CHAPTER 2

11.8K 586 0
                                    

Braak!

"Maaf, saya terlambat." Ujar Elisa yang langsung membuka pintu kelas tanpa mengetuknya. Teman sekelasnya tersentak keget, namun langsung mengalihkan pandangan saat Elisa berjalan menuju bangkunya.

Elisa mengembuskan napas keras-keras sembari menatap sendu langit lewat jendela tepat di samping kirinya. Gadis berambut cokelat itu mengikat rambut sebahunya tinggi-tinggi lalu meletakkan kepalanya di meja dengan wajah masih menatap langit pagi yang mendung itu.

Tak butuh waktu lama, gurunya datang dan membawa anak baru yang akhir-akhir ini dibicarakan. Tuan Muda, katanya. Tampan juga, kata orang. Elisa terlalu bodoh bila memusingkan hal tak perlu seperti itu.

Ah, Elisa kini sibuk dengan dunianya. Hari Senin seperti ini biasanya akan ada makan malam keluarga di restoran terkenal London, dan biasanya pula, Elisa sudah pasti tidak diajak. Keluarga Robert hanya punya tiga anak, dua putra dan satu putri, begitulah di mata publik. Bahkan di sekolahnya tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Elisa Valiana.

Elisa sedikit terganggu dengan pekikan heboh penuh kagum yang cempreng itu, sudah pasti berasal dari teman perempuannya di kelas ini. Baru saja Elisa ingin mengeluarkan earphone-nya, Rowan mendadak mengetuk bahu gadis itu.

Elisa menoleh dengan mengangkat sebelah alisnya. "Hm?"

"Guru sedang memerhatikanmu, kau tahu, 'kan? Letakkan itu dulu dan lihatlah penghuni baru kelas ini." Ucap Rowan sambal melirik kecil earphone Elisa lewat lensa kacamatapersegi  itu.

Elisa mendengkus kecil, lalu melirik jengah ke depan kelas.

"WTF!" Lirihnya sambal melotot kecil. Ah, pagi ini benar-benar sial. Albert, pemuda yang menyerempetnya kini menatapnya dengan smirk.

"Damnit!" Rowan menoleh setelah mendengar ucapan Elisa itu. Ia pikir Elisa akan menatap tertarik kepada pemuda bernama Albert itu, namun pandangan Elisa justru berapi. Apa Rowan melewatkan sesuatu?

"What's wrong, Lis?" Tanya Rowan dengan dahi berkerut. Mata birunya itu terus mengikuti langkah Albert hingga tiba di tempat duduknya. Di baris belakang mereka dengan arah diagonal.

Elisa menoleh pada satu-satunya temannya ini, "nope. Tadi pagi kami terlibat kecelakaan." Ujar gadis itu sambil melirik sinis Albert yang tak mengalihkan pandangannya ke Elisa. "Dia menyerempetku."

"Are you okay?" Sejenak tatapan Rowan khawatir tapi setelah matanya menscan, ternyata Elisa baik-baik saja.

"Hm, as you can see." Elisa memberi senyum kecil, tanpa sadar menimbulkan debaran kecil yang ringan di rongga dada Rowan.

Albert memerhatikan itu semua, "hm. Ternyata dia tahu cara tersenyum." Ucap Albert kecil.

"Kau lihat apa?" Tanya Airlyn pada Albert. "Oh, Elisa. Dia memang cantik."

Albert menoleh sambal tersenyum tipis ke arah gadis berambut lurus dengan bandana hitam itu.

"You know, dia hanya dekat dengan Rowan, si nerd tampan itu. Seluruh laki-laki di sekolah tidak suka dengan Rowan karena hanya dia yang bisa seakrab itu dengan si dingin, Elisa. Sedangkan seluruh perempuan di sekolah membenci Elisa yang cerdas, cantik, kaya, mumpuni dalam segala hal." Airlyn menjelaskan panjang lebar. "Hm, katanya, jika kamu berhasil mendapat senyum Elisa, 70% kau bisa jatuh cinta padanya. Bitchi!"

"Kau juga tidak suka dengan Elisa?" Sahut Albert dengan dahi berkerut, Airlyn baru saja mengumpati Elisa dengan suara kecil.

"Tentu saja, tapi alasanku berbeda dari kebanyakan orang dalam hal membenci gadis itu."

Setelah itu, Albert tidak berkata apa-apa lagi.

***

Triing!

Handphone milik Elisa berbunyi sebentar menandakan baru saja ada pesan yang masuk. Dengan cepat Elisa mengambil benda persegi pipih itu lalu melihat pesan tersebut.

To : Elisa Valiana
From : 'Bos'

Elisa, aku membutuhkanmu di kantor.

Baik, saya segera ke sana.

Bertepatan saat itu bel istirahat berbunyi, Elisa menjadi orang pertama yang keluar kelas padahal guru belum menutup pelajarannya. Rowan mengernyit, biasanya jika gelagat Elisa seperti ini sudah pasti ia akan bolos hari ini.

Albert juga memandang bingung kepergian gadis itu. Apa dia kelaparan? Apa Elisa ke toilet?

Ada tanda tanya besar di kepala Albert dengan kepergian Elisa yang terbru-buru itu.

***

To be Continued...

Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang