BAB 19 : I'm Here

19.6K 1.7K 98
                                    

⁑             Bab 19            

⁑         I'm Here            

Ini di mana?

Takahiro menatap dua foto yang dipajang di atas meja kecil altar dengan dupa yang tertancap di depan kedua foto tersebut, hiasan bunga dan lilin juga berada di sekitarnya. Dia menyipitkan matanya dan memperjelas pandangannya.

Itu foto Ibu dan Ayah?

Tapi kenapa? Bukankah aku seharusnya aku berada di rumah sakit menemani nenek?

Takahiro menatap pada tubuhnya yang memakai rapi setelan hitam dengan kemeja putih. Ditangannya terdapat sebuah bingkai foto yang sedari tadi Ia peluk. Mata Takahiro menegang saat melihat foto tersebut adalah foto neneknya, kembali Takahiro mendongakkan kepalanya menatap kembali pada meja altar yang kali ini berubah menjadi hanya satu bingkai foto yang dipajang di atasnya.

Air mata Takahiro seketika keluar dan mengalir begitu saja di pipinya, kini foto di atas sana adalah foto neneknya.

Benar sekali...

Ini bukan pertama kalinya aku merasakan suasana yang seperti ini.

Di mana aku duduk di depan meja altar dan orang berdatangan untuk berdoa dan mengatakan turut berduka kepadaku.

Ayah dan Ibu...

Kemudian kakek...

Tapi kenapa?

Kali ini begitu berat sampai air mataku terus keluar tanpa bisa aku kontrol.

Dadaku begitu sesak...

Aku tidak rela...

Nenek...

Aku tidak ingin kehilangan nenek.

Mata Takahiro yang terpejam rapat mengeluarkan air mata, dalam tidurnya pun Ia tidak mampu menahan tangisnya. Perlahan mata tersebut tampak bergerak dan perlahan terbuka, sepasang mata yang sembab terlihat jelas.

Dalam posisi tubuhnya yang sedang tidur miring dan meringkuk, Takahiro mendongak dan menatap meja altar yang tidak jauh di hadapannya.

Kenyataan yang benar sangat tidak bisa Ia terima, kenyataan yang memilukan hati perasaan serta pikirannya. Dengan lemah Takahiro mendudukkan dirinya dengan kakinya yang terlipat menjadi alasnya, kedua tangannya mengepal kuat di atas pahanya. Suara tangisnya tidak diperdengarkan namun air matanya masih terus mengalir.

Kyoshi menyandarkan punggungnya pada dinding luar di samping pintu rumah, tidak sesekali Ia menghembuskan napasnya. Ia ingin menemani Takahiro saat ini, namun Kyoshi mengerti kalau itu tidak akan mendapatkan perubahan apa pun dari Takahiro. Sejak orang berdatangan dan pergi Takahiro sama sekali tidak bersuara maupun menangis, bayangan Takahiro yang hanya duduk di samping meja altar tidak menunjukkan tatapan mata kosong membuatnya sangat resah.

"Kau tidak akan masuk?", suara itu mendekat pada Kyoshi. Kyoshi menatap pada seseorang yang menghampirinya.

"Sensei? Kau belum pulang?", ujar Kyoshi yang kaget melihat Tanaka di hadapannya. Tanaka terkekeh kemudian menggeleng.

"Kalau kau begitu khawatir, masuk dan hibur dia", ucap Tanaka seraya berjalan pada sisi dinding lainnya yang berseberangan dengan Kyoshi. Ikut menyandarkan punggungnya di sana, Kyoshi menggeleng sebagai jawabannya.

"Dia butuh waktu sendiri saat ini. Aku tidak akan membantu saat ini", jawab Kyoshi yang diakhiri dengan helaan napasnya kembali.

"Ini bukan pertama kalinya dia kehilangan seseorang seperti ini, tapi mungkin ini adalah hal yang paling memukulnya", sambung Kyoshi. Kini Tanaka yang menghela napas.

[REVISI] Yakuza, My Boyfriend? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang