Feelings - 18

781 72 12
                                    

Gigi mematut dirinya di cermin. Jemarinya sibuk merapikan rambutnya yang tinggal sebahu itu. Mengembuskan napas, Gigi menarik sudut bibirnya ke atas. Membalikkan badannya, gadis itu mengambil tas punggung kecil yang tergeletak di atas ranjang. Kemudian, ia segera berlari keluar kamar.

Hari ini Gigi diajak jalan oleh Saga. Sebab, besok lelaki itu sudah harus berangkat ke Bali dan lusanya sudah jadwal rindam. Gigi tersenyum hingga lesung pipinya terlihat melihat Saga bersandar di pagar rumahnya.

Mengendap-endap tak ingin Saga mendengar derap langkahnya, Gigi meniup tengkuk Saga dari dalam rumah. Saga kontan menegakkan badannya dan menggidikkan kedua bahunya merasakan bulu kuduknya meremang. Lelaki itu menengok ke belakang. Gelengan kepala mewakili suaranya kala melihat Gigi melemparkan senyumannya.

"Berangkat?" tanya Saga, akhirnya.

"Mau ke mana?" Gigi balik bertanya sambil membuka pagar rumah.

Saga mengangkat kedua bahunya acuh. "Ngedate mungkin. 'Kan hari ini malam minggu."

"Haha Bang Saga ada-ada aja, sih." Gigi menggelengkan kepalanya sambil menutup pagar kembali.

Saga dan Gigi berderap menuju mobil Saga yang sudah terparik di depan rumah. Begitu masuk ke dalam mobil, Saga melesatkan mobilnya membelah ibu kota. Gigi sendiri tidak banyak bertanya. Membiarkan Saga mengemudi dengan tenang.

"Mau ke mana?" tanya Saga melirik Gigi sekilas.

Gigi yang sedari tadi melihat ke jalanan kontan menoleh ke arah Saga. "Bang Saga sendiri mau ngajak aku ke mana?"

"Kamu maunya ke mana?" Saga balik bertanya.

"Aku sih terserah Bang Saga aja. 'Kan Bang Saga yang ngajakin jalan."

Saga menganggukkan kepalanya. Menambah sedikit kecepatan mobilnya agar tidak terjebak macet. Sebab sebentar lagi jam pulang kerja.

Saga memarkirkan mobilnya. "Ayo, Gi."

Gigi menganggukkan kepalanya seraya melepas seatbelt dan keluar dari dalam mobil. Tujuan Saga kali ini di Kota Tua. Menikmati bangunan sejarah buatan Belanda.

Gigi dan Saga berjalan-jalan mengelilingi Kota Tua. Suasana sore hari memanglah yang paling bagus. Walau hari ini bisa dikatakan ramai karena weekend.

"Bang Saga besok berangkat ya udahan?" tanya Gigi.

Saga menoleh ke samping kiri. Lelaki itu tersenyum tipis lantas menjawab, "Iya."

"Emang nggak bisa ya diundur sekolahnya?"

"Nggak bisa dong, Gi." Saga terkekeh pelan. Karena gemas dengan pertanyaan Gigi, Saga sampai mengusap puncak kepala gadis itu.

Gigi menghela napasnya yang terdengar lelah. Berjalan meninggalkan Saga sambil bersedekap dada. Saga menggelengkan kepala sambil tertawa pelan melihatnya.

Saga mengejar Gigi dan menyejajarkan langkahnya. Lelaki itu merangkul bahu Gigi. "Ayolah, Gi. Kalau kamu kayak gini, aku justru nggak tenang berangkatnya besok."

"Hmm."

"Ngambek ini ceritanya?" tanya Saga setengah menggoda.

"Nggak. Kesel aja."

"Kok kesel?"

"Iya! Kenapa Bang Saga sekolahnya harus di Bali? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kesel!" Gigi mengentak-hentakkan kakinya.

Lagi-lagi Saga hanya bisa tertawa pelan. "Besok, kalau udah first solo, terus acara wing day, kamu ikut ke sana deh."

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang