Enjoy! Jangan lupa support dengan vote dan komentar.
Adrian berada di luar ruangan yang dikelilingi kaca buram, itu adalah ruangan Dave. Ia bisa melihat siluet Ryan dan Dave yang sedang terlibat obrolan serius selama lebih dari dua puluh menit dan Adrian hanya bisa menunggu di luar dan berharap bahwa Ryan akan kembali ke Jakarta bersamanya. Kehilangan Ryan secepat ini sama sekali tak diduganya. Jujur saja, Adrian tak rela. Tetapi ia tak bisa melakukan apa-apa.
Seluruh keluarga Salendra sudah pulang saat Adrian kembali setelah berjam-jam menjauhkan diri dari pertemuan itu. Ia sama sekali tak ingin terlibat dengan apapun yang direncanakan Dave atapun ayahnya karena Adrian cukup pintar untuk mengetahui bahwa usaha apapun akan sia-sia saja.
Namun satu hal yang pasti, semua keputusan ada di tangan Ryan.
"Adrian," panggilan Talitha membuat Adrian mengalihkan perhatian dari ruangan Dave ke wanita anggun itu. Wanita itu tersenyum sangat anggun saat beberapa karyawan yang melewatinya memberi salam. Kemudian wanita itu mengambil kursi di hadapan Adrian. "Kau harus memaklumi Ryan jika dia bersikap kurang menyenangkan padamu."
"Terima kasih atas perhatianmu, Talitha," balas Adrian. "Sebenarnya aku baik-baik saja. Aku sama sekali tak keberatan dengan sikap Ryan. Kupikir itu wajar saja setelah yang ia alami delapan belas tahun ini. Aku hanya berharap, aku punya sedikit waktu untuk membuat hubunganku dan Ryan menjadi lebih baik."
Talitha tersenyum lembut penuh simpati. "Menurutku, membawa masalah ini berlarut-larut sama sekali tak ada gunanya. Yang berlalu biar saja berlalu. Toh Emilia sudah pergi dan aku lebih dari yakin adik iparku sudah memaafkan apapun yang terjadi di masa lampau." Ia menghela napas. "Tapi sepertinya, Dave dan Ryan punya alasan yang memberatkan mereka untuk melupakan semua itu."
"Tak apa." Adrian berusaha tersenyum. "Aku mengerti. Aku pantas mendapatkan itu."
"Maafkan aku dan Dave atas keputusan kami memberitahu Tuan Salendra soal Ryan. Tapi kami benar-benar tak menyangka orang yang menghubungi lebih dulu adalah Satya Salendra sendiri."
"Itu sebabnya mempertemukan Ryan dengan ayahku adalah hal pertama yang harus kupertimbangkan. Tapi aku juga tak menyangka bisa menemukan ayahku di depan terasku kemarin saat aku baru saja tiba bersama Ryan."
"Satu yang harus kau ketahui, Adrian. Meski aku dan Dave berpikiran untuk memberitahu Ryan pada Tuan Salendra, tapi kami tidak bisa memaksakan Ryan jika itu bukan kehendak Ryan perkara warisan. Dave sudah berpikir untuk membujuk ayahnya supaya menyertakan Ryan masuk dalam daftar pewaris keluarga Lazuardi, meski Dave belum menemukan cara untuk itu. Sepertinya akan sangat sulit mewujudkannya. Ayah dan ibu Dave tidak menunjukkan respon positif saat Dave memberitahu tentang kepergian Emilia. Mereka bersikap seolah-olah Emilia memang tak pernah ada dan tak pernah menjadi bagian keluarga Lazuardi."
"Maaf," cicit Adrian. "Kupikir kekacauan itu juga karena aku."
Talitha tersenyum. "Itu sudah berlalu."
"Apakah menurutmu Ryan akan khawatir soal itu? Maksudku, perkara warisan yang akan didapatkannya dari keluarga Lazuardi maupun Salendra?"
Talitha tertawa pelan. "Aku ragu jika begitu. William punya lebih dari cukup untuk membiayai Ryan bahkan sampai Emily lulus S3. Ryan tidak pernah terlalu peduli dengan materi. Emilia membesarkan Ryan dengan sangat baik. Tahukah kau bahwa di umur Ryan yang baru delapan belas, dia sudah bisa mempunyai tabungan dari usahanya sendiri hampir sepuluh ribu dolar?"
Adrian tercengang. "Kau bercanda."
Talitha tertawa seraya menggeleng. "Itu sungguhan. Dia ikut banyak sekali lomba dan kerap kali menang. Ia mengumpulkan hasilnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender of Fault
RomanceSURRENDER SERIES #2 √ Completed √ ~ Bertahun-tahun sudah Adrian dihantui kesalahannya di masa lalu. Ia tak lagi bisa menjalin hubungan dengan wanita manapun ketika wanita di masa lalunya terus berada di pikirannya. Adrian butuh bantuan. Ia memutuska...