BAB 29 : Decision-

14.6K 1.2K 69
                                    

Bab 29

Decision-

Pintu besi terbuka menunjukkan Keiji yang berdiri tegap dengan beberapa pria di sampingnya serta belakangnya. Beberapa orang lainnya bergerak masuk dengan sigap dan menodongkan pistol mereka. Keiji menatap pada Kasturo yang berdiri dengan Takahiro dalam gendongannya yang sudah tidak sadarkan diri. Katsuro berjalan menuju pintu yang sudah terbuka lebar, berjalan melewati Keiji begitu saja tanpa memedulikan kehebohan di belakangnya. Keiji yang menyadari itu, memberikan isyarat pada salah satu pria di sampingnya membuat orang tersebut berlari menyusul Katsuro dan membawa mobil.

Mobil bergerak cepat atas perintah Katsuro, Katsuro memangku Takahiro pada pahanya, membiarkan Takahiro meletakkan kepalanya pada bahu lebarnya sembari terus menekan luka tembak milik Takahiro. Sesekali Katsuro melirik Takahiro yang terus bernapas berat dengan wajah Takahiro pucat dengan keringat dingin yang terus mengalir.

Mobil berhenti menandakan mereka sudah sampai di rumah sakit. Katsuro kembali menggendong Takahiro keluar dari mobil yang disambut dengan dokter serta beberapa perawat yang membawa ranjang pasien mendekat pada mobil Katsuro berada. Katsuro meletakkan tubuh Takahiro dengan posisi terbalik, sang dokter pun memberikan isyarat kepada beberapa perawat yang membantunya dan segera mendorong ranjang dan tetap menyeimbangkan tubuh Takahiro agar tidak jatuh dari atas brankar.

Ranjang terus berjalan cepat sampai pada dua pintu kaca buram yang besar bertulisan 'Ruang Operasi' membiarkan ranjang berisi Takahiro tersebut masuk dan meninggalkan Katsuro yang meratapi pintu yang terus bergerak hingga berhenti di hadapannya dengan lampu pertanda operasi pun menyala.

Katsuro menarik napas kasarnya kemudian menghembuskannya tak kalah kasar. Wajah khawatirnya benar-benar tidak bisa lepas dari wajahnya.

"Aniki, mantel", ujar pria yang menjadi supir Simegure sebelumnya menyodorkan sebuah mantel hitam pada Katsuro. Memang keadaan Katsuro saat ini benar-benar kacau. Kemeja putihnya yang dengan bekas robekan penuh dengan darah, Katsuro mengambil mantel tersebut dan meletakkannya dibahunya begitu saja seraya berjalan menuju bangku yang tersedia tidak jauh di depan ruangan tersebut. Mengambil posisi duduknya kemudian menyandarkan punggungnya membuat kepalanya mendongak hingga dapat melihat langit-langit putih bersih, lagi napas beratnya berhembus.

"Aniki, Keiji -san dalam perjalan kesini", ujar pria yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari Katsuro duduk, usai menerima panggilan dari ponselnya.

"Urusan di sana sudah selesai?", suara berat Katsuro terdengar seraya menoleh ke arah pria tersebut.

"Ya! Tapi Fujita berhasil kabur lagi", ujar pria tersebut.

"Tsk- Orang licik itu. Aku akan menangkapnya dengan tanganku sendiri", ujar Katsuro membuat sang lawan bicara pun mengangguk mengerti.

Katsuro kembali mengalihkan pandangannya pada pintu ruang operasi yang sedari tadi masih tidak bergerak sama sekali. Kembali helaan napas beratnya terdengar. Perasaan yang berdebar di dalam dirinya harus Ia tahan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

"Ayah! Takahiro -san?", suara itu menggelegar mengagetkan Katsuro serta pria di samping Katsuro.

"Tuan Muda-", ujar pria tersebut saat melihat Yutta yang berlari mendekatinya. Kasturo berdiri dari duduknya dan menatap Yutta yang berlari menghampirinya.

"Takahiro -san? Di mana Takahiro -san? Ayah?", ujar Yutta yang menarik-narik lengan Kasturo menatap penuh khawatir dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Sedangkan Katsuro menatap ke belakang Yutta, di mana Keiji dan Ishii yang datang beserta Kano yang wajahnya juga sangat begitu khawatir menatap ke arah Katsuro penuh tanya.

[REVISI] Yakuza, My Boyfriend? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang