Bismillah.
Vote sebelum atau sesudah membaca:)
Nb:typo bertebaran.
******
Sementara di dalam rumah, suasana masih sunyi baru saja selesai membaca surah yasin dan doa untuk Langit, Agni duduk di samping jenazah Langit, Agni menatap sendu kedepan di dalam hatinya ia masih meyakinkan dirinya untuk mengikhlaskan Langit.
Ify mengelus pelan pundak Agni menenangkan sahabatnya itu, "Kita bisa!" Ujar Ify, Agni sedikit menganggukan kepalanya.
Semuanya lenyap kebahagiaan nya tadi seolah sirna, hari ini seolah hanya kesedihan yang menimpa dirinya, Agni menundukkan kepalanya setetes air matanya kembali jatuh dari pelupuk matanya.
Semua menatap iba Agni, mata gadis itu sudah sangat sembab bahkan air matanya sudah sedikit mengering karena ia tak berhenti lagi menangis.
Cakka tak henti menatap kearah Agni, ia tak tau apa hubungan Langit dan Agni yang pasti Langit sangat berarti bagi gadis itu, rasanya belum lama ia melihat senyum lebar Agni saat ia berhasil meraih juara pertama pertandingan basket putri tadi.
Hati Cakka pun sedikit tersentuh, Agni yang ia tau gadis yang temprament jika ada yang menganggu sahabatnya, gadis yang cuek terlebih dengan laki laki yang tak ia kenal, hari ini seolah semesta memberi tau sisi lain gadis itu pada Cakka untuk kedua kalinya.
Saat ia dan teman temanya sampai di rumah Juan pandangannya tak henti pada Agni, kehilangan itu memang menyakitkan siapapun yang lahir akan mati bukan?
"Kka?" Cakka mengerjapkan matanya saat Ozy menepuk pelan pundaknya.
"Gue hanya Iba liat Agni!" Ujar Cakka.
"Siapapun akan begitu jika di posisi Agni"
"Iya, lo bener!"
'Lo boleh nangis sepuasnya hari ini Ag, hanya hari ini!'
******
Sementara di panti semua masih was was menunggu kabar dari rumah sakit, dari semalan Ratih belum menghubungi memberitau kabar Langit, Nina juga sudah mencoba menghubungi Ratih tapi hasilnya nihil.
Itu membuatnya merasa khawatir ditambah anak anak selalu menanyakan keadaan Langit dan bertanya kaoan Langit akan kembali ke panti.
Drrtt... drtt..
Ponselnya bergetar dengan cepat Nina langsung melihat siapa yang menghubunginya, Nina sedikit mengembangkan senyumnya saat melihat nama di layar ponselnya akhirnya Ratih menghubunginya.
Ratih mengangkat telepon dari Ratih, "Assalamualaikum bu, akhirnya ibu kabarin saya!" Ucap Nina.
"Walaikumsallam!" Nina terdiam ia mendengar suara Ratih sedikit bergetar.
"Semua baik baik aja, Bu?" Tanya Nina hati hati.
"Gimana kondisi Langit? Apa kondisi nya sudah mulai membaik?" Tanya Nina kembali.
"Bu? Ibu kenapa?"
"Langit meninggal, Nina!" Nina terpaku ditempat dirinya serasa ditimpa beban yang paling berat, dadanya sedikit sesak dan matanya mulai berkaca kaca.
"Meninggal? Langit meninggal bu?" Ulang Nina ia berharap yang ia dengar tadi adalah kebohongan yang hanya ingin membuatnya sedih.
"Iya!" Air mata Nina perlahan jatuh dari pelupuk matanya.
"Ibu sedang di rumah dokter Surya, Langit dibawa kerumahnya, karrna tak mungkin jika jenaza Langit di bawa kepanti, tolong jaga anak anak ya, Assalamualikum!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of Heart
Teen Fiction(Revisi) "Lo udah ngerubah semua sudut pandang gue tentang apapun" -Sivia- "Hanya lo yang bisa buka pintu hati gue, karena lo kunci hatinya" -Alvin- Ammorivia Naomi De Aldrich, gadis berparas cantik pecinta musik dan anak kecil, dia bukan tipikal pe...