5. Intermezo The Twins.
***
Author Pov...
Kedua bahu Elisa turun naik, pertanda bahwa ia tengajh menumpahkan segala gejolak menyesakkan dadanya, lewat air mata. Ya, tangisannya begitu pilu mengisi sore indah itu. Dibawah langit yg memancarkan warna kuning keemasan yg memukau itu, Elisa jatuh terduduk di hadapan gundukkan tanah tempat bersemayam sahabatnya itu. Matanya terpejam erat, tetapi bukannya mereda, linangan air mata itu justru menderas.
Perlahan, gadis berambut cokelat itu menegakkan tubuhnya, bangkit berdiri. Tangan kanannya terangkat, kini jari-jari lentik itu tengah menghapus jejak airmata yg berada dikedua pipi chubby-nya itu. Dia berbalik, dan melangkah cepat meninggalkan pemakaman itu.
Satu langkah.
Dua langkah.
Tiga langkah.
Tepat pada langkah kesepuluh, dibawah gerbang pembatas pemakaman itu, langkah Elisa terhenti. Ditolehkan kepalanya ke belakang, untuk terakhir kalinya... Setetes air mata kembali turun, meluncur dengan bebasnya.
Gerakan tubuhnya sangat cepat, sampai tiba-tiba dia kini berada di dalam mobil yg tadi dikendarainya.
Dadanya kembali bergemuruh, kedua bahunya bergetar, kini dia tengah menahan gejolak itu lagi.Inilah alasan mengapa Elisa jarang berkunjung ke tempat itu, karwna saat dia kembali ke tempat itu, kilas balik kejadian buruk itu pasti selalu berputar layaknya kaset rusak dan membuatnya muak.
Perasaan yg sama, perasaan yg sama sekali tak berubah, perasaan yg sangat menyesakkan. Yaitu, perasaan yg kini dirasakan Elisa. Perasaan... Kehilangan.
Elisa langsung saja menginjak pedal gas setelah menghidupkan mobilnya itu. Meninggalkan pemakaman itu dengan perasaan campur aduk.
Dan tanpa disadari, sedari tadi ada orang yg mengikutinya. Dan kini sedang bersembunyi di balik pohon besar sambil memegangi dada serta kepalanya. Sesak dan sakit didera. Dia kesakitan, dan tak tahu atau tak mengerti penyebabnya apa.
***
Tuk! Tuk! Tuk!
Eliza—kembaran Elisa— kini tengah berjalan anggun di catwalk, sekarang dia tengah bekerja. Ya, Eliza bekerja sebagai model. Karirnya kini tengah melejit, bukan hanya karena parasnya. Gadis berumur 17 tahun itu, terkenal juga karena nama Robert yg disandangnya.
Riasan diwajah Eliza membuatnya tampak dewasa. Bukan pemandangan yg aneh memang, untuk era sekarang.
Dibanding Elisa yg jarang menggunakan kosmetik berlebihan, dengan Eliza yg setiap harinya menggunakan barang kecantikan itu, Elisa masih cantik berkali-kali lipat bila disandingkan dengan Eliza.Eliza itu tidak ugly, hanya saja akibat menggunakan riasan berlebihan seperti itu, wajah Eliza tidak sinkron dengan umurnya. Wajah miliknya lebih pantas di miliki oleh wanita berumur 25 tahunan. Kesan polos dan manis, seperti gadis-gadis SMA lainnya kini tak lagi dimiliki Eliza. Mungkin Eliza lebih pantas disebut seorang 'tante', dan itu perlu digaris bawahi.
Eliza juga bukannya tidka tahu, bahwa Elisa masih berada jauh di atas, bila dibandingkan dengan dirinya. Entah itu kecantikan, ketenaran, bakat, dan... kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Family (REVISI)
Teen Fiction#1 HighestRankofGelap's Story PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT. WARNING : HATI-HATI! EMOSI JADI CAMPUR ADUK KEK NASI CAMPUR *Eh, AKIBAT MEMBACA CERITA INI. STORY : Dear, My Family Story By : Aldia_Fn Amazing Cover by : Tezzyy- *.*.* Dibenci tanpa tahu se...