SF - BAB 28

11K 933 13
                                        

Enjoy! Jangan lupa support dengan vote dan komentar :D

Wajah Ryan meringis kesakitan ketika perawat membalutkan gips ke tangan kiri bagian bawah yang mengalami retakan kecil. Adrian pun sebenarnya tak tega melihat putranya seperti itu. Tapi Ryan sudah delapan belas dan punya ego yang cukup besar, dikhawatirkan seperti anak berumur delapan tahun pastilah bukan keinginannya.

"Kita harus menunggu dua minggu, sebulan paling lama, untuk melepas gipsnya." Perawat itu menjelaskan kembali pernyataan dokter yang baru saja menangani Ryan.

"Sial," gerutu Ryan. Ia bertanya pada Adrian. "Kapan aku jadwal kuliahku dimulai?"

"Satu setengah bulan. Itu cukup untuk masa pemulihan," jawab Adrian.

"Berita bagus," gumam Ryan.

"Kau tentu tahu tangan kirimu belum bisa digunakan untuk sementara waktu. Kau harus berhenti sementara dari hobi bermain skateboardmu, meski kau hanya bermain menggunakan kakimu," kata perawat itu dengan nada ramah.

Ryan mengangguk. "Ini bukan pertama kalinya aku menggunakan gips."

"Ryan sudah bisa pulang setelah ini," kata perawat itu pada Adrian. "Seperti kata dokter, jangan lupa melakukan kontrol seminggu sekali, Ryan harus meminum obatnya secara teratur, dan jangan lupa memakan makanan yang membantu pertumbuhan tulang."

Adrian mengangguk. "Aku mengerti."

"Rincian akhirnya sudah bisa Anda tebus di bagian administrasi, sementara saya menyelesaikan gips ini."

Adrian mengangguk sekali lagi. Mengacak rambut Ryan yang terbaring di ranjangnya. Kemudian keluar menuju bagian administrasi.

Adrian memang masih khawatir dengan keadaan putranya itu, tapi setelah keluar dari Ruang Gawat Darurat tadi, Adrian tak bisa benar-benar fokus kepada putranya. Kata-kata dokter yang memeriksa Delia tadi terngiang hingga membuat Adrian kalap dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu, meninggalkan Delia yang masih tak sadarkan diri bersama dengan asistennya.

Delia hamil. Anak siapa? Tak bisa dipungkiri bahwa detik ini Adrian cukup ketakutan. Bukan tidak mungkin bahwa janin yang ada di perut Delia adalah milik Adrian, mereka telah berkali-kali melakukan hubungan badan tanpa pelindung. Adrian tak tahu apakah Delia lebih protektif dengan meminum pil pengendali kehamilan, tapi yang jelas, Adrian memang tak pernah terbiasa dengan kondom.

Bagaimana jika itu benar Salendra kecil?

Adrian tak bisa mengungkapkan bagaimana perasaannya sekarang, selain kekhawatiran yang entah untuk alasan apa.

Tapi bagaimana jika janin itu adalah milik Delia dan suaminya?

Yang benar saja! Jelas-jelas Adrian yang memerawani Delia. Seorang idiot tak akan bisa menghargai tubuh Delia apalagi sampai menghamilinya.

Kepala Adrian serasa akan pecah jika membayangkan Delia mempunyai kehidupan sebuah keluarga utuh dan sempurna, tapi tidak bersama Adrian.

Tunggu. Apa-apaan itu tadi?

Adrian terdiam, membeku di depan meja administrasi. Staf di sana menanyakan sesuatu yang tak Adrian pedulikan. Sebelum Adrian berkata apapun, ia telah melangkah menuju ke ruangan di mana ia meninggalkan Delia terakhir kali.

"Lebih baik?" tanya suara yang Adrian kenali sebagai asisten Delia. Siapa tadi namanya? Lisa? Sejenak Adrian ragu-ragu melangkahkan kakinya lebih dalam ke bilik itu.

"Aku baik-baik saja." Suara lemah Delia kini terdengar.

Adrian mengumpulkan keberaniannya dan masuk lebih jauh. Jelas sekali Lisa dan Delia terkejut melihat kedatangannya. Hanya sedetik keterkejutan itu terjadi pada Delia, lalu wanita itu menyunggingkan senyum yang dipaksakan di antara wajah pucatnya.

Surrender of FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang