Bilal lari terburu-buru dengan napas yang tersengal-sengal. Kabur di jam pelajaran Ekonomi memanglah hal yang teramat sulit. Apalagi guru mata pelajaran itu adalah Bu Peni.
Sudah bisa dipastikan Bilal tidak akan bisa kabur lagi. Tapi, entah kenapa Dewi Fortuna seakan berpihak pada cowok itu kali ini. Membiarkannya lolos dari jam pelajaran guru bawel dan juga cerewet itu. Walau harus kucing-kucingan terlebih dahulu.
"Bilal, jangan kabur di jam pelajaran saya," teriak Bu Peni mengejar Bilal.
Bilal yang sedang menghentikan langkahnya karena lelah berlari kontan menoleh ke belakang. Bu Peni berjalan ke arahnya dengan tampang garang. Bilal berdecak kesal.
"Astaga, masih aja dikejar!" geram Bilal frustrasi mengacak-acak rambutnya.
Bilal mengambil napas panjang dan kembali melanjutkan larinya untuk ritual membolosnya. Tak mengindahkan teriakan Bu Peni dan ancamannya.
"Bilal, sudah saya bilang kalau kamu absen di jam saya, akan saya panggil Tante kamu," teriak Bu Peni lagi.
"Terserah Ibu. Saya nggak peduli. Saya males diomelin Ibu terus," balas Bilal ikut berteriak.
"Saya omelin kamu itu tandanya saya perhatian sama kamu. Cuma kamu yang saya beri perhatian lebih daripada anak-anak yang lain," ucap Bu Peni.
Bilal mencebikkan bibirnya. "Saya pokoknya mau bolos!"
"Dasar anak nakal!"
"Woah, saya memang nakal, Bu." Bilal menoleh lantas menjulurkan lidahnya mengejek. Bukankah memang guru-guru sudah memberi label untuknya sebagai siswa nakal di SMAnya? Bilal cukup sadar diri dengan hal itu.
"Eh, nyenggol." Bilal menghentikan langkahnya karena menyenggol seseorang.
Cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Selalu merasa aneh jika bertemu dengan gadis di depannya yang sedang mengernyitkan keningnya.
"Hai," sapa Bilal.
"Hai juga," balas Gigi. Kepalanya menoleh ke sekeliling. Merasa tak menemukan siapa pun, Gigi bertanya, "Kenapa lari? Lagi dikejar siapa?"
Bilal menepuk jidatnya sendiri. Apalagi teriakan Bu Peni memanggil namanya menggema di koridor dan masuk ke gendang telinganya. Alamat bisa ketangkap kalau tak melanjutkan langkahnya.
Bilal menarik pergelangan tangan Gigi. Gigi mengerjapkan matanya bingung. Namun, gadis itu ikut berlari saja. Sebab, mau bertanya pun, Bilal mengajaknya berlari dengan cepat. Membuat Gigi mengatupkan bibir dan mengurungkan niatnya.
"Gigi, jangan ikut anak nakal satu itu. Kamu ada bimbingan belajar olimpiade kebumian," teriak Bu Peni.
Gigi mengerutkan keningnya. Tersadar kalau istirahat jam pertama dia ada bimbingan belajar untuk olimpiade kebumian untuk dua bulan ke depan.
"Eh iya gue ada bimbel," ucap Gigi, nyaris seperti gumaman. "Bilal, setop. Ini udah jam ketiga pelajaran. Gue harus ikut mapel Fisika."
Memang saat bel pergantian jam kedua ke ketiga Gigi ke toilet. Begitu di koridor, ia bertemu Bilal karena cowok itu menyenggol bahunya.
"Nggak! Diem! Lo ikut gue!" titah Bilal mengeratkan pegangan tangannya di pergelangan tangan Gigi.
What the hell!
Gigi hanya menghela napas panjang. Mengikuti langkah Bilal yang menariknya keluar dari area sekolah. Bahkan Gigi tidak menjawab teriakan Bu Peni yang terus-menerus memintanya agar tidak mengikuti Bilal.
Setelah dirasa cukup jauh dan aman dari Bu Peni, Bilal menghentikan larinya. Mengatur napasnya yang mulai habis karena lelah berlari. Sesekali cowok itu mengibaskan seragamnya karena gerah.
![](https://img.wattpad.com/cover/112088068-288-k793926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Teen FictionSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...