CHAPTER 4

10.3K 534 23
                                    

Terkadang... Falling in love just take my life, itulah pikir ku.

***

Author Pov...

FLASHBACK 2 on :

Masih seperti hari biasanya, Elisa dan Ray-bertetangga- menjalani sore harinya dengan bermain berdua tanpa ada satu pun dari keluarga Robert yg memedulikan Elisa.

Dan pada sore hari, giliran Elisa yg akan mengajak Ray bermain di lapangan seperti biasa.

Sekarang dia tengah mengetuk berulang kali pintu, namun masih tak ada sahutan. Dan rumah megah yg dulunya selalu nyaman dan hangat ini kenapa tiba-tiba berubah menjadi rumah sepi nan sunyi?

Biasanya tante Cellin -Mama Ray- selalu siap sedia dengan cepat membukakan pintu bahkan saat Elisa baru sekali mengetuk. Kenapa tiba-tiba sepi begini? Pertanyan-pertanyaan lainnya berkumpul dan saling berkecambuk di benak Elisa.

Karena Elisa orangnya nekad dan tidak menyerah, dengan mantap Elisa menaiki kursi depan teras mengintip ke arah jendela besar rumah -bergaya Vanessa- yg gordennya sedikit terbuka.

Dengan menutup mata sebelah kiri, ia mengintip ke dalam rumah.

Kosong dan gelap.

Keadaannya benar-benar temaran dan gelap. Seperti penghuninya sudah pergi sejak jauh-jauh hari.

Seketika tubuh Elisa meluruh. Pandangan matanya kosong, lurus ke depan.

Dan tak lama butiran-butiran bening meluncur bebas tanpa permisi dan tak bisa dicegah. Dia sadar bahwa keluarga Golber tidak ada.

Mereka telah pergi, dan tak tahu kapan dan sampai kapan perginya.

.........

Elisa berjalan gontai ke dalam kamarnya. Namun, belum sempat masuk ke dalam, Elisa di kejutkan dengan jeritan dan tangisan kencang dari sebelah kamarnya, kamar Eliza.

Dengan langkah cepat, Elisa akhirnya sampai di depan pintu bercat pink itu.
Gadis dengan kuncir kuda itu, tanpa membuang waktu langsung masuk.

Terlihatlah Eliza sedang menangis terisak dengan kencang sambil terus menatap boneka Rapunzel-nya dengan mata berlinangan air mata itu.

Elisa langsung berjongkok di depan Eliza, entah apa yg akan terjadi jika Mama nya melihat ini, pasti Elisa yg akan dimarahi.

"Eliza, kenapa? " ,ucap Elisa lembut sambil menatap sendu kembarannya yg bernetra coklat itu, berbeda dengan dirinya yg bermanik mata biru sapphire.

Eliza hanya menatap bengis dan sinis ke arah Elisa yg kini tengah berjongkok tepat di hadapannnya.
"Pergi kau, dasar pembawa sial! " ,sungut nya.

Elisa memang sudah terbiasa mendengarnya dan selalu bisa menahan dirinya agar tidak terluka tapi, tetap saja entah mengapa hati Elisa mencelos mendengar kembarannya sendiri mengucapkan 'itu'.

For you information, keluarga Robert menganggap Elisa tidak ada. Mereka hanya menjudge Elisa karena mereka beranggapan Elisa telah 'membunuh' 'dua orang' keluarga mereka. Hei! Apakah mereka sadar bahwa Elisa juga adalah bagian dari keluarganya? Dan apakah mereka tidak memiliki akal? Pikirkan. Bagaimana bisa anak berumur 8 tahun mampu membunuh dua orang terkasih dan paling dekat dengannya? Memang Keluarga Robert itu childish dan berpikiran sempit! Bukan berpendidikan seperti yg orang bilang.

Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang