Bismillah...
Budayakan Vote sebelum atau sesudah membaca:)
Nb:Typo Bertebaran.
********
Sivia menatap pantulan dirinya di cermin gadis itu mengembangkan senyummya, baginya mau bagaimanapun harinya nanti mau buruk atau tidak dia harus tetap tersenyum, setidaknya iabtak membuat sedih orang disekitarnya jika harinya sedang buruk.
Sivia melihat jam tangan yang melingkar ditangan kirinya, 06.30 sudah saat nya ia turun untuk sarapan pagi, ia berjalan menuju tempat duduknya lalu meraih tas ranselnya lalu memakainya.
Sivia melihat Mama,Papa dan adiknya sudah ada di meja makan, moment yang sangat jarang sekali ia lihat, orang tuanya mungkin sangat sibuk dengan dunia kerja mereka, terkadang hari ini ada dirumah dan besok sudah tidak ada lagi.
"Pagi Ma, Pa Tia" sapa Sivia, Irene tersenyum menatap putri sulungnya itu, sekarang kedua putrinya sudah besar ia tak tau sudah berapa banyak waktu yang ia sia siakan bersama kedua putrinya itu, ia dan suaminya terlalu sibuk dengan dunia kerja, untuk menjalankan perusahaan dari papa Aldrich, yang berarti kakek nya Sivia dan Tia.
"Pagi juga Sayang, sini sarapan" Sivia mengambil tempat duduk disampin adiknya itu.
Irene mengambim dua buah roti dan ia oleskan selai coklat kesukaan Sivia, dan meletakkanya ke atas piring dan memberikan segelas susu hangat.
"Makasih Ma" ujar Sivia."Iya Sayang"
Sivia memasukan potongan roti itu kedalam mulutnya sedikit demi sedikit, ia harap ia akan merasakan moment seperti ini sedikit lebih lama tidak salah bukan?
Drttt drrtrtt
Sivia dengan cepat menatap handphone mamanya yang bergetar, ia mengehela nafas berat, ia menatap Mamanya yang mengangkat sambungan telpon itu, Risa mengambil gelas susu hangat nya dan memenumnya untuk menetralisiskan sedikit pikiranya.
"Iya, Kamu urus semuanya dulu saya dan Pak Aldrich akan kekantor sekarang" Irene mematikan sambungan telponya.
"Ada apa Ma?" Irene menatap suaminya itu.
"Difa telfon Mama kita harus kekantor Pa, dan hari ini kita harus kesurabaya untuk Proyek yang disana" Sivia terdiam, baru saja tadi ia berharap, sirna sudah haralanya sekarang ia menatap sendu kedua orangtuanya.
"Mama sama Papa pergi lagi? Bahkan kalian baru semalem pulang setelah seminggu di surabaya" ujar Tia, Sivia menatap adiknya itu Tia juga pasti kecewa.
"Tia sayang, ini pekerjaan, ini tanggung jawab Mama sama Papa sayang"Irene mencoba untuk menjelaskan ia tau kedua putrinya ini pasti kecewa sebenarnya ia ingin sekali menikmati waktu bersama putrinya tapi tidak bisa untuk sekarang.
"Papa Janji, kita akan pulang cepat dan kita bisa buat Quality time bersama" Hibur Aldrich, Sivia tersnyum meskipun hati nya tidak bisa untuk diajak tersenyum saat ini.
"Kak, ayo kita pergi kesekolah" Tia langsung berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan mereka yang masih di meja makan.
"Tia" panggil Irene, ia menatap Sivia dengan tatapan sendu.
"Gak apa apa Ma, nanti Via coba bicara sama Tia, Kita pamit kesekolah ya Ma, Pa kalian hati hati di jalan"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of Heart
Novela Juvenil(Revisi) "Lo udah ngerubah semua sudut pandang gue tentang apapun" -Sivia- "Hanya lo yang bisa buka pintu hati gue, karena lo kunci hatinya" -Alvin- Ammorivia Naomi De Aldrich, gadis berparas cantik pecinta musik dan anak kecil, dia bukan tipikal pe...