"Hei, masih pagi muka udah ditekuk aja." Saga mengagetkan Gigi yang baru saja membuka pintu rumahnya.
Gigi menarik sudut bibirnya tipis. Gadis itu menutup pintu rumah terlebih dahulu. Kemudian membalikkan badannya dan kembali berhadapan dengan Saga.
"Hmm ... ada masalah?" tanya Saga.
"Ada," jawab Gigi singkat.
"Butuh teman cerita?" tanya Saga menawarkan diri. Siapa tahu gadis di depannya memang membutuhkan teman cerita.
Gigi menggelengkan kepalanya menolak. "Nggak. Bang Saga ember."
"Dih, ngeselin ya anak satu ini."
"Biarin." Gigi menjulurkan lidahnya.
Saga mengusap puncak kepala Gigi gemas. "Ayo berangkat," ajak Saga menggandeng tangan Gigi berderap menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah.
"Aku diantarin sama Bang Saga?" tanya Gigi menautkan kedua alisnya sedikit bingung.
"Menurut kamu gimana?" Saga balik bertanya dengan alis yang dinaik turunkan menggoda.
"Tapi, Bang Saga jangan antarin sampai masuk ke lapangan sekolah, ya? Agak jauhan dari sekolah," pinta Gigi.
"Kenapa?" Saga mengernyit heran.
"Nanti chili-chili an banyak yang naksir sama Bang Saga," ucap Gigi melepaskan pegangan tangannya dengan Saga dan langsung bersedekap dada.
Sontak Saga tertawa keras mendengar ucapan Gigi. Sampai-sampai air matanya keluar. Tidak paham juga sebenarnya, apa yang orang lain suka dari dirinya?
Sementara Gigi mengerutkan keningnya bingung melihat tingkah Saga. Apa ada kata lucu yang diucapkannya? Gigi mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Namun, hatinya merasa lebih baik mendengar tawa Saga. Seolah tawa itu menariknya dari kubangan rasa sakit yang tercipta atas pernyataan adik lelaki itu.
"Bang Saga kenapa ketawa?" tanya Gigi heran.
"Nggak apa-apa 'kok," jawab Saga mengusap air mata di sudut matanya. "Yuk ah masuk," imbuhnya masuk ke dalam kemudi mobil.
Gigi kembali mengangkat kedua bahunya. Dia berjalan ke samping kemudi, membuka pintu mobil dan ikut masuk ke dalamnya. Baru saja jemari Saga hendak memutar kunci mobilnya menyalakan mesin, ketukan kaca di sampingnya kontan menghentikan niatnya. Lelaki itu meninggikan alisnya melihat siapa yang berdiri santai di luar sana.
Saga membuka kaca mobilnya. Gigi yang di samping Saga ikut menoleh ke samping kanan. Melihat cowok yang tak asing lagi untuknya yang sedang melemparkan senyum manis dan tulus itu. Jantung Gigi betabuh kuat. Gigi membuang mukanya ke luar kaca. Tak ingin tertarik lebih dalam pada pesona Jota. Sebab ia sadar, yang merasakan sakit itu dia, sendirian.
"Gigi lo yang ngantar, Bang?" tanya Jota.
"Hmm."
"Yah," Jota mendesah kecewan. "Padahal gue mau cerita banyak ke Gigi."
"Lo bisa cerita sama Gigi kapan pun. Waktu gue di sini tinggal satu bulan lagi. Jadi, biarin gue selama sebulan quality time sama Gigi," ucap Saga.
Jota mengangguk-anggukkan kepalanya. "Yaudah sih, ya."
"Gi," panggil Jota tak membuat Gigi menolehkan kepalanya. Jota mengerutkan keningnya dalam. Apa masalah kemarin dia belum di maafkan? Tapi, Gigi sudah mengatakan iya.
Lagi, Jota memanggil Gigi, "Gi?"
Gigi bergeming di tempatnya. Saga yang melihat itu kontan menoleh ke tempat Gigi. Apa Gigi sedang bertengkar dengan adiknya? Apa wajah lesu Gigi Jota sebabnya? Mengingat Gigi tidak menyahut dipanggil Jota sampai dua kali, membuat Saga mengasumsikan iya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Teen FictionSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...