16. Kelainan

777 87 6
                                    

Anyeong Yoerobeun..

Guemawo, Thankyou, Makasih udah mampir dan vote..


Next..









Happy Reading..





















*-*




Cklek

Hawa dingin sore hari menyambut malam yang tampak lebih terasa dingin dari biasanya. Semua tatapan mengarah pada sang sumber pemberi rasa dingin yang mencekat. Terpaan angin yang menyerang wajah mereka mampu mengobarkan setiap helai rambut ketiganya. Keduanya membeku dengan kehadirannya yang mendadak. Bahkan brownies hangat ditangannya sekejap turut membeku. Tidak dengan gadis yang duduk di sudut sofa yang yang membeku dengan menangkupkan kedua tangannya dengan mata berbinar dan senyuman merekah lebar.

"Akhirnya penantian gue benar-benar terjawab"

"Hai, Kak Yoon" Jisoo melambaikan dengan hatinya yang berbunga, matanya mengikuti tiap langkah gerakan Yoongi.

Tap.

Tap.

Tap.

Brak.


Yoongi mengabaikan keberadaan Jennie dan juga Jungkook di sana. Bahkan mengabaikan sapaan Jisoo yang merelakan tangannya melambai sayang teracuhkan. Yoongi benar-benar tak menyapa siapapun bahkan tak menoleh sedikitpun dan berjalan menuju kamarnya di lantai kedua rumah kecil itu.

"Dia nggak denger? Apa suara gue kurang keras?" tanya Jisoo pada dirinya sendiri yang merasa gagal mendekati sang pujaan hati.

"Sabar ya, Kak. Dia emang gitu" Jennie mengelus pundak Jisoo. 

Jennie tahu semua ini akan terjadi. Dia tahu Yoongi bukanlah tipe cowok yang akan mendekati cewek, bahkan dia akan bersikap dingin pada semua wanita, termasuk ibu-ibu tetangga sebelah yang tiap pagi menyapanya saat dia berangkat ke sekolah. Jennie tak bermaksud memberikan harapan palsu pada Jisoo saat Jennie menerima tawaran membantu Jisoo untuk mendekati kakaknya. Kesempatan bagus, dengan ini Jennie bisa membuktikan spekulasinya bahwa kakaknya tidak punya kelainan dengan wanita. Tapi sepertinya tidak, Yoongi justru nampak memiliki kelainan dengan berada di dekat wanita.

"Nggak keluar sekarang?"

"Beginilah rasanya populer, mau keluar aja harus nunggu cewek-cewek bubar"

Yoongi selalu keluar terakhir dari lapangan basket untuk menghindari kerumunan gadis-gadis pemujanya.

"Apa cara gue menyapa salah?" tanya Jisoo yang masih tak mengerti dengan kejadian yang baru saja terjadi pada dirinya. Untuk pertama kalinya, sapaan seorang Jisoo yang terkenal dengan pesonanya ditolak oleh pria.

"Perlu diragukan" batin Jisoo. "Pesona gue yang luntur atau... Kak Yoongi bukan cowok?"

"What?"

"Elo perlu masuk, Kak. Untuk membuktikan kejantanannya" kata Jungkook yang tiba-tiba nyelonong dengan letupan ide konyolnya yang dirasanya lucu.

"Bener bener. Elo bener. Gue harus membuktikannya sendiri" Jisoo berjalan menuju tangga dengan semangat mengikuti saran Jungkook.

"What?" Jennie tak percaya Jisoo akan melakukan ide gila Jungkook. Jennie menahannya, mencegah hal gila lainnya akan muncul dalam benak Jisoo. "Tunggu, Kak. Kak Yoongi mungkin lelah sekarang jadi nggak mau nemuin siapapun" kata Jennie untuk menenangkan diri Jisoo yang membara.

"Elo bener. Mungkin dia lelah" Jisoo kembali murung. "Gue pulang aja kalo gitu"

"Biar gue anter" tawar Jungkook yang merasa bersalah sudah membuatnya berharap lebih dengan idenya.

"Nggak perlu, cukup bukain pintu aja buat gue" jawab Jisoo lesu.

Jungkook dan Jennie berjalan di belakang Jisoo, mengantar kemurungan Jisoo hingga depan pintu.




Cklek

Jungkook membukakan pintu untuk Jisoo.

"Thanks. Gue pasti balik lagi, tungguin gue Kak Yoongi" katanya dengan melangkahkan kakinya keluar.

"Kak, hati-hati dijalan" teriak Jennie, Jisoo hanya mengangkat tangannya tak berdaya tanpa menoleh ke belakang.






*_*






"Maaf, tan. Jadi merepotkan"

Kedua wanita menikmati kegiatannya saat ini. Jennie telah berdiri di depan rak piring disana, sementara wanita lain yang dipanggilnya dengan Tante .....berdiri di depan washtafle yang menyala. Kedua tangannya dengan lihai mengusapkan busa sabun pada piring-piring kotor disana lalu membasuhnya. Kemudian Jennie merapikannya diatas rak piring.

Jennie menerima brownies kukus buatan Ibu Jungkook. Tentu saja, ia harus membalas kebaikannya walau dengan tangan kosong ke rumah itu Jennie siap membantu pekerjaan di rumah itu dengan tangan kosong.

"Nggak kok. Kita kan tetangga, harus berbagi. Kamu kan temen Jungkook dan temen Jungkook sudah saya anggap seperti anak sendiri. Ngomong-ngomong, itu pacar kamu?"

*









Kedua pria itu duduk di sofa ruang tamu. Dapat di pastikan komat-kamit keduanya sedang membicarakan beberapa buku tebal yang tergeletak terbuka di hadapannya.

"Pokoknya gitu, masak elo nggak paham?"

Jungkook menggeleng pelan.

Taehyung mengikuti Jennie ke rumah Jungkook saat mereka bertemu di depan rumah Jennie setelah mengantar Jisoo.

Taehyung bukan siswa yang cerdas, masuk dalam tujuh siswa terbaik di kelas adalah suatu anugerah terindah. Untuk itu dia membutuhkan Jennie untuk mendongkrak rekornya mencapai lima siswa terbaik sebagai targetnya. Seperti halnya Jennie, Taehyung memahami apa yang ada dalam buku pelajaran namun sulit untuk mengungkapkan isi yang ada di dalamnya.

"Nyokap elo?" tanya Taehyung mengalihkan pembicaraan, merasa lelah dengan tugas otaknya.

"Hm" jawab Jungkook singkat.

"Jangan pernah membuatnya kecewa!! Seberapapun usaha seorang anak, nggak akan bisa membalas jasa seorang ibu"

"Hm?"

Jungkook melongo, menatap Taehyung yang dirasanya sedang dalam kondisi tak sehat. Selama ini, Jungkook mengenal Jennie dan sahabatnya sebagai gerombolan yang kadang berguna dan kadang tak berguna meski lebih banyak tak bergunanya. Kini Jungkook melihat sosok baru dalam diri Taehyung yang dewasa. Seolah memahami lika-liku kehidupan orang dewasa dengan berbagai masalahnya.

"Jaga dan lindungi orang-orang yang elo sayang!!" tambah Taehyung. "Dan...tolong jaga Jennie buat gue"

"Hm?"

"Tehnya" Jennie telah kembali dengan tiga gelas teh diatas nampan.

"Elo bisa?" kata Taehyung mengejek.

"Wee... Kalo masalah beginian mah gampang" Jennie duduk di samping Jungkook.

"Enak juga" Taehyung mencicipi teh buatan Jennie.

"Iyalah, siapa dulu yang buat"

"Oke... Emang udah waktunya elo jadi orang yang berguna" kata Taehyung, berdiri dan mengelus rambut Jennie.

"What?"

"Gue duluan"

"Kemana?"

"Pulang, usah capek gue ngajarin ni bocah" Taehyung menunjuk Jungkook dengan dagunya.

"Terus? Ngapain elo tadi kesini? Gue kirain ada hal penting yang mau diomongin"

"Gue cuman pengen liat elo doang"

"Tumben"

Taehyung meninggalkan rumah Jungkook dengan motor besarnya setelah berpamitan pada ibu Jungkook.

*-*

Vomment Juseyo   ;-)

Brother [Jennie X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang