SF - BAB 7

19.2K 1K 8
                                        

Cahaya pagi merambat melalui tirai warna krim, memasuki ruangan itu, memberi penerangan. Adrian mengerjapkan mata saat cahaya itu mulai menyilaukan. Ia mengangkat kepalanya untuk melihat waktu. Sekarang sudah pukul delapan pagi dan Adrian tak pernah bangun sesiang ini. Alasannya jelas, Emilia tak mengganggu tidurnya. Ia mendapatkan tidur nyenyak berkualitas dengan memori sebelum tidur terbaik yang terekam jelas dalam ingatannya.

Adrian menggeser tubuhnya dan mendapati tubuh telanjang Delia yang tertidur di sampingnya, di dalam balutan selimut yang sama. Delia tidur menghadapnya seolah semalam tadi wanita itu sibuk memandanginya. Adrian mau tak mau menyunggingkan senyumnya lagi ketika mengingat pergulatan panas mereka semalam.

Delia benar-benar wanita yang menggairahkan.

Hanya orang tolol yang menceraikan wanita sempurna seperti Delia.

Kemudian sebuah pertanyaan muncul begitu saja. Siapa sih si tolol itu?

Apa orang itu tak tahu betapa beruntungnya dia mendapatkan Delia yang lembut, yang ramah, yang cerdas, yang cantik, yang sangat menggairahkan? Wanita ini jelas-jelas sangat memuaskan. Hanya pria dengan orientasi menyimpang yang tidak tertarik dengan Delia.

Atau jangan-jangan... si tolol memang punya otak menyimpang.

"Hai..." Delia tersenyum lembut. Mengerjapkan matanya dan seketika bertemu mata dengannya.

Adrian tak kuasa menahan diri untuk memberi ciuman pagi hari. Delia pun tak ragu lagi membalasnya. Wanita itu terasa manis meski baru saja bangun tidur. Tubuh Delia beraroma vanilla, seks, dan Adrian. Itu membuat Adrian luar biasa senang.

"Aku bersyukur kau di sini," kata Adrian. Ia menarik Delia mendekat dan memberikan ciuman-ciuman nakal di leher, bahu, dan payudaranya.

Delia mengerang saat Adrian melakukan itu. Jari-jarinya mulai sibuk di rambutnya, menjambaki. Delia sangat menggairahkan ketika melakukan itu. "Pukul berapa ini?" tanya Delia di sela desahan.

Adrian menarik wajahnya. Menangkup wajah Delia dan memberi ciuman sekali lagi sebelum menjawab. "Delapan lebih."

Adrian bisa melihat wajah Delia yang memerah setelah aksi menggodanya. Wanita itu sangat ekspresif dan Adrian benar-benar menyukai respon yang Delia berikan.

Delia menghela napas. Ia tersenyum samar. "Kepala rumah sakit akan kecewa padaku."

Adrian menyangga kepala dengan tangannya. Jemari lainnya menelusuri pipi lembut Delia. Entah bagaimana wajah itu begitu menenangkan dan membuat Adrian bahagia karena bangun di samping wanita ini. "Apakah kau jarang terlambat?"

"Aku bukan tipe orang yang menunda waktu."

"Wanita karir yang sempurna," kata Adrian. Ia menyematkan satu ciuman lagi di ujung hidung Delia. "Kau hebat."

Diam-diam Adrian terpukau dengan karir gemilang yang diraih Delia. Adrian suka dengan wanita yang selalu berusaha keras untuk mencapai titik teratas.

"Benar." Delia tertawa pelan. "Aku merasa luar biasa hebat sekarang. Jadi aku tak mau menyia-nyiakan waktuku hanya untuk bergelung di sini dan melupakan kewajibanku."

Adrian mengendikkan bahu. "Aku tak keberatan jika kau bergelung di sini."

Delia tertawa seraya menggeleng. "Dasar kau! Bisakah aku memakai kamar mandimu?"

"Tentu." Adrian menunjuk pintu lain di kamarnya. "Itu pintunya. Ada sikat gigi baru di sana, di lemari kaca."

"Terima kasih." Delia bangkit seraya melilitkan selimut ke tubuhnya. Sebenarnya Delia tidak perlu melakukannya karena Adrian pun telah mencicipi setiap incinya semalam. Tapi Adrian menghargai Delia pagi ini.

Surrender of FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang