Feelings - 5

923 89 81
                                    

Gigi berjalan di koridor dengan bersenandung kecil. Mengikuti irama lagu Harry Styles - Sign of The Times. Netranya melihat sekeliling, masih belum banyak siswa yang berada di sekolah. Gigi sedikit tersentak kaget kala bahunya dirangkul dari belakang. Gadis itu menoleh ke samping kiri sambil melepaskan earphone yang menempel di telinganya.

"Pagi, Gigi," sapanya ramah.

"Pagi juga, Dyt," balas Gigi. "Sumringah bener, Dyt. Lagi jatuh cinta, ya?" goda Gigi menyenggol lengan Edyta.

Edyta tidak menjawab pertanyaan Gigi. Ia terlihat salah tingkah dan hanya rona merah di pipinya menjadi penjelasnya. Gigi menarik sudut bibirnya tipis.

"Uluh, lagi jatuh cinta beneran ini ternyata." Gigi merangkul bahu Edyta dan menggoda gadis itu.

"I-ih! Apaan, sih. Nggak kok, nggak!" Edyta menggeleng tegas.

Gigi terbahak melihat kegugupan Edyta dan sikap salah tingkah temannya itu. Gigi membuka mulutnya bersiap menggoda Edyta lagi, namun suaranya tertahan kala teriakan seseorang yang sudah dikenalinya memanggilnya dari belakang. Meski bukan menyebut nama, Gigi tahu panggilan itu untuknya.

"Bebih!"

Baik Gigi dan Edyta menghentikan langkahnya. Kedua gadis itu menoleh ke belakang. Gigi menautkan kedua alisnya bertanya, "Iya, El?"

"Lo hari ini ada mapel Matematika nggak, Gi?" tanya Elia.

"Iya, ada 'kok."

"Kelas lo 'kan unggulan tuh. Pasti bab 2 udah selesai, 'kan?"

Gigi menaikkan sebelah alisnya. Elia terlalu bertele-tele. Kenapa tidak langsung ke poinnya.

"Terus?" tanya Gigi.

"Pinjem hehe." Elia memberikan cengiran kudanya.

Gigi menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu mengambil buku tulis Matematika dan diberikannya pada Elia.

"Oke, thank you, love." Elia memberikan air kiss pada Gigi. "Gue ke kelas duluan ya, Gi, Dyt," pamit Elia berlari kecil ke kelasnya.

Buk.

"Oh my!" pekik Elia terjatuh karena kesandung kakinya sendiri.

Kontan Gigi dan Edyta langsung berlari menghampiri Elia. Gigi dan Edyta membantu Elia berdiri. Sebenarnya Gigi ingin meledek sahabatnya itu, namun diurungkan niatnya karena Elia mengaduh kesakitan.

"Nggak apa-apa, El? Ada yang sakit nggak?" tanya Edyta cemas.

"Dengkul gue sakit." Elia mengerucutkan bibirnya.

Gigi menoyor kepala Elia. "Bego di pelihara! Iya-iya lo semangat karena dapat jawaban Matematika tanpa mikir. Tapi, tanpa nyakitin diri lo juga dong El," omel Gigi.

"Oh my God. Galak banget sih kayak Kak Ros!" seru Elia kesal dengan mengerucutkan bibirnya.

Gigi melotot tajam. Apa katanya? Ia galak dan seperti Kak Ros? Enak saja. Gigi 'kan lemah lembut layaknya Opah dan menggemaskan seperti Apin. Karena kesal, Gigi menarik bibir Elia. Elia kontan ikut melotot tajam. Elia memukul lengan Gigi. Membuat gadis itu melepaskan tangannya pada bibir Elia.

"Sakit Jones, ih!"

"Sono-sono masuk kelas, lo. Kerjain tugas lo sebelum bel. Ketahuan nyontek, lo dead." Gigi mendorong pelan Elia untuk segera ke kelasnya.

Elia mengangkat jari tengahnya pada Gigi. Ia benar-benar kesal pada gadis satu itu. Gigi menarik hidungnya ke atas untuk mengejek Elia. Elia kesal bukan main. Andai bukan karena menyalin PR Matematika, ia akan meladeni Gigi.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang