masih utuh itu ke tong sampah. Kesal tentunya. Sebab Bilal tidak pernah bisa menikmati nikotin yang kata orang-orang itu bisa menenangkan pikiran.
Reyhan tertawa keras membuat matanya membentuk garis lurus. Maklum, Reyhan memiliki mata sipit. Bilal mendengkus kesal. Reyhan berdeham untuk meradakan tawanya. Walau sejujurnya cowok itu masih ingin mengejek Bilal lagi.
"Gimana Gigi?" tanya Reyhan.
Bilal kontan menoleh ke arah Reyhan seraya menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti. "Maksud lo?"
Reyhan mencebikkan bibirnya. "Alah, nggak usah berlagak bego. Sejak kapan lo dekat sama cewek? Nggak pernah tuh sekali pun gue lihat ada cewek di dekat lo kalau nggak mau kena sikap jail lo. Kecuali emang kalau ceweknya punya nyali kayak Alecia karena cari muka."
Memang Bilal tidak pernah membiarkan cewek mana pun untuk mendekatinya. Seolah cowok itu memiliki batas teritorial yang tidak bisa di dekati orang lain. Terlebih semacam Alecia yang tidak pernah menyerah untuk mencari perhatian Bilal.
Bukannya apa. Bilal hanya tidak tertarik untuk dekat dengan perempuan saat ini. Bukan berarti Bilal gay. Bilal laki-laki normal. Sungguh. Bilal hanya tidak ingin terikat suatu hubungan yang tentu saja nanti bisa membuat salah satu merasakan yang namanya patah hati. Sebisa mungkin Bilal menghindari itu.
Maka dari itu Bilal enggan berdekatan dengan gadis. Terutama yang tertarik padanya. Kalau pun ada yang nekat mendekatinya, Bilal akan menjailinya tanpa ampun. Seperti yang sering Bilal lakukan pada Alecia. Itu cara paling ampuh membuat orang yang memiliki keberania mendekatinya kemungkinan besar akan mengurungkan niatnya.
"Gue sama Gigi cuma teman, Rey," ucap Bilal.
"Teman yang sebentar lagi bertranformasi jadi pacar," ledek Reyhan sambil menyesap rokoknya yang tinggal setengah.
"Ngaco lo, Rey!"
"Nggak ada gue ngaco."
"Gigi udah punya pacar."
"Oh, jadi lo tahu soal itu juga," Reyhan tersenyum mengejek. "Patah hati dong ya lo sekarang?" ledeknya.
Bilal memutar bola matanya jengah. "Gue itu ketemu Gigi nggak sengaja."
"Nggak sengaja gimana?" Reyhan menaikkan sebelah alisnya mulai penasaran.
"Kalau lagi ada waktu gue ceritain."
Reyhan melirik jam tangan di pergelangan tangannya. "Nggak usah sok sibuk. Lo sama gue lagi bolos jam pelajaran. Waktu lo masih banyak. Cepet ceritain."
Reyhan sambil membuang puntung rokoknya. Reyhan sudah penasaran setengah mati. Pertemuan seperti apa yang membuat sahabatnya itu bisa berteman dengan perempuan untuk pertama kali? Kalau biasanya Bilal terkesan banyak menghidar, sekarang tidak untuk seorang Gigi. Tentu Reyhan sedikit pensaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Teen FictionSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...