Warning! Mature content.
Adrian berharap bahwa sekarang belum genap pukul tiga pagi. Karena jika itu sampai terjadi, waktu yang akan ia habiskan dengan Delia akan semakin singkat. Adrian tahu ia begitu egois kali ini. Ia tak memikirkan bagaimana kehidupan rumah tangga Delia ke depannya, tapi sial, gairahnya yang satu ini tak bisa lagi terbendung.
Ini sudah empat tahun terkutuk dan Adrian beruntung kali ini kejantanannya masih tegang, bahkan hingga ia tiba di garasi rumahnya diikuti mobil Delia.
Delia memang tidak menyetujui secara langsung permintaannya. Sedikit penolakan benar-benar jadi bumbu yang manis untuk membangkitkan gairahnya.
Adrian dengan tak sabar keluar dari mobil. Delia pun sepertinya mengantisipasi Adrian yang akan hilang kendali di dalam mobil lagi, jadi wanita itu turun bersamaan dengannya. Adrian tak pernah membawa wanita ke rumah. Bahkan ibunya pun tak mau menginjakkan kaki di lantai rumah yang dibeli Adrian dari karirnya sebagai pesepak bola.
Selain Nana, pengurus rumah tangganya yang jarang Adrian sapa; Delia akan menjadi satu-satunya wanita yang ia masukkan ke rumah ini.
Wanita seperti Delia pantas untuk ini.
"Selamat datang," kata Adrian sambil membuka tangannya. Ia mengambil kunci dan membuka pintu dengan mandiri karena tak mau membangunkan Nana atau Ali. Ia membuka pintu lebih lebar supaya Delia bisa masuk.
Delia mengamati rumahnya dengan seksama seolah menilai. Ia tersenyum sekilas saat melihat banyak lukisan yang terpajang di setiap dinding rumah. Semua lukisan yang ada di rumah ini adalah lukisan-lukisan abstrak yang Adrian sukai. Ia tak suka memasang foto, sementara dirinya hanya hidup sendiri.
"Lukisanmu... berarti sesuatu," kata Delia.
Adrian terdiam. Ia memang memilihnya karena suatu alasan. Hampir semua lukisan abstrak ini melambangkan kemarahan, kesedihan, dan keputus-asaan. Tapi hanya Nana dan Ali yang melihat lukisan ini. Mereka tak pernah tahu mengapa tuannya membeli lukisan-lukisan itu.
Sekarang Delia tahu betapa rentannya seorang Adrian Salendra.
"Ingin melihat-lihat yang lain?" tanya Adrian.
Delia mengangguk sambil tersenyum. Rasanya aneh berada dalam kecanggungan ini setelah kejadian di mobil tadi. Delia tidak banyak bicara dan itu membuat Adrian khawatir.
"Buat dirimu nyaman," kata Adrian. Ia mengambil tangan Delia dan membimbing wanita itu ke dalam rumahnya. "Apakah kau haus?"
"Ya. Bisa aku mendapatkan sesuatu untuk diminum?"
Adrian memandu Delia ke ruang makan. Menarik kursi meja bar untuk Delia. Ia mengambil soda di kulkas, namun Delia menghentikannya.
"Kau punya banyak anggur dari berbagai tahun," kata Delia sambil memandangi lemari anggurnya. Bodohnya Adrian yang tak menawarkan anggur. "Dari mana kau mendapatkannya?"
Adrian terkekeh. Ia berjalan ke lemari anggur dan memilih anggur yang usianya berada di pertengahan daripada yang lain. Ia menuangkan untuk Delia dan untuknya. "Kau hidup di jaman modern. Kau bisa mendapatkan ini dengan mudah."
Delia menyesap sedikit untuk menilai rasa. Wanita itu mengernyit setelah meminumnya. Adrian pikir, wanita ini hanya tak terbiasa. "Ini enak."
"Kau belum pernah meminum anggur?" tanya Adrian.
Delia menggeleng. "Orang-orang yang bekerja di kesehatan sangat jarang menyentuh ini."
Adrian menyeringai. "Aku juga sudah lama tak menyentuhnya. Terakhir dua tahun lalu dan malam ini aku melakukannya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender of Fault
RomanceSURRENDER SERIES #2 √ Completed √ ~ Bertahun-tahun sudah Adrian dihantui kesalahannya di masa lalu. Ia tak lagi bisa menjalin hubungan dengan wanita manapun ketika wanita di masa lalunya terus berada di pikirannya. Adrian butuh bantuan. Ia memutuska...