Feelings - 6

895 88 101
                                    

"Gigi, bantu Ibu bawa buku teman-teman kamu ke ruang guru, ya," pinta Bu Restu—guru Biologi.

"Iya, Bu." Gigi mengambil buku tugas teman satu kelasnya. Membawanya ke ruang guru.

Gigi berjalan sendirian sepanjang koridor kelasnya menuju ruang guru. Dia sedikit kesusahan membawa buku itu karena berjumlah 32 buah. Yang artinya tidak sedikit dan lumayan berat. Mana lagi rambut panjangnya dibiarkan tergerai ke depan, menghalangi pandangannya.

Brak.

Seseorang menabrak Gigi. Kontan saja buku yang dibawanya jatuh semua ke lantai.

"Bangke, kalau jalan lihat-lihat dong!" umpat Gigi kesal pada seseorang yang menabraknya.

Gigi berjongkok dan mengambil buku-buku yang jatuh. Bibirnya menggurutu pelan. Mengucapkan sumpah serapah pada orang yang dengan tega menabraknya.

Seseorang itu ikut berjongkok dan membantu Gigi mengambil buku. "Sorry, gue nggak sengaja," ucapnya meminta maaf.

"Kalau punya mata dipakai. Jangan cuma dibuat ngelihat yang nggak-nggak," omel Gigi masih sibuk mengambil buku-buku.

"Gue udah minta maaf, ya. Lagian ini gue juga udah ngebantu ngambil buku yang jatuh." Seseorang itu menaruh buku yang diambilnya ke tangan Gigi.

"Astaga!" pekik Gigi karena tumpuan tangannya tidak sempurna. Hampir saja membuat buku bertumpuk itu jatuh kembali.

"Lo?"

"Lo?" ucap Gigi dan seseorang itu bersamaan.

"Lo sekolah di sini?" tanya seseorang itu melihat Gigi dari atas sampai bawah.

"Iyalah, Bil."

"Lo kenal gue?" tanya seseorang itu menautkan kedua alisnya.

Gigi bergumam seraya menganggukkan kepalanya. "Siapa yang nggak kenal sama Bilal Zanzibar si badboy SMA Bina Bangsa yang bikin semua guru ngelus dada coba?"

Bilal hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Tak menanggapi sindiran Gigi. Lagi pula, untuk apa mendengarkan cara pandang mereka? Biarkan saja bagaimana mereka menilai sesuai yang dilihatnya.

"Itu buku mau dibawa ke mana?" tanya Bilal.

"Ruang guru."

"Mau gue bantu bawa," Bilal memberi jeda. Matanya beralih ke name tag Gigi, "Puerta?" lanjutnya melihat Gigi.

"Gigi," ucap Gigi. Bilal mengernyitkan dahinya tidak paham.

"Panggil aja gue Gigi." Gigi membenarkan kalimatnya.

Bilal hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gimana... mau dibantu?" tanyanya mengambil sebagian buku di tangan Gigi tanpa persetujuan.

Gigi berdecak melihat tingkah Bilal. Bertanya, belum dijawab sudah memutuskan kehendaknya sendiri. Namun, Gigi mengucapkan syukur. Beban yang ia bawa sedikit berkurang. Mereka berjalan beriringan ke ruang guru.

"Emang ada ya badboy nawarin bantuan?" ledek Gigi melirik Bilal.

"Gue udah dua kali bantuin lo tahu." Bilal tidak menjawab pertanyaan Gigi. "Habis hujan-hujan sakit nggak, lo?"

"Hng." Gigi menggelengkan kepalanya.

Ya, Bilal lah orang yang sudah menawarkan tumpangan pada Gigi tempo lalu. Lebih tepatnya memaksa Gigi. Tapi, di dalam mobil mereka berdua tidak ada yang bersuara. Menurut Gigi seperti naik grab car tapi tidak perlu mengeluarkan uang.

"'Kok gue baru tahu sih lo ternyata satu sekolah sama gue?"

"Lonya aja yang terlalu banyak masalah jadi melupakan cewek famous kayak gue."

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang