CHAPTER 1 (Revisi)
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu yang tak sabaran itu berhasil membuat mood Elisa memburuk. Setelah mengikat dasinya, Elisa melangkah membuka pintu yang pengetuknya kini menggedor emosi.
"Butuh berapa lama hingga kau bisa membuka pintu sialan ini, hah?" Eliza berucap kasar dengan sorot sinis. Ah, rupanya bukan Elisa saja yang moodnya buruk pagi ini.
Elisa tersenyum, "menurutku, sesuatu yang gak penting juga gak butuh effort yang lebih. Apa untungnya membuka pintu ini dari tadi padahal kau juga tau kita akan menghabiskan setengah jam lamanya adu mulut?"
Elisa tersenyum miring saat wajah Eliza makin mudah dibaca. Oh God, wajah si baby Eliza kini memerah menahan amarah. Tanpa ingin berucap lagi, Elisa melangkah duluan ke ruang makan.
Baru sekian detik, Elisa menduduki kursi di sebelah Arka, Eliza kembali berulah.
"Daddy, aku punya permintaan." Ucap Eliza manja sembari bergelayut pada Stark. Ayahnya itu melirik dan tersenyum kecil pada Eliza.
Huh... Sudah pasti, Eliza ada maunya.
Jika Eliza sudah memakai panggilan 'Daddy' sudah pasti ada keinginan yang ingin ia capai.Para pelayan lewat dengan senyum yg tak luput dari wajahnya saat melihat Elisa, dengan senang hati Elisa membalas dengan senyuman kecil.
"Daddy, aku ingin mobil Porsche edisi terbatas itu, sekarang sudah hampir musim dingin di Inggris." Eliza mengeluarkan puppy eyes—yang menurut Elisa menjijikkan itu—,lagi.
"Tapi, minggu kemarin kau juga beli mobil Lambo, 'kan? Lagipula, kamu itu model, kau bisa membelinya menggunakan uangmu sendiri."
"Kadang kamu terlalu boros, Eliza. Membeli mobil seperti membeli baju." Sahut Arka dengan nada datar. Namun, beberapa kali melirik Elisa di sampingnya.
Menggembungkan pipinya, dan melipat tangan di dada, Eliza menjawab, " Aku hanya bosan yg kemarin. Dan ini hanya terakhir kalinya, kok. " Childish! Elisa memutar bola matanya, jengah dengan semua drama ini.Dan tanpa Elisa tahu, Ayahnya melihat itu. Dengan sorot mata tajam dan mengintimidasi, sampai anak anaknya tidak berani menatapnya, Ayah Elisa menatap Elisa.
"Tidak boleh memutar bola mata di meja makan, Elisa! " Pinta Ayahnya.
Semua pasang mata menatap Elisa dan Ayahnya bergantian.
Masih dengan wajah yang sama, Elisa menatap Ayahnya tajam dan dingin.
Saling tatap-menatap antara Elisa dan Ayahnya, tapi tak lama tatapan mata Ayahnya seakan berubah menjadi sendu. Shit, mungkin Elisa berhalusinasi."Damn!" Dengan suara lirih yang tersirat umpatan Elisa mengakhiri sarapannya dan mengambil langkah ke luar rumah.
Tak tahu kenapa, Elisa sangat membenci orang tuanya. Terutama Ayahnya. Itu yg membuat Elisa sedikit tak suka dengan laki-laki.
***
Dengan kecepatan standar Elisa mengendarai mobil Audy Silver kesayangannya.
Jalanan sepi dan sunyi, hanya beberapa mobil dan kendaraan lainnya yg sesekali lewat. Mungkin karena hari masih pagi. Baru saja gadis berambut cokelat itu ingin menginjak pedal gal kuat-kuat, mobilnya terserempet.
Brak! Ciiit!
"Astaga!" Elisa sedikit memekik kaget. Wajahnya langsung memerah marah melihat bagain depan kanan mobilnya penyok. Sialan!
Tanpa mambuang waktu, Elisa langsung membuka pintu mobilnya dan menghampiri pemuda yang berdiri di samping mobil yang terparkir sembarangan di depan gadis itu.
Elisa mengatur napas terlebih dahulu, "punya mata, 'kan?" Geez! Suara dinginnya kali ini keluar.
Pemuda di depannya menelan ludah sekali, "M-maaf, aku gak sengaja. Tadi aku membalas telepon saat berkendara."
Elisa langsung melotot, ingin meledak. "Aku tidak mau memperpanjang masalah, Tuan Berambut Madu. Mana nomor teleponmu?"
Pemuda itu menaikkan salah satu alisnya, lantas tersenyum kecil. "Ternyata bisa modus juga. Untuk apa aku harus memberi nomor pribadiku?"
"Hell! Menurutmu? Aku hanya ingin mengirimkan nomor rekeningku untuk ganti rugi ini. Jika tidak mau nomor-pribadi-rahasiamu itu diberikan, bayar kerugianku sekarang."
Pemuda itu langsung tergagap. "Oke, oke. Aku sedang gak bawa cash." Tak lama pemuda itu mengeluarkan kartu nama dan disodorkan ke Elisa. "Ini, kau bisa menghubungiku, Nona Emerald."
Elisa melirik sinis atas panggilan yang mewakilkan warna matanya itu.
"Oke, Albert. Semoga setelah ini aku tidak akan bertemu dengamu," Elisa menatap pemuda itu, "lagi."
Gadis itu langsung kembali ke mobilnya dan berkendara cepat meninggalkan Albert yang masih terbengong.
Albert tersenyum kecil, merasa tertarik. "Sepertinya gadis itu mirip seseorang. Siapa, ya?"
Sedetik kemudian Albert terkesiap. Elisa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Family (REVISI)
Teen Fiction#1 HighestRankofGelap's Story PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT. WARNING : HATI-HATI! EMOSI JADI CAMPUR ADUK KEK NASI CAMPUR *Eh, AKIBAT MEMBACA CERITA INI. STORY : Dear, My Family Story By : Aldia_Fn Amazing Cover by : Tezzyy- *.*.* Dibenci tanpa tahu se...