Y/n memeluk kedua lututnya erat. Badannya bergetar seiring dengan bibirnya yang memucat.
Y/n benci gelap. Y/n benci sendiri. Y/n benci ketika harus terkunci di ruangan ini sendirian.
Berawal dari ia yang mencoba mengirim tugas lewat komputer perpustakaan, ia tidak menyangka jika petugas jaga menguncinya sendirian disini.
Salahkan badannya yang kecil. Salahkan badannya yang tertutup pc komputer. Salahkan ia yang memilih duduk di pc terjauh. Dan sekarang ia harus meringkuk was-was di dekat pintu.
Tutt.. tutt..
Berulang kali ia mencoba menelpon teman-temannya untuk meminta bantuan, namun tidak ada yang menjawab satupun.
"Hiks.."
Akhirnya keluar juga air mata yang sedari tadi ia tahan. Y/n benar-benar parno sekarang. Apalagi di lantai dua ini terpojok dan tidak ada yang lewat sama sekali.
5 menit
15 menit
30 menit
Bahkan hampir satu jam y/n terkunci dan meninggalkan kelasnya. Di lupakan teman-temannya.
"Hiks.."
Bahkan oppanya juga tidak menjawabnya sama sekali.
Grup (7)
Y/n :
Tolong aku
Siapapun
Aku takut10.25. a.m
Y/n bernafas lega saat melihat salah satu guru magangnya melewati ruangan dimana ia terkunci.
"Ssaem!"
Gurunya menengok kesana kemari mencari seseorang yang memanggilnya.
"Ssaem! Disini di dalam ruangan!"
"Oh? Kenapa?"
"Tolong aku terkunci" ucap y/n dengan wajah takutnya.
"Bagaimana bisa kau terkunci disini? Sebentar, saya ambilkan kunci di bawah oke"
Y/n mengangguk cepat sambil memegang dadanya yang terus berdetak cepat. Sedari tadi ia terus bolak-balik melirik ke arah puluhan pc takut-takut ada sesuatu disana.
Tak berapa lama kemudian gurunya kembali dan membukakan y/n pintu membuat y/n sedikit bernafas lega.
"Nanti tolong kembalikan lagi kuncinya ke kantor ok?"
"Ne, kamsahabnida ssaem"
Y/n berjalan menuju kantor di lantai bawah dengan pelan. Kakinya masih gemetar. Namun di jalan ia bertemu dengan Jimin teman sekelasnya.
"Y/n! Kau kemana saja?" Tanya Jimin. Namun ia berubah cemas saat melihat wajah pucat y/n dan tatapan kosong yang mengabaikannya. "Kau kenapa?"
Y/n hanya berlalu. Ia marah pada Jimin dan yang lain karena tidak menjawab segala panggilannya. Namun Jimin tetap Jimin yang keras kepala dan khawatiran.
"Y/n bilang padaku apa yang terjadi"
Y/n berhenti dan berbalik "aku terkunci di ruangan multimedia! Dan kalian tidak ada yang datang menjawab panggilanku. Hiks.. aku takut"
Ia mengusap air matanya dengan punggung tangan membuat Jimin merasa bersalah.
"Mianhae.. apa kau bisa berjalan? Biar aku gendong sampai kelas ne?"
Y/n hanya diam saat Jimin menggendongnya. Kakinya juga sudah lemas sedari tadi.
-
Saat tiba di kelas y/n langsung di kerubungi oleh teman-temannya. Beruntung sekarang sedang jam kosong.
"Y/n kemana saja?!"
"Kau baik-baik saja?"
"Aku baru buka ponsel maaf"
"Apa ada yang terluka?"
Y/n yang baru duduk langsung di peluk oleh Yoongi. Ia hanya menggeleng pelan di pelukan Yoongi saat di beri pertanyaan oleh yang lain. Ia masih sedikit syok dan juga kesal.
"Y/n ayo makan dulu, ini aku bawakan makanan" tawar Jin yang menyodorkan bungkusan makanan. Tapi karena y/n tak kunjung menyentuhnya, ia membukanya dan berinisiatif menyuapi y/n.
"Y/n tadi terkunci di atas hyung" ucap Jimin yang duduk di hadapan y/n.
"Jinjjayo? Siapa yang tega menguncinya?!"
"Yak! Taehyung kau membuatku kaget"
Hoseok memukul kepala Taehyung yang tadi tiba-tiba berteriak. Taehyung meringis pelan dan kembali fokus.
"Lain kali jangan kemana-mana sendiri arrachi?" Ucap Namjoon sambil mengusap kepala y/n pelan.
Y/n hanya mengangguk di pelukan Yoongi. "Tapi aku masih marah karena kalian tidak ada yang menjawab panggilanku"
"Uri y/n mau apa agar tidak marah lagi eum?"
"Bagaimana kalau ke bioskop?"
"Ya! Kau kan masih trauma, dasar"
"Hehe"
-
Kkeut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Imagines [방탄소년단 이마지느]
FanficPairing: Bangtan Boys x You Rate: T, Fluff Genre: One Shot, Romance, Drama, AU, School-Life. Disclaimer: Skradnr Fanfiction Warning: Ini hanya sebuah fiksi. Bangtan hanya milik Tuhan, orang tua, PD-nim, para member dan Bighit. Summary: "I'm fine if...