CHAPTER 7

9K 489 6
                                    


Menilai orang dari cerita orang lain? Sama saja dengan kamu makan makanan yg sudah dicerna orang lain.
Rasanya, Enak?

~Don't Judge the book by its cover~


07. I Don't Know.

***

Author Pov...

"Hai, Albert!" sapaan Elisa, langsung saja membuat Albert membuka kacamata dan mengalihkan pandangannya dari mobilnya yg terparkir di area parkir. Kini pandangannya hanya tertuju pada gadis dengan rambut panjang tergerai yg menatapnya dengan senyum tipis, itu Elisa.

Albert tersenyum lebar. "Hai, W' ups Lis!" , membalas hangat sapaan Elisa yg masih cenderung datar.

   Elisa maupun Albert memang menjadi dekat, semakin lama. Elisa hanya punya Albert sebagai satu-satunya orang yg menganggapnya. Oleh sebab itu beberapa siswa yg tau kedekatan mereka, memanggil mereka dengan panggilan Lisal. Elisa dan Albert.

   Sudah sekitar seminggu Elisa tidak pernah menampilkan rupanya di depan anggota keluarga Robert. Namanya pun telah berganti dari Elisa Valiana Robert, menjadi Elisa Valiana Oxnaz. Dan dia juga tak tahu kabar dari keluarga itu.

Tanpa ragu, Alberr merangkul pundak Elisa mesra. Sambil terus menebarkan senyum pada Elisa, namun yg malah tersipu adalah siswi-siswi yg melihat senyum Albert itu.

"Akh, Albert ganteng amat, cuy!"

"Lisal cocok banget, sumpah! Berasa pasangan Goals beneran!"

"Ya Ampun, senyum mahal Albert di berikan cuma-cuma buat Si Elisa sok cantik itu!"

"Ish, paan sih tuh Elisa. Godain Si Albert aja. Masih cantik juga gue!"

"Nge-fly cuma gegara liat tuh senyuman Albert ganteng!"

"Elisa kok makin lama, makin cantik yak? Jadi pacar gue dong, Lis!"

"Astogeh, sumvah tadi gue liat Elisa senyum. Ya Ampun, bidadari dah keliatan semakin nyata, eh!"

"Kok gue baru sadar ya, kalo Elisa lebih cantik dari Eliza?"

    Baik, siswa maupun siswi memberikan pandangan berbeda masing-masing untuk dua sejoli ini.
Nyatanya, kedua orang itu hanya mengangkat bahu tak peduli, cuek.
Kedua orang itu saling merangkul, atau lebih tepatnya Albert yg merangkul Elisa possessive, berjalan menuju kelasnya, tanpa peduli semakin banyak pasang mata dan bisikan terus terlihat dan terlontar.

"Elisa, kamu tidak usah dengar itu!" ,ucap Albert tegas. Matanya menatap tajam, nyalang ke arah sekitar. Dan seketika keadaan menjadi hening, sunyi.

Elisa memutar bola mata malas.
"Aku punya telinga, Al. Sudahlah, kita ke kelas saja!"

"Eh, iya. Maksud aku itu, kamu tidak usah mengambil hati perkataan mereka."

"Hm."

"Yah, kembali lagi jadi dingin. Gitu aja terus, sampe Antartika mencair!"

Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang