Bismillah..
Vote sebelum tau sesudah membaca.
Nb: Typo bertebaran.
*****
"Kalo sudah kamu selesaikan mana sekarang?"
Sivia mengotak atik laptopnya, kenapa file proposalnya bisa hilang tiba tiba, dan bodohnya lagi ia bekum mengcopy kemanapun jadi jika benar hilang dirinya harus membuat lagi.
"Pak, saya gak tau kalo file hilang, waktu rapat tadi masih ada file nya!" Ujar Sivia menocba untuk meyakinkan pak Marko.
"Kalian berdua juga udah liat kan di rapat proposalnya udah selesai?" Tanya Sivia meminta dukungan.
Chelsea dan Marsha saling menatap, "Iya pak, Sivia memang sudah menyelesaikan Proposalnya!"
"Sivia, saya cukup kecewa dengan kamu, bagaimana kamu bisa seceroboh ini, rapat gabungan tinggal tiga hari lagi!"
"Kerjakan proposalnya sekarang, kamu akan di temani Marsha dan Chelsea anggap saja itu sebagai hukuman kamu!" Sambung pak Marko.
Sivia menundukkan kepalanya, memang benar mengapa dirinya ceroboh sekali, tapi dirinya sudah memastikan jika file proposak itu masih ada.
"T_tapi pak!"
"Tidak ada bantahan, ini hukuman karena kamu sudah ceroboh Sivia!" Sivia mengehela nafasnya, Pak Marjo berjalab keluar dari ruang kesenian.
Chelsea dan Marsha menatap sendu Sivia mereka berjalan mendekati gadis itu lalu merangkulnya.
"Tenang Vi!" Ujar Marsha.
"Gue bingung aja kenapa filenya tiba tiba kosong!" Lirih Sivia.
"Udahlah, gue dan Marsha akan bantuin lo buat Proposalnya lagi, Ayo!" Ujar Chelsea.
Sivia menganggukkan kepalanya lalu menarik kursi dan duduk.
"Emang proposalnya belum lo copy kemanapun?"
Sivia menggeleng, "Ya, harusnya gue emang copy dulu untuk jaga jaga!"
Sivia mulai membuat proposalnya kembali dan dibantu oleh Marsha dan Chelsea, ini memang tanggung jawabnya sebagai ketua mau itu masalah besar atau kecil dirinya memang harus bertanggung jawab.
Sivia terdiam lalu melihat jam tanganya, hari sudah menunjukkan pukul 15.30 ia melupakan sesuatu, Sivia langsung merongoh tasnya mencari ponselnya.
Sivia sedikit mengurut keningnya, lima belas panggilan tak terjawab dari sahabatnya, kenapa dirinya bisa seperti ini mungkin karena masalah tadi dirinya lupa bahkan untuk mengabari jika tak bisa menonton pertandingan futsal hari ini.
Sivia mencari contact person sahabatnya untuk mengabari jika dirinya tak bisa datang, Sivia menghela nafas sebentar lalu menelpon sahabatnya.
Sivia memejamkan matanya, ponselnya berulah ponsel Sivia mati karena kehabisan baterai.
"Vi, ada pesan dari pak Marko, kita udah boleh pulang sekarang tapi proposalnya harus di kasih ke Marko besok pulang sekolah!" Ujar Marsha.
"Oke!" Sivia segera merapikan semua barangnya dan memasukkanya kedalam ranselnya.
"Makasih udah mau bantuin gue, gue duluan!" Sivia berlari keluar munuju parkiran, lalu melirik jam tanganya kembali, semoga saja pertandinganya belum selesai.
****
Tuk.. tukk..
Sivia mengetuk etukan jarinya ke stir mobilnya, hampir setengah jam mobilnya tak berjalan sama sekali, jalanan benar benar macet
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of Heart
Teen Fiction(Revisi) "Lo udah ngerubah semua sudut pandang gue tentang apapun" -Sivia- "Hanya lo yang bisa buka pintu hati gue, karena lo kunci hatinya" -Alvin- Ammorivia Naomi De Aldrich, gadis berparas cantik pecinta musik dan anak kecil, dia bukan tipikal pe...