Jangan lupa vote dan komentar :D
Rumah itu jelas tidak seperti yang diingat Adrian terakhir kali. Tentu saja, itu sudah bertahun-tahun lamanya. Ia punya beberapa tujuan dalam daftarnya, tapi ia mencoba titik paling aman terlebih dahulu. Rumah ini adalah tempat teraman yang mungkin bisa menunjukkan keberadaannya.
Tempat ini mungkin akan menjadi sumber pertama petunjuknya untuk menemukan Emilia.
Adrian harus memutar kembali memorinya, mengingat siapa-siapa saja orang terdekat yang bisa Emilia mintai pertolongan. Mengingat kejadian lampau ternyata cukup menyakitkan untuk Adrian. Ia tak tahu apakah ini karena faktor usianya yang telah berada di pertengahan tiga puluhan, atau karena suatu kesalahan terjadi di kepalanya sejak dirinya membenturkan kepalanya berkali-kali dalam aksi bunuh diri, atau karena dirinya pernah dinyatakan sakit jiwa sehingga ingatan minornya menjadi samar.
Tempat ini, orang yang tinggal di sini, mungkin bisa membantunya.
Adrian turun dari mobil. Berdiri di pagar tinggi yang menutup rumah itu dari jarak pandang luar.
Seorang penjaga gerbang keluar dari posnya dan bertanya pada Adrian. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
"Ardan," ujar Adrian ketika mengingat nama itu. Ardan adalah sahabat terdekat Emilia yang paling Adrian waspadi sejak ia berhubungan dengan Emilia. Orang itu mungkin satu dari sedikit orang yang Emilia mintai pertolongan. "Apakah Ardan Narendra masih tinggal di sini?"
Pria itu tersenyum. "Tuan Ardan sudah tidak tinggal di sini lagi sejak menikah."
Adrian merasakan kekecewaan membelit dadanya. "Oh... di mana dia tinggal sekarang?"
"Saya tidak mengingat alamatnya, Tuan. Nyonya tidak pernah mengajak saja ke tempat Tuan Ardan—"
Suara klakson menyela mereka. Pria itu berjengit ketika sebuah mobil berbelok ke arah gerbang. Pria itu cepat-cepat membuka pagar.
Alih-alih masuk, si pengemudi justru turun dari bagian kemudi. Seorang wanita dengan rambut merah buatan menurunkan kacamata hitamnya seraya memandang Adrian. Penampilan wanita itu sama sekali tidak bisa dianggap remeh, wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun ketat warna hitam yang dikenakannya.
"Aku seperti mengenalmu," kata wanita itu.
Adrian pun juga merasa familiar dengan sosok itu.
Wanita itu menyipitkan matanya sambil memandang seluruh penampilan Adrian dari kaki hingga ujung kepalanya. Ketika ia berlama-lama di wajah Adrian, wanita itu tersenyum lebar. "Kau adalah Salendra. Nomor 8."
Adrian tersenyum ketika nomor punggungnya disebut. Ia mengulurkan tangan untuk menyapa, namun wanita itu justru menerjang untuk memeluknya.
"Ya Ampun! Kau di sini! Kupikir kau telah melupakanku, tapi kau sekarang di sini."
Adrian merasa risih meski wanita ini cantik. Keagresifan pada seorang wanita bukan sesuatu yang Adrian sukai. "Halo, Erdina," kata Adrian seraya melepas pelukan itu. "Senang bertemu denganmu."
"Kupikir kau menjadi bintang bola yang sombong."
"Maaf," kata Adrian. Ia memberi senyum sekilas pada kakak perempuan sahabatnya ini. "Apakah aku bisa bertemu Ardan?"
"Ardan sudah tidak tinggal di sini sejak menikah. Dia pindah ke rumah yang dibelinya. Ayo masuk dulu. Mama juga sudah lama tidak melihatmu," kata Erdina seraya menarik tangan Adrian dan memberikan kunci mobilnya pada si penjaga gerbang.
Adrian menggeleng. "Tidak, Erdina. Maaf sekali. Aku tidak berniat mampir. Maksudku, aku ingin, tapi sekarang ini aku benar-benar tidak bisa. Apakah kau akan memberi tahuku alamat rumah Ardan yang baru? Aku benar-benar membutuhkannya."
![](https://img.wattpad.com/cover/115452217-288-k388010.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender of Fault
RomanceSURRENDER SERIES #2 √ Completed √ ~ Bertahun-tahun sudah Adrian dihantui kesalahannya di masa lalu. Ia tak lagi bisa menjalin hubungan dengan wanita manapun ketika wanita di masa lalunya terus berada di pikirannya. Adrian butuh bantuan. Ia memutuska...