CHAPTER 21

8.2K 444 48
                                    

21. Sememtara, terselesaikan.

"Semuanya akan baik-baik saja, menjelang akhir."

-Elisa Valiana Robert-

***

"Maksud lo, apaan?" Elisa menatap dingin pada Ray, yang hanya disambut senyuman hangat.

"It's oke, now you're is my girlfriend. But, this all is for Albert. Gue pengin dia marah."

Cih.

"Gak harus jadiin gue umpannya kan?" Elisa mengangkat alis sinis. "Gue gak mau. Kita putus."

Elisa langsung pergi meninggalkan Ray yg kini diselimuti amarah.

"Shit. Padahal, tadi hampir berhasil."
Ray mengumpat pelan dengan tangan yang mengacak rambut frustasi.

Ray langsung berlari. Menahan tangan Elisa—yg sebelumnya sempat menyentaknya, dan menatap dalam Elisa.

"Lo masih menganggapku sahabat?"
Tanya Ray pelan dan parau.

Elisa mengangguk.

"Hanya sahabat?" desak Ray.

Elisa terdiam. Dia bingung.

Namun, Ray masih menunggu. Setelah itu mendadak tawa hambar keluar ke permukaan.

Elisa masih bungkam.

"Aku tahu jawabannya. Oh c'mon, aku mengerti." Namun, nyatanya Ray tidak benar-benar mengerti perasaan Elisa.

"Yeah," lanjutnya, menjeda. "Kita memang baru bertemu akhir-akhir ini. Kita juga kembali dekat akhir-akhir ini. Namun, aku sadar kita tidak benar-benar dekat sewaktu kecil."

"Tidak ada kata kita sebelumnya, Ray." Elisa tiba-tiba menyela.

Ray tersenyum, muram. "Aku akan memperjuangkan ini."

Di situ, Elisa sadar Ray benar-benar serius. Dengan Ray, yang tidak menggunakan kata lo-gue.

"Kita akan dekat, lebih dekat dari dulu. Kamu akan kembali menyukaiku, seperti yang pernah kau katakan di makam, saat itu."

Deg. Kenapa Ray bisa tau? Elisa melotot, kaget.

"Aku selalu mengikutimu, Dear."

"Jangan macam-macam, Ray!"

"Aku tahu semua tentangmu. Kamu yang memiliki rahasia, White Mask, 'bukan?" Ray menyemburkan tawa lagi.

Elisa merasakan badannya benar-benar kaku.

"Aku tahu. Kau tahu itu. Tapi, Albert tidak. Kau tak pernah mengenal dia. Dia hanya bagian masa lalu-mu. Dia tak tahu kamu. Aku adalah orang yang benar-benar tau. Dan aku pasti akan memilikimu."

Elisa benar- benar takut dengan nada suara Ray yang rendah. Kau tahu, dia seperti bukan Ray. Tapi, dia Ray. Namun, sikapnya seperti psycho.

Ray pergi. Tapi, Elisa tahu satu hal. Perasaan sukanya pada Ray telah terkubur. Namun, kata-kata Ray terus tergiang. Memilikimu... Memilikimu...
Oh ayolah, apa Ray itu terobesesi?

Elisa tahu bahwa sejak kecil, Ray yang menemani Elisa. Memberi makan Elisa saat jatah makan Elisa tak diberikan oleh Ibunya karena membuat kesalahan kecil. Menyuruh Mamanya sendiri, agar mengambilkan Raport disaat Elisa tak memiliki Wali. Dan mentraktir Elisa saat uang saku ataupun sarapan yang tidak diberikan kepada Elisa.

Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang