"otakku serasa mau meledak.." gumam y/n sambil meletakkan kepalanya di atas meja.
Y/n sedang menghadapi ujian dan sekarang ia sedang berada di perpustakaan dengan beberapa tumpuk buku di depannya.
Ah andaikan otakku sejenius Namjoon Atau Yoongi oppa.
"Y/n?"
Y/n mendongak saat ada seseorang yang memanggilnya.
Ternyata Itu Namjoon. Orang yang baru saja ia sebutkan namanya dalam hati.
"Sedang apa?"
"Hm aku sedang belajar untuk ujian."
"Oh kebetulan aku juga mau belajar. Mau belajar bersama?"
"Apa boleh?"
"Tentu saja. Apa yang tidak untukmu."
Y/n balas tersenyum ketika melihat Namjoon tersenyum sambil memperlihatkan dimples nya.
"Apa ada yang tidak kau mengerti? Tadi aku lihat kau seperti sedang kesulitan."
"Ah ini, aku tidak mengerti matematika bagian ini" y/n menunjukkan bagian yang sulit ia pahami. "Aku bisa hanya dasarnya saja, kalau sudah seperti ini kepalaku langsung pusing karena tidak mengerti."
Namjoon yang tadi duduk di hadapan y/n kini mendekat menjadi duduk di sebelahnya.
"Oh ini sudah kupelajari. Jadi begini..."
Namjoon menjelaskan hanya menggunakan mulutnya. Y/n yang tidak begitu mengerti dengan penjelasan teori hanya diam sambil menggaruk dahinya yang tiba-tiba gatal.
"Mianhae.. aku tidak mengerti jika teori seperti itu oppa."
"Oh maafkan aku.. sini buku dan penamu."
Y/n memberikannya pada Namjoon dan sesaat ia terkejut melihat tangan Namjoon yang terbalut perban dengan gips di dalamnya. Ia tidak terlalu memperhatikan tadi.
"Ommo! Oppa tanganmu kenapa?"
"Ah, aku cidera saat latihan bersama yang lain. Tapi tidak apa-apa."
"Tapi oppa kau jangan memaksakan untuk menulis. Biar aku pahami saja yang kau ajarkan tadi."
Y/n menjadi merasa bersalah.
"Jika begitu kau bisa pusing y/n. Tidak masalah untukku."
"Oppa..."
Raut wajah y/n menjadi sedih. Seharusnya ia tidak perlu menyusahkan Namjoon. Melihat Namjoon bersusah payah menulis seperti ini membuat y/n benar-benar ingin menangis.
"Maafkan aku jika aku tidak pintar.."
Suara y/n bergetar karena menahan tangisnya.
"Hei hei.. jangan menangis y/n."
Namjoon meletakkan penanya dan mengulurkan tangan untuk memeluk y/n.
"Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu."
"Hiks.."
"Uljima.. stt..stt.."
Namjoon menepuk-nepuk punggung y/n pelan sambil tersenyum tipis merasakan ketulusannya.
"Ayo kita belajar lagi, ne?"
-
"Oppa!"
Y/n berlari mengejar Namjoon yang terlihat ada di ujung koridor sedang berjalan dengan teman-temannya.
"Jangan lari-lari y/n, kau bisa jatuh."
"Hahh.. mian.."
Y/n mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum bicara.
"Ah lihat hasil ujianku!"
Y/n menyodorkan kertas hasil ujiannya seminggu kemarin.
"Wah pintar sekali"
Namjoon mengusap pucak kepala y/n membuat sang empunya tersenyum lebar.
Namun tak berapa lama y/n menyadari sesuatu.
"Oppa tanganmu sudah sembuh?"
Ucap y/n melihat tangan kanan Namjoon kini sudah tidak lagi di perban.
"Tentu saja, ini semua berkat kau."
"Eh? Kenapa aku?"
Namjoon tidak membalas dan hanya tertawa.
"Y/n kau lapar tidak?"
Hoseok yang sedari tadi bersama mereka bertanya dengan semangat seperti biasa.
"Iya hehe"
"Oke ayo kita makan!"
Hoseok beralih merangkul y/n dan berjalan duluan. Jungkook, Taehyung dan Jimin menyusul di belakangnya.
"Tenang saja y/n noona, Namjoon hyung yang traktir!"
"Ya Jungkook!"
"Hahahaha.."
-
Kkeut.
Readers-nim vomment juseyo❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Imagines [방탄소년단 이마지느]
FanfictionPairing: Bangtan Boys x You Rate: T, Fluff Genre: One Shot, Romance, Drama, AU, School-Life. Disclaimer: Skradnr Fanfiction Warning: Ini hanya sebuah fiksi. Bangtan hanya milik Tuhan, orang tua, PD-nim, para member dan Bighit. Summary: "I'm fine if...