Annyeoong...
Langsung next aja yah..
Jangan lupa Vomment..
Thanks...Happy reading
"Nama?"
.
"Jennie"
.
"Umur?"
.
"16"
.
"Orang tua?"
.
.
.
"Sebaiknya elo lari sekarang"
Pria yang tak sengaja menabraknya, menyarankan Jennie untuk berlari. Tanpa tahu apa yang terjadi, Jennie mengikuti kakinya menuju stadiun. Tapi mereka justru berusaha meninggalkan stadiun.
Putaran kedua pertandingan antara Persija dan Arema tak berakhir sempurna. Dua puluh menit putaran kedua, di sanalah akhir pertandingan itu. Dan di sana pula awal semua ini terjadi.
Sebuah bola melayang tinggi menuju gawang tim biru.
Diujung sana tim merah merebut dan menendang bola dari tim biru.
Ia memegang perutnya. Ia meringis kesakitan. Tim biru.
Bola terbang ke gawang tim biru dan masuk menerobos penjaganya.
Peluit wasit berbunyi sangat lantang.
Peluit untuk mencetak gol? Atau.... Untuk pelanggaran?
Tim merah melakukan pelanggaran karena menendang perut salah satu pemain tim biru. Namun pada saat yang sama tim merah mampu mencetak gol dari gawang tim biru. Wasit memutuskan bahwa itu adalah gol yang sah. Tentu saja, tim biru tidak menerima hal itu karena pelanggaran yang dilakukan.
Suporter mengambil tindakan dan turun ke lapangan untuk menghakimi semua orang yang menurut mereka salah. Tapi mereka sendiri tak tahu bahwa mereka juga salah. Kericuhan terjadi. Dan sudah menjadi tugas polisi untuk mengamankan semua orang yang menyebabkan kericuhan.
Kini Jennie duduk berdua bersama dengan pria tinggi berkumis dengan komputer di hadapannya. Ia mengetikkan beberapa kata, kalimat dan apapun. Sesekali pria itu meneguk kopi di samping kanannya.
"Orang tua?"
Jennie mengetukkan telunjuk kanannya pada meja di hadapannya. Jari-jari kirinya tak bisa tenang. Sesekali menggenggam dan kadang memainkan kukunya sendiri.
Sejauh ini pertanyaan yang diajukan petugas polisi itu dengan mudah ia jawab.
"Orang tua?" sekali lagi polisi itu bertanya.
"Tidak ada" Jennie akhirnya bisa menjawab pertanyaannya, namun bibirnya bergetar.
"Dimana ibu?"
Dia menangis sepanjang hari dan tak ada jawaban darinya atau siapapun.
"Tidak ada? Tidak punya? Bagaimana kau bisa lahir ke dunia dan menonton pertandingan sepak bola lalu membuat kericuhan disana jika kau tak punya orang tua? Hah?" bentak polisi itu.
Dan Jennie menundukkan kepalanya. Memainkan jari-jarinya sendiri.
"Baiklah. Jika kau tidak punya orang tua. Setidaknya kau punya saudara atau kerabat kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [Jennie X BTS]
FanfictionSaudara laki-laki. Jennie punya banyak saudara laki-laki. Saudara tak harus sedarah bukan? Sahabat dekat yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri, seseorang dari salah satu orangtua yang sama pun juga merupakan saudara. Bahkan anak tetangga yang...