CHAPTER 29.2

3.6K 227 16
                                    

29.2. Sejalan, selurus.

(INI SAMBUNGAN CHAP 29, CHAP 30 AKAN MENYUSUL SETELAH DMF -KELUARGA- VERSI REVISI UP)

Author's Notes

KEMARIN AKU UP CHAPTER 29. PASTI BANYAK YANG GAK NGEH KARENA ITU DI BELAKANG AUTHOR'S NOTES, KLO MAU LANJUT, BACA CHAP 29 DULU YA;)

***

"Apakah aku ketinggalan sesuatu?" Pertanyaan Elisa sontak membuatnya menjadi pusat perhatian di meja berlabel VVIP itu.

Eliza sedikit terperangah melihat kedatangan Elisa yang tiba-tiba itu. Ia mendengkus walau sempat melirik sekilas gaun yang dikenakan Elisa. Sok cantik.

"Nope." Eliza menjawab, "kami hanya sedang membicarakan jadwal perjodohanku dengan Whistey's Son, Albert."

Bibir Elisa membentuk garis lurus. Elisa seakan sempat kehilangan jiwanya sepersekian detik.

Lantas, ia pun bersandiwara. Elisa membingkai wajahnya dengan senyum simpul.

"Ah," gadis itu sekalian menghela napas, "begitu rupanya."

Eliza sukses melotot dengan respon Elisa yang diakhiri senyum itu. Bukan hal sulit bagi Eliza ketika harus membaca bahwa Elisa telah jatuh pada Albert.

Eliza menggeram tertahan kala sekali lagi harus melihat senyum memuakkan wanita berambut cokelat itu.

Dengan gerakan natural Elisa mengambil tempat untuk duduk, "jadi, ada yang bisa menjelaskan perjodohan ini?" Tak bisa berbohong, pandangan matanya kian menajam. "Sepertinya aku tertarik akan topik ini."

Arka menggelengkan kepala. Hal terakhir yang dia ingat, bukankah Albert bersama Elisa di tengah hujan itu?

Begitupun pikiran Azriel, sudah jelas bahwa Albert mencintai Elisa karena telah bersedia mengikuti rencananya dan membawa Elisa kembali pulang.

"Hm." Stark mengambil alih dengan berdehem, "keluarga Robert dan Whistey memang akan melakukan perjodohan. Terlebih Whistey hanya punya satu penerus, Albert H. Whistey. Demi kelancaran bisnis dan persahabatan, kami berinisiatif untuk menjodohkan salah seorang dari kalian dengan Albert tentunya."

Elisa mengangkat alis, tak jelas dan tak tahu harus bagaimana responnya saat ini.

Eliza berdecih pelan, "aku bersedia." Tatapan Eliza mengawasi tiap respon Elisa. "Aku yang akan melakukannya."

Celine memandang Elisa, "bagaimana, dear?"

Jangan salahkan Elisa jika saat ini perutnya tengah bergejolak hanya karena panggilan barusan.

Elisa menatap Celine, ah, tatapan itu lagi. Sepertinya Celine ingin agar Eliza yang dijodohkan. Tatapan memaksa dan tak ingin kalah. Penuh keyakinan.

Elisa tersenyum skeptis, "silakan saja. Mungkin Eliza yang lebih pantas."

Demi Tuhan, bukan ini maksud Eliza. Eliza mengharapkan respon Elisa yang lebih waw dari ini. Walaupun tak dipungkiri hatinya kini seolah dipenuhi hujan bunga, Eliza tetap ingin merasa menang. Bukan merasa bahwa lawannya yang mengalah.

Tak disangka, Elisa malah menepuk lembut kepala Eliza yang berhasil membuat anggota keluarga lain menganga kaget.

"Good luck, dear."

Setelahnya suara sepatu hak 5 cm Elisa yang mengiring kepergian gadis itu.

"Kita akan membicarakan ini nanti,"-pandangan mata Stark ke arah Eliza-"tentu dengan adanya kehadiran Whistey."

Entah kenapa rasa keki tertanam di hati Eliza saat ini. Ia jadi ingin melempar semua barang di hadapannya.

***

"Hello, D. Sepertinya kita harus mulai dari sekarang." Elisa menelpon Devina sembari masuk ke dalam mobil.

"Kita akan bertemu besok di Cafe Vale pukul 9 pagi. Kita harus menyusun rencana, 'kan?"

Setelah mendapat jawaban iya dari seberang, Elisa tersenyum, ah, lebih tepatnya menyeringai. Selanjutnya tangannya yang bertindak menghidupkan mobil dan menjalankannya. Tak luput tatapannya yang kini kian mendingin.

Kalian tak akan membayangkan rencana apa yang kubuat.

To Be Continued...

***

A/N

Iya, dikit. Soalnya ini lanjutan part kmren ya. Part selanjutnya akan menyusul:)







Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang