CHAPTER 11

8.6K 472 0
                                    


"Antonim dari Cinta itu bukanlah benci. Melainkan harus merelakan dan meninggalkan."

~~Anonymous~~

11. Thunder!

***

Jakarta, Indonesia.

Seorang pria berjas hitam, dengan posisi duduk menaikkan kakinya—bertumpu—ke kaki satunya.
Dia menyesap dalam, sebuah cairan coklat namun sedikit pahit, cappucino. Hamparan kota metrapolitan, menjadi obyek pandangannya.

Pria itu terus menatap hiruk-pikuk malam Jakarta yg dominan di isi anak muda.

Asap cappucino itu mengepul hangat, di antara dinginnya malam kala itu. Pria itu hanya menatap, tanpa melakukan apa-apa.

Di cafe dengan nuansa modern, bertema Eropa. Dahinya menampakkan kerutan-kerutan yg samar. Dirinya sedang memikirkan sesuatu nampaknya. Matanya terus menatap, namun pandangannya kosong.

"Apa yg sedang kurasakan? Kenapa firasatku tidak enak?" gumamnya lirih sembari bertanya pada dirinya sendiri. Mata pria itu terus saja bergerak liar, dengan gusar. Sesekali dia mengusap wajahnya kasar. Dirinya benar-benar dirundung sesuatu yg dirasakan, namun tak di ketahui.

Seperti ada hal buruk yg akan terjadi, pikirnya setelah merasakan perasaannya terus saja gelisah.

Ponsel di saku celana kainnya berdering dan bergetar. Dengan reflek dia mengambil benda persegi pipih itu dan melihatnya.

"Hallo," ucapnya setelah ponsel berwarna hitam-kelabu itu menempel di telinganya, dengan tangan kanan yg memegang benda itu. Ada nomor tak diketaui yg nampak di layar ponsel itu.

Ada jeda di saat itu. Namun, helaan napas tak luput dari pendengaran lelaki itu.

"Siapa?" ucapnya sekali lagi. Kini di sebrang sana, terdegar suara helaan napas yg kasar dan terdengar sulit.

Pria itu tak mendapat balasan, kembali. Dia segera menjauhkan ponsel itu dan berniat mematikannya  sebelum ada suara yg menyahut di sana.

Sedetik kemudian, dia langsung menempelkan kembali ponselnya dan langsung berdiri, berniat untuk pulang.

"Hallo," sapa seseorang di seberang sana.

"Ini siapa?" ujar lelaki bermanik indah itu datar.

"Apakah benar ini salah satu keluarga Eliza Belianna Robert? Tuan Azriel Xander Robert?"

"Iya," jawabnya pendek. "Ada apa?" Tambah Azriel kembali.

"Begini, saya adalah Suster Lexa dari Rumah Sakit De Lort. Kami baru saja mendapatkan seorang pasien dengan nama Eliza. Dan seorang pasien lagi yg datang bersama Nn. Eliza." Ujar Suster itu.

"Pasien dengan nama Eliza Belianna Robert telah mengalami kecelakaan di jalur tol Transylvania menuju bandara 2 jam yg lalu." ujarnya dengan bahasa inggris yg fasih. (kata langsungnya tetap Indo, sebab gak semua orang ngerti bahasa Inggris)

Bak di sambar petir siang bolong, Azriel langsung mematung. Jantungnya terasa berhenti berdetak, lidahnya kelu. Tubuhnya benar-benar mematung, dengan pikiran yg tadinya penuh seketika menjadi kosong.

Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang