34. [Hoseok] - Best (Golden Hobi Day)

4.1K 475 8
                                        

Hari ini saat istirahat sedang berlangsung, seperti biasa aku berjalan menuju tempat persembunyianku. Tempat yang paling nyaman untuk memperhatikan semua orang. Dari gerak gerik, ekspresi, bahkan isi hati seseorang sudah bisa aku ketahui hanya dengan sekali lihat.

Bukan hebat, bukan. Hanya itu yang dapat mengisi waktu luangku selama di sekolah.

Sebenarnya aku punya cukup banyak teman. Bahkan aku berteman dengan semua orang. Tapi entah mengapa aku masih saja merasa hampa. Tak peduli selama apapun aku berada di antara mereka, masih saja aku merasa sepi. Seperti merasa tak ada yang spesial ataupun istimewa. Seperti tak ada rasa keterikatan satu sama lain. Seperti hanya sebuah kepura-puraan yang terjalin.

Hal ini sering terjadi.

Dari dulu.

Pertemanan yang menjadi permasalahanku. Sudah beberapa kali aku berganti teman. Tapi tak satupun yang bisa ku anggap sebagai sahabat. Seperti ada saja sesuatu yang kurang dalam hubungan pertemanan kami. Entah apa yang mereka tak puas dariku tapi lama kelamaan mereka akan segera pergi meninggalkanku.

Aku yang hanya bermodal senyum dan nekat mencoba beberapa kali menjalin pertemanan tapi semua hasilnya nihil. Ku akui aku memang tak banyak bicara kecuali jika aku di ajak bicara terlebih dahulu.

Mungkin itu yang mereka tak suka sehingga aku mengubah pola fikirku dan mencoba mencairkan suasana. Tapi yang terlintas dalam benakku berbeda. Aku selalu berfikir dua kali sebelum berbicara. Aku sangat menjaga bicaraku. Tak ingin orang lain tersinggung dengan apa yang ku katakan. Tak ingin orang lain bosan dengan apa yang aku bicarakan. Tapi tetap saja tak satupun dari mereka yang betah berlama-lama di dekatku.

Dulu aku sempat berfikir dan ingin memiliki sebuah persahabatan seperti di cerita-cerita yang sering aku baca. Tapi fiksi tak sesuai dengan realita. Pertemanan di dunia nyata bahkan lebih kejam dan menyeramkan. Mereka bahkan bergerak lebih cepat daripada singa yang kelaparan saat menemukan mangsa untuk di terkam. Semua hanya kepura-puraan.

Dan kali ini aku memutuskan hanya untuk mengamati. Berhenti ikut berada di antara mereka yang penuh kepura-puraan. Bahkan aku sudah hafal sekali dengan mereka yang hanya memanfaatkan.



Pertemanan itu seperti psikopat. Setelah bermanis-manis menjalin hubungan pertemanan akhirnya yang di lakukannya ialah menusukmu dari belakang. Ironi bukan?

Sudah banyak referensi yang kubaca, film yang ku tonton, dan berbagai macam hal-hal mengenai pertemanan. Tapi sampai sekarang aku masih saja tak tau apa arti dari persahabatan. Sahabat pun aku tak tau bagaimana definisinya di dunia nyata.











Tapi sekarang, dia tengah berdiri di depanku.






Menatapku yang sedari tadi mengamati sosialisasi para manusia di sini.

"Y/n-ya! Sudah ku bilang bukan berhenti memperhatikan orang lain seperti itu! Kau seperti seorang pengintai." Hanya dia yang tau bagaimana kebiasaanku.

"hehe" aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. "habisnya kau dari tadi tidak kelihatan. Jadi aku menunggumu disini."

"kau itu membuatku khawatir tau! Bagaimana dengan tanganmu, apakah sudah sembuh?" Dia bahkan selalu memperhatikanku.

"sudah tidak terlalu sakit lagi. Tinggal menunggu tulang yang retak tersambung kembali."

"hahh... Lain kali jangan ceroboh kan sudah ku peringati jangan memanjat terlalu tinggi." ia membuka kotak bekal berwarna hijau rumput kesayangannya. "buka mulutmu." ia mengambil makanannya menggunakan sumpit lalu mencoba menyuapiku.

"aaam.."

"besok kalau orang tuamu belum pulang aku akan menemanimu lagi di rumah. Nanti akan ku bawakan mochi yang banyak untukmu!"

"hehe iya.. umm ngomong-ngomong Hobi?"

Seperti musim semi, ia selalu menghangatkanku.

"ya ada apa?"

"ada yang ingin ku tanyakan padamu.." aku menatap matanya yang berwarna coklat terang.

"Ada apa? Apa ada yang membully-mu lagi?!"

"tidak tidak.. bukan itu"

"lalu?"

"kau.. apakah kau tidak bosan berteman denganku?" kali ini pertanyaan yang selama ini ku pendam akhirnya keluar juga dari mulutku.

Hoseok terdiam cukup lama tapi setelah itu ia kembali memasang wajah ceria.

"tentu saja aku tidak! Siapa yang tidak mau berteman dengan orang baik sepertimu. Kau tau aku sudah muak dengan mereka yang selalu penuh dengan kepura-puraan. Aku bahkan tak tahan saat mendengar mereka menggosip-"





"tidak bukan itu.. maksudku, aku ini membosankan, tak banyak bicara, keras kepala dan kau tau mereka semua bahkan tak suka dengan kejujuranku dalam segala sesuatu, selalu menyangkutkan dengan tidak solidaritas. Aku individualisme dan introvert tentu saja. Aku bahkan hanya diam saat mendengarkan semua cerita menarikmu.

Kau bahkan selalu mengikuti kemana saja aku ingin pergi, walau aku tak punya uang kau selalu saja membantuku, kau selalu menemaniku, bahkan kau sampai tau bagaimana aku menyembunyikan masalahku. Apa yang membuatmu tetap tinggal?" tanyaku ragu.




Bahkan aku ragu dengan pertanyaanku sendiri. Takut-takut bahwa itu menyinggung dirinya atau bahkan ia akan pergi juga nanti?



"Y/n... aku tinggal karena aku ingin. Aku tinggal karena aku nyaman bersamamu. Kau mengajarkan ku banyak hal. Aku yang ceria ini hanya tau hal-hal yang tentang kekeluargaan dan kasih sayang belajar banyak darimu yang tegas dan dewasa. Kau kuat, melewati banyak hal-hal yang seharusnya belum datang pada masamu.

Kau pintar dan berbakat, banyak hal-hal baru yang aku pelajari darimu. Aku yang biasa di perhatikan dan dimanja kini harus belajar mandiri dan memperhatikan orang lain. Ya itu semua karena mu. Persahabatan di mulai dari hal-hal kecil. Begitu yang ku pelajari darimu.

Dan sekarang... bisakan kita memulai persahabatan kita?"

Aku terdiam. Entah kenapa kata-kata yang baru saja di ucapkannya memancing emosiku. Sesak antara sedih dan bahagia, tapi itulah nyatanya.

Dia berdiri di hadapanku.

"bisakah kita lewati semua masa-masa sulit bersama? Aku dan kau saling melengkapi dan saling menerima satu sama lain. Menggapai mimpi bersama?"

"haha" aku tertawa sambil meneteskan air mata.

Entah emosi apa yang menguasai diriku tapi ini akan ku ingat. Emosi dimana ia menghancurkan semua ego yang telah ku bangun selama ini untuk berdiri sendiri.

Seperti langkah, harus ada dua sisi yang saling melengkapi. Berjalan beriringan, menopang satu sama lain. Ku harap, kau memang di takdirkan untuk menjadi yang terbaik.

Hoseok gomawo. Jinjja gomawo.

-

Kkeut.

Sorry for late update.

BTS Imagines [방탄소년단 이마지느]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang