CHAPTER 25

5.7K 316 25
                                    

25. Just...

"Aku hanya ingin berucap,  itu."

***

"Lis,  udah gue bilang jangan makan es krim mulu. Sini dah tuh es,  biar gue buang!" Decak Albert yang kesal karena Elisa yang cuek dan terus memakan Es Krim Vanilanya.

"Paan? Bomat."

"Mati dah lu!" Albert langsung menarik kepala Elisa ke bawah tangannya. Elisa dengan tak sabaran meraup oksigen sebanyak-banyaknya, dan dengan tangannya yang bebas langsung mencubit perut Albert.

"Bau banget tuh tangan. Kotor dah gue." Gumam Elisa menatap bengis Albert yg mengaduh.

"Elah,  emang gue sekotor apa dah di mata lu?"

"Lebih kotor dari nanas."

Fyi, Elisa benar-benar benci nanas, dan itu perlu digaris bawahi. Baginya nanas itu lebih kotor dari sampah. Astaga,  nanak itu menjijikan!

Ctak!

Albert melotot sadis mendengar hal itu. Elisa ini memang minta dijitak, ya.

"Udah ah. Cepet ganti baju, terus nanti keluar. Gue nunggu depan pintu, cepetan yah!" Albert langsung melangkah, menarik koper.

Di belakangnya Elisa mencebik kesal pada lelaki itu. Namun,  tak urung setelah 10 menit dia langsung keluar dengan pakaian yang telah terganti.

"Antar ke apartemen." Ucap Elisa.

"Gak. Lo harus ke rumah,  sesekali pulang lah. Pokoknya lo harus pulang ke rumah,  karena seharusnya lo tuh masih semingguan lagi di sini," Albert menggeleng. "Masih untung Dokternya,  bolehin lo pulang padahal baru 3 hari. Jahitan aja belum kering."

Elisa bersikeras,  "gue gak mau!"

"Kenapa?" Albert bertanya tak tahu. Atau mungkin berpura-pura.

Elisa menatap jengah. Manusia munafik di depannya ini, berhasil membuatnya kesal.

"Cuma 2 hari. Gue bakal pulang dan itu cuma 2 hari." Elisa memalingkan wajah.

Albert tersenyum,  "Deal!"

Lalu tangannya menarik Elisa keluar, ke arah tempat parkir rumah sakit itu.

***

Tok! Tok!

Tak lama pintu berdecit, menghasilkan bunyi yang bergesekan oleh lantai marmer itu. Siluet bayangan muncul, sebelum akhirnya Ibu Elisa membuka pintu.

Celine terkejut, matanya langsung memanas melihat Elisa yang tanpa senyum meliriknya. Tangannya merengkuh tubuh Elisa dengan tangis. Ah,  putrinya akhirnya pulang.

Namun,  baru sedetik ringisan Elisa melepas peluk hangat itu.

Celine menoleh ke arah lengan kiri Elisa dan benar saja itu adalah penyebabnya. Cairan merah tampak muncul setitik di bajunya yang berwarna cream pastel itu.

"Kamu gak apa-apa?" Tatapan Celine mengarah ke bawah lalu ke atas,  ke atas dan ke bawah dengan awas pada tubuh Elisa. Khawatir putrinya yang bak porselen itu mengalami luka-luka lain.

Elisa hanya mengangguk singkat. Sedangkan Albert, pemuda itu langsung pergi setelah mengantar Elisa dan menaruh koper di samping Elisa.

Tampaknya Albert tahu,  ini adalah Family-Time untuk Elisa.

"Ayo masuk, Ibu akan membereskan kamarmu dulu. Ada kakakmu di ruang tengah." Celine tersenyum sumringah,  "sini kopernya, biar Ibu yang bawa."

Elisa terperangah. Kenapa mendadak Ibunya jadi seperti itu? Dia menggelengkan kepala pelan,  lalu masuk ke rumahnya.

Matanya menjelajah seperti baru pertama kali masuk ke rumah besar itu. Ah,  semuanya masih sama.
Bahkan flower-wallpaper yang robek itu masih belum di perbaiki.

Elisa kembali melangkah, dia tiba di ruang tengah. Namun,  langkahnya terhenti saat suara Azriel terdengar seperti menelpon seseorang.

"Ah, misi kita berhasil. Elisa tampaknya sedang dalam perjalanan ke sini. Aku sudah menyuruh Albert.

Ya, ya. Aku tahu itu tindakan yang salah,  tapi itu satu-satunya untuk membawa Elisa kembali ke—"
Ucapan Azriel spontan terhenti.

Ponselnya terjatuh ke sofa,  saat melihat Elisa yang melewati ruang tengah begitu saja dengan lirikan mata yang sarat. Azriel tahu lirikan itu,  lirikan yang sama seperti saat dia meninggalkan rumah ini.

Apa Elisa mendengar semuanya? Bodohnya,  aku yang tidak sadar tadi adalah koper Elisa!

Cklik!

Elisa menutup lalu memutar kunci pada pintu kamarnya. Lagi-lagi dirinya terkhianati. Padahal,  ia ingin melupakan sejenak kebenciannya.

Tunggu saja. Tunggi saja saat semuanya tak lagi semu. Tunggu saja,  saat ia tahu kebenarannya.

"Elisa..." Gadis itu menyebut namanya sendiri,  sambil terkikik. Namun, tak lama tangisan kembali lolos dari tubuh ringkih itu.

***

"Halo, Arka. Cepatlah pulang, Elisa ada di rumah." Celine menelpon Arka bersemangat.

"Benarkah? Oke, Bu."

"Oh iya,  beli banyak makanan seperti ayam,  ikan,  sphagetti, susu,  cokelat,  es krim,  dan bla bla... "

"Ya. Nanti aku akan ajak Ayah juga."

"Hati-hati dan ingat yang Ibu pesan. Malam ini kita akan makan sekeluarga lengkap, dan pasti menyenangkan mengingat Elisa ada di sini."

"Baik. Aku dan Ayah akan tiba jam 7 nanti."

***

To Be Continued...

#Sorry for Typo.

Hello-Hola.

Astaga,  kangen banget sama Wattpad. See,  maaf ya gak up teratur.

Ini semua karena aku lagi prepare untuk lomba nasional.

Jadi,  mungkin 2 minggu ke depan aku bakal off dulu. Dan ya, kalo aku waktu senggang aku bakal up kok.

Jadi,  stay tuned ya.

:)

Ps : Iya,  tau klo akhirnya gantung. Tapi,  2 chapter berikutnya bakal terisi Elisa sama Keluarganya.
Bener-bener galau kalo dah baca 2 chapter nanti.

Spoiler jangan? :v

Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang