⁑ BAB 27 ⁑
⁑ Behind the photo- ⁑
Dalam kamar Takahiro, Takahiro masih terlelap di atas futonnya. Kening yang berkerut dalam memperlihatkan mimpi buruk di dalam tidurnya.
Tidak seberapa lama mata Takahiro terbuka lebar dengan napasnya yang terengah-engah, keringat dingin pun keluar dari seluruh tubuhnya. Takahiro dengan cepat mengambil posisi duduk dan menyelaraskan napasnya. Napasnya begitu berat begitu pula detak jantungnya yang begitu cepat berdetak.
Takahiro mengarahkan tangannya pada dada kirinya berusaha untuk menenangkan detak jantungnya, menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Takahiro mengarahkan tangannya mengusap kepalanya kasar, kemudian menarik tangannya membuatnya menatap tangannya.
Mata Takahiro membulat menatap tangannya, tangannya yang bersih berubah menjadi berwarna merah pekat darah.
"Aaarrkkk!!", teriak Takahiro seketika.
Suara langkah kasar menuju kamar Takahiro dan menggeser pintu kamar Takahiro kasar, menampakkan Kano yang menatap Takahiro khawatir.
"Takahiro -san?!", pekik Kano dan berlari mendekat pada futon Takahiro. Takahiro menatap Kano dengan wajah yang penuh dengan rasa takut.
"Ka... Kano -kun... Ak... Aku akan di... di bunuh. Ka... Kano -kun aku akan dibunuh... Apa yang harus aku lakukan? Ak... Aku harus pergi jauh dari sini", ucap Takahiro dengan wajah ketakutannya memegang kedua lengan Kano. Kano menggeleng cepat.
"Takahiro -san hanya bermimpi. Kau akan baik-baik saja", ujar Kano menangkan Takahiro namun Takahiro menggeleng cepat.
"Ayah dan Ibuku sudah lebih dulu di bunuh, kini giliranku", ucap Takahiro membuat Kano melebarkan matanya menatap Takahiro kaget.
"Se... Semuanya akan baik-baik saja Takahiro -san. Kau tidak akan dibunuh oleh siapapun", ucap Kano memeluk Takahiro.
'Siapa?... Siapa yang dimaksud oleh Takahiro -san?'
batin Kano seraya menenangkan Takahiro.
Setelah beberapa menit Kano berhasil menenangkan Takahiro dan sekarang Takahiro sedang membersihkan alat makan yang mereka gunakan untuk sarapan. Kano membuka pintu dapur dengan dirinya yang sudah rapi dan tas selempangnya.
"Takahiro -san kau sudah sudah lebih baik?", ujar Kano yang menghampiri Takahiro. Takahiro mengangguk memberikan senyumannya.
"Aku akan pergi kerja", ujar Kano dan kembali Takahiro memberikan anggukan.
"Aku tinggal tidak masalah kan?", tanya Kano kembali memastikan dan kembali Takahiro mengangguk.
"Aku sudah baikkan. Kau pergi saja kerja tidak perlu mencemaskanku", ujar Takahiro yang akhirnya bersuara.
"Baiklah. Kalau ada masalah segera hubungi aku", titah Kano.
"Pasti", ujar Takahiro dengan anggukkannya.
"Oke. Aku pergi~", ujar Kano seraya berjalan menuju pintu.
"Hati-hati", balas Takahiro dan mendapatkan anggukan dari Kano bersamaan dirinya menghilang dibalik pintu.
Setelah berjalan cukup jauh dari rumah Takahiro, Kano merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. Menekan beberapa tombol kemudian mendekatnya pada telinganya, setelah beberapa kali berbunyi akhirnya ada yang mengangkat dari seberang teleponnya.
'Ah! Old man!', ujar Kano usai panggilannya terjawab.
"Ada apa?",
Suara berat dari seberang panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] Yakuza, My Boyfriend? ✔️
General FictionYakuza, My Boyfriend? : My Boyfriend is a Yakuza~ COMPLETE [15 November 2017] DALAM TAHAP REVISI -------- WARNING ------- KONTEN AKAN BERISI CERITA TENTANG YAOI ALIAS BOYS LOVE ATAU BXB. JADI YANG TIDAK SUKA DAN MERASA KONTEN TIDAK PAN...