Feelings - 30

655 46 1
                                    

Holaaaaaaa! :D

Ada yang rindu, tidak? Ada yang menunggu cerita ini, tidak? Nggak ada pun aku maklum wkwk.

Udah ah, happy reading!

***

Seperti yang sudah dikatakan Saga tempo lalu—akan ada kegiatan wing day—dalam penempuhan pendidikan pilot usai first solo. Dan tepatnya hari ini. Di hari Kamis, acara wing day Saga akan dilaksanakan.

Di salah satu penginapan dekat Bandara Blimbingsari, Gigi merapikan rambut lurusnya yang kini sudah sebahu. Netranya sama sekali tak berkedip. Hanya bergerak ke atas-bawah. Lantas diiringi gelengan kepala, meragu. Gigi membiarkan iris cokelat terangnya menghunus sosok di depannya. Memindai penampilan sosok itu dari atas sampai bawah berkali-kali.

Sesekali decak kagum keluar dari bibir mungilnya yang biasanya tak pernah terpoles apa pun, namun untuk saat ini dilapisi lip tint berwarna peach hasil curian milik mamanya. Tolong, untuk yang satu ini, jangan beritahu sang mama. Sebab, Gigi tak sempat untuk meminjam sekotak make up milik sahabatnya, Elia.

Karena terburu-buru begitu pulang sekolah kemarin—di hari Rabu—langsung bersiap berangkat ke Bandara Soekarno Hatta, selama perjalanan dari rumah sampai Banyuwangi, Gigi hanya mengenakan sandal jepit yang biasanya hanya digunakan untuk mengambil air wudu.

Sialan memang.

Karena panik dan dikejar waktu pula, iPodnya pun tertinggal di atas ranjang. Itu atas informasi mamanya. Sebab begitu tiba di Bandara dan ia ingin mengenakan iPod, di sling bag-nya tak ada barangnya. Hah! Kalau mengingat-ingat apa yang dialaminya sejak kemarin, mendadak mood Gigi menjadi buruk.

Sebab, kesialan tak berhenti di situ saja. Masih banyak kesialan yang mampir dalam hidupnya tanpa jeda di waktu yang sama. Salah menarik tangan orang saat tiba di Bandara Blimbingsari. Hampir terjungkal karena berlari begitu netranya menangkap sosok Jota yang celingukan dengan raut muka panik. Sadar karena ia terpisah dengan cowok itu dan sang mama.

Dan terakhir. Gigi harus rela mendapatkan bentakan Jota kala sosoknya tiba-tiba muncul di hadapan cowok itu. Namun, Gigi berusaha menulikan pendengarannya ketika menemukan kelegaan dalam netra Jota.

Dan satu hal yang tak pernah diduganya sama sekali. Satu hal yang kembali membuat tubuhnya kaku seperti robot. Hatinya berdesir karena kontak fisik yang sempat terhenti karena permasalahan yang ada. Jantungnya bertabuh kencang karena terpercik ledakan kembang api. Serta perutnya yang terasa melilit karena tiba-tiba saja ia kembali merasakan kepakan kupu-kupu di dalam sana dengan jumlah tak terhingga.

Yaitu Jota yang mendekapnya erat seusai ceramah panjang. Di antara riuh yang tercipta Bandara Blimbingsari. Seolah sengaja membiarkan sang waktu tak bergerak. Sebab, Gigi pun ingin merekam dekap hangat pelukan Jota. Yang tentunya tak mungkin ia rasakan kala akal mereka tak sedang terpecah belah seperti saat itu.

Mengembuskan napas kasar, Gigi menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Demi Tuhan, ia tak ingin kembali mengingat-ingat apa saja yang terjadi kemarin. Selain kesialan, Gigi tak bisa mengendalikan debar jantungnya karena memori otaknya hanya merekam Jota dan pelukan eratnya.

Memilih memejamkan matanya sejenak seraya mengatur napasnya untuk mengembalikan detak jantungnya kembali normal, Gigi membuka kelopak matanya setelah tiga menit lamanya. Sudut bibirnya tertarik ke atas.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang