"Gi, lo sama Jota itu gimana, sih?" tanya Vera sambil memakan bakso.
"Gue sama Jota ya sahabatan, Ver. Udah, gitu aja," jawab Gigi santai.
Vera bergumam sambil menganggukkan kepalanya. Ia kembali menyuapkan bakso ke dalam mulutnya. "Menurut lo, Jota ganteng nggak, Gi?" tanya Vera lagi.
Gigi mengernyitkan keningnya. Detik berikutnya gadis itu mengangkat kedua bahunya acuh. "Jota, ya? No comment jawaban gue," jawab Gigi menatap Jota yang tengah memesan bakso.
Edyta sendiri lebih memilih mendengarkan tanya-jawab yang dilakukan kedua sahabatnya itu. Tak ingin memberikan komentar apa pun. Sebab ia menunggu baksonya datang.
"Kalau EJ sama Jota menurut lo lebih ganteng siapa?" tanya Vera lagi.
"Nggak tahu gue. Gue nggak bisa nilai mereka berdua." Gigi menuangkan kecap ke dalam mangkuk baksonya.
"Jota sama Abi?" tanya Vera.
"Abi mungkin. Abi lebih kalem daripada Jota."
"EJ sama Abi?"
"Abi, Ver," jawab Gigi. "Lagian kenapa lo nanya-nanya begitu ke gue?" tanya Gigi memicingkan matanya.
Vera tercekat. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia menyeruput es jeruknya. Hawa panas menyelimuti benaknya. Bahkan menjalar ke luar tubuhnya. Semoga jawaban yang ia berikan tidak membuat Gigi bertanya macam-macam lagi.
"A-ah enggak sih, Gi. Itu ... cuma nanya aja," jawab Vera dengan peluh yang mulai membanjiri pelipisnya. Vera mengibaskan tangannya mengipasi sekitaran lehernya.
Saat Gigi hendak membuka mulutnya, Abi langsung duduk di sampingnya membawa semangkuk bakso dan es teh. Membuat Gigi menengok ke arah Abi. Vera yang melihat itu mengembuskan napas lega. Untung saja ada Abi yang langsung datang dan duduk di samping Gigi. Membuat fokus Gigi teralihkan.
"El di mana? Tumben sendiri," tanya Gigi pada Abi.
Abi hanya bergumam sambil mengangkat kedua bahunya acuh. Jemarinya terulur mengambil saus dan sambal di depan Gigi.
Selang beberapa menit Jota datang bersama EJ. Jota memberikan satu mangkuk bakso pada Edyta. Edyta langsung menoleh ke belakang. Jota melemparkan senyumnya pada Edyta yang dibalas senyum canggung oleh gadis itu.
Jota mengambil duduk di samping Edyta. EJ sendiri langsung mengambil duduk ke bangku kosong di samping Gigi. Gigi duduk di antara Abi dan EJ.
"Kok lo yang bawa pesenanya Edyta, Jo?" tanya Gigi.
"Iya. Tadi Mang Jamal bilang mau ngantar bakso buat Edyta. Gue denger, ya udah gue bawa aja sekalian," jelas Jota.
Gigi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Keadaan kembali hening. Semua sibuk dengan makanannya.
"Wah, kita jadi pusat perhatian, ya. 2 calon ketos lagi makan bareng kita," ucap Vera menatap Jota dan EJ bergantian.
"Salah, Ver." Gigi menyugar rambutnya ke belakang menggunakan tangan. "Di sini ada 2 calon ketos yang hits badai, satu cowok paling pinter seangkatan, sama 3 cewek upik abu yang berasa jadi Cinderella karena ada 3 pangeran tampan hahaha," tambahnya sambil tertawa.
"Wah iya, Gi! Bener juga lo hahaha," sahut Vera ikut tertawa.
Tapi, tiba-tiba Vera menghentikan tawanya. Sebab Vera merasa ada yang salah dengan kalimat Gigi. Gadis itu kembali mencerna kalimat yang keluar dari bibir temannya. Keningnya mengerut dalam begitu mendapatkan keanehan.
"Wait-wait, Gi! 3 upik abu? Perasaan upik abunya cuma gue deh di sini. Lo, cewek paling pinter seangkatan sekaligus paling aneh di SMA kita. Edyta, cewek paling cantik sekaligus paling anggun yang pernah gue temuin. Gue doang sialan yang upik abunya." Vera mengerucutkan bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Teen FictionSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...