CHAPTER 23

7.7K 428 36
                                    


23. Sehari setelah UN.

WARNING!!! DMF MENDEKATI KLIMAKS! SO, CERITA INI BAKAL DIPERCEPAT, dikit sih :'

• • • •

Brum! Brum!

Elisa sedang kalut. Dan karena berdasarkan kekalutan itu, Elisa lebih memilih melampiaskannya. Yup, pelampiasan di arena balap mobil.

Apa Elisa belum memberitahu? Oh yah saat sore, sepulang UN Elisa bersama Devina diserang 'musuh' Mr. August.

Flashback On :

"Dev, lo ngerasa ada ngikutin gak sih?" tanya Elisa yang terus melihat ke spion mobil.

Devina menoleh ke belakang, lalu terperangah saat melihat ada satu mobil hitam tepat di belakangnya.

"Lis, keknya iya deh. So, lebih baik kita ke tempat sepi," Devin menunjuk sebuah jalan di sisi kiri.

"Oke." Elisa menyetujui.

Dan benar saja, mobil itu tetap mengikuti mobil Elisa. Bahkan saat Elisa berhenti di sebuah gang kecil-mobil tidak bisa masuk, mobil legam itu juga berhenti.

"Astaga, jadi agen kok susah gini sih. Lama-lama ngajuin resign juga gue, " gerutu Devina saat melangkah keluar mobil.

"Oh, my. Ternyata cuma 8 orang. Bagi setengah-setengah aja, Lis." Perlu satu penjelasan, bahwa Devina memang 'cerewet'-well, itu kodrat perempuan, tapi untuk wanita pendiam seperti Elisa-itu cukup menganggu di saat mode serius.

Elisa sudah menyerang lebih dulu sebelum Devina menyelesaikan perkataannya tadi. Dengan gerakan dasar dan terbaca, Elisa mengangkat salah satu kakinya tinggi-tinggi dan menendang angin. Orang bertubuh kekar di hadapannya hanya mundur satu langkah. Elisa langsung di kepung 3 orang lainnya. Karena 4 orang tadi sudah diatur oleh si Devina.

Devina tertawa seperti orang gila, setelah sadar lawannya ternyata memiliki daya tahan yang lumayan kuat. Dan itu tak menjadi kendala sebenarnya. Hanya saja, Devina ingin bertanya satu hal. Kenapa dia harus tumbuh dengan tubuh yang pendek, heh?! Seketika Devina mengumpat keras-keras.

Bagi prajurit di balik layar-seperti Devina,-ini cukup menganggu karena gerakan Devina yang kaku dan tempat yang terbatas.

Aku masih ingin menemui Roland, Ya Tuhan! Tiba-tiba ia teringat pada pacarnya setahun terakhir ini. Pacar jangkung dengan mata hitam yang cekung-kini sedang berkuliah di Oxford-Oh, Devina mulai merindukan candaan garing pacarnya itu.

"Mati kalian, brengsek!" Tiba-tiba tubuhnya panas karena amarah. Meluap-luap. Berapi-api.

Dengan gerakan tak terlihat Devina mengambil lipstik dari saku celananya. Kemudian menekan kuat tombol kecil di bawahnya. Belati kecil berukuran sekitar 10 cm keluar. Ujungnya mengkilap, entah karena tajam atau terpantul cahaya. Atau keduanya?

Itu senjata paling biasa yang bisa ditemukan di FBI, CIA, dan White Mask pada era modern seperti sekarang.

Di tengah remang-temang cahaya, Devina bergerak cepat bak tupai sembari mengayun-ayunkan belatinya di segala sisi. Devina langsung menyeringai saat mendengar ringisan dari salah satu dari pria-pria tinggi ini. Pria-pria ini hanya bisa menyerang saat mendengar suara-dan oleh sebab itu Devina berusaha tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

Entah kenapa dia suka sensasi ini. Sensasi saat melihat darah yang keluar dan langsung mengucur. Sensasi saat nendengar nada kesakitan. Ah, Devina haus akan semua itu.

Mungkin dia bisa mengajukan surat kerja lapangan kepada Mr. August agar beberapa agen IT, khususnya dia diberikan latihan dan persenjataan.

Seringai Devina semakin melebar. Dia akan melakukan ini semua tanpa menendang. Dia harus bersikap anggun dan feminim sebagai seorang wanita walau di saat seperti ini, 'bukan?

Sudah pasti. Orang pasti mengira Devina menerima tanda-tanda awal akalnya yang mulai kehilangan kewarasan. Rangsangan 'kegilaan'sudah pasti menyerangnya.

Crash! Crash!

Belatinya berhasil menembus dua jantung! Hahahaha! Ini menyenangkan, sungguh!

"Elisa! Aku tak tahu sensaninya akan luar biasa seperti ini!" Teriak Devina girang-mirip psychopat-yang tidak dipedulikan Elisa.

"Ah, gak seru!" Keluh Devina saat melihat bajunya yang kotor terciprat darah. Dengan anggun Devina melangkah ke arah mobil melewati mayat-mayat bersimbah darah itu.

Elisa sudah duduk ketika Devina mendudukan tubuhnya di dalam mobil.

Brum! Bruuum!

Tanpa banyak bicara, Elisa langsung melajukan mobilnya menjauh, mendekati jalanan ramai.

Flashback Off ~

Elisa sebenarnya sudah muak dengan pekerjaannya yabg selalu mempertaruhkan nyawa seperti itu. Sudah lelah, menghadapi musuh yang bahkan tak ada habisnya.

Tapi, jika dia resign maka ia akan dinilai tidak profesional. Sedangkan kontrak kerja Elisa masih 30 tahun lagi.

"GO! GO! GWEN, SEMANGAT!"

Orang-orang itu berseru kala melihat mobil Elisa sudah maju mendekati arena. Ada 1 mobil di sebelahnya, yang tentunya sebagai penantangnya.

Fyi, Elisa baru sesekali ke sini dan dia memang sudah terkenal karena kelihaiannya mengemudikan mobil, sebagai 'perempuan'.

Hitungan mulai dimulai dari 3, 2, 1. Dan peluit berbunyi!

Mobil merah metalik di samping Elisa sudah meluncur lebih dulu, terkendara dengan cepat sebelum Elisa sempat menyusul.

"Sial!" umpat Elisa ketika sadar musuhnya tidaklah mudah.

To Be Continued...

***

Hehe, mianhe. Aing seketika lupa sma wp, gegara sekolah.

Btw, sesuai janji aku bkal double up kok. Besok yaaaw



Dear, My Family  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang