Anyeoong..
Finally, i am back setelah tujuh harian meninggalkan abang ku..
Selamat jalan, Kak. Semoga khusnul khotimah dan diterima amal ibadahnya..
Amiin..Next..
Untuk menghibur diri gw sendiri, part kali ini dbuat lebih ringan dr sebelumnya..
Happy reading..
*-*
"Jadi..." Jisoo tak berhenti penasaran dengan jawaban Jennie.
"Nggak. Ini luka jahit udah lama banget. Udah dari kecil"
"Syukur deh" Jisoo mengusap dadanya. "Kak Yoongi nggak mungkin sejahat itu kan"
Jennie masih menyisakan kekehan kecilnya yang tak tertahankan melihat Jisoo yang tampak sangat takut dan panik pujaan hatinya akan mrlakukan hal buruk.
"Apa yang terjadi?" Jisoo tak rela jawaban dari pertanyaannya terlewat begitu saja.
"Kami mengalami kecelakaan waktu itu. Dan...Tuhan berbaik hati menyelamatkan gue dan Kak Yoongi. Tapi tidak dengan orangtua kami" jelas Jennie dengan mata sayu.
Yoongi dan Jennie kehilangan orang tuanya karena kecelakaan yang terelakkan. Mereka dirawat neneknya yang sudah renta. Namun Tuhan berkehendak lain, neneknya juga diambil ke surga setelah tiga tahun turut membesarkan mereka. Dan.. Itulah alasan Yoongi dan Jennie hanya tinggal berdua dengan rumah kecil itu.
"Sorry"
***
"Gue nggak tau gimana dia bisa muncul lagi disini setelah sepuluh tahun menghilang"
"Jadi... Elo kenal?"
"Memang awalnya gue berharap dia kembali. Kalopun dia datang bukan untuk gue setidaknya dia datang untuk Jennie"
"Jennie? Jennie juga kenal?"
"Bukan. Tapi memang sudah seharusnya dia datang. Bukan hanya uangnya tapi perhatiannya"
***
Terik panas mentari benar-benar menyengat. Seorang pria berdiri dan terus menatap sisi kanannya, berharap seseorang segera terlihat di manik matanya. Setidaknya dia tak akan mati terbakar jika seseorang yang ditunggunya segera menampakkan diri.
Pria itu lelah berdiri di depan sebuah tembok besar bertuliskan SMP Perwira, dia menarik kerah bajunya yang bertag nama Jungkook dan mengibaskan maju-mundur berulang kali untuk mengusir panas yang tak tertahankan.
"Wee.. Ada cowok ganteng tu"
Seorang pria tinggi dengan mata tajam datang bersama antek-anteknya mendekati si pria berwajah tirus.
"Ciee yang kepanasan" ujar salah satu antek berwajah manis dan berkulit putih.
"Emang elo nggak kepanasan apa?" jawab satu antek lainnya.
"Panas sih, tapi kan dia.."
"Diem" kata pria bertag nama June, yang risih dengan kelakuan kedua sahabat gengnya.
"Sendirian?"
Jungkook menutup hidungnya. Pasalnya, aroma rokok langsung menyembul saat June bicara di hadapannya.
"Sini abang temenin, dek" goda Donghyuk.
"Ih, jijik dengerin elo ngomong" kata Yunhyung. "Sama abang aja, nggak sakit kok"
"Yaish.. Bisa diem nggak sih. Gue lagi ganggu dia, kenapa jadi gue yang ngerasa keganggu kalian" bentak June.
"Ups.. Sorry" Donghyuk mendelik.
"Sendirian? Ato nungguin gue malak elo lagi?" June mengeluarkan smirknya.
Jungkook tak menjawab dan hanya menatap tajam mata lawan bicaranya saat ini.
"Apaan lo liat-liat. Nantangin gue?"
Jungkook mengangkat tangan kanannya tiba-tiba. Kini pandangannya teralih pada seseorang di belakang June.
"Sorry lama"
Seseorang yang telah lama ditunggu Jungkook akhirnya datang. Jennie menggeser June yang menghalangi jalannya pada Jungkook.
"Oo.. Nungguin pacar" June menganggukkan kepalanya, paham akan Jungkook yang rela berdiri kepanasan.
"Apaan lo. Mau gangguin Jungkook lagi? Nggak ada kapok-kapoknya lo ya.. Inget umur, kalian udah kelas tiga. Bentar lagi kelulusan, belajar yang bener" kata Jennie menceramahi.
"Hahaha.." June ketawa. "Elo nyeramahin gue"
"Kalo iya, emang kenapa?" jawab Jennie tegas menantang.
"Ya..ya gue pengen ketawa aja"
"Ketawa aja sesuka elo" katanya. "Ayo, Kook" Jennie menarik tangan Jungkook, menjauhi mereka.
"Tunggu-tunggu. Elo ninggalin gue gitu aja? Gue belum selesai ngomong" June menahan pundak Jennie.
"Apaan? Nggak guna ngomong sama elo"
"Oke, tapi kali ini omongan gue pasti berguna banget buat elo"
"Terserah" Jennie menepis tangan June.
"Mau denger?" June mendekat. "Hari ini elo cantik"
***
Brak.
Jungkook membanting pintu rumahnya. Jennie terjingkat, kaget.
"Nggak bisa pelan?"
Jungkook mendekati Jennie.
"Jangan pake beginian lagi" Jungkook menarik benda silver itu dari kepala Jennie dan menghilang di balik ruangan milik ibunya.
"Kenapa? Ini kan cantik" teriak Jennie tak terima aksesoris miliknya dirampas.
Jennie duduk, setelah melempar tasnya di sofa.
"Ini juga"
Entah sejak kapan Jungkook sudah kembali berdiri di hadapan Jennie dengan kapas ditangannya. Jungkook mendekat, mengusapkan kapas bertoner di bibir Jennie.
"Apaan sih lo. Kata Kak Jisoo gue lebih cantik pake jepit rambut dan lipstik ini" Jennie mencoba menepis tangan Jungkook dari bibirnya.
"Jangan pake lagi. Apalagi di depan cowok-cowok itu"
"Oooo.... Jadi elo cemburu June bilang gue cantik"
"Apaan? Elo lebih cantik nggak pake apapun. Cantik natural" June mengeles pernyataan Jennie.
"Alah, bilang aja elo cemburu" Jennie terkekeh.
"Pokoknya jangan pake make-up apapun di depan orang lain"
"Kalo gue pake di depan elo?"
Jungkook menatap mata Jennie dan tersenyum.
Dan dengan cepat menurunkan senyumannya.
"Bersihin sisanya" Jungkook menyerahkan kapasnya pada Jennie dan pergi menuju dapur.
*-*
Vomment juseyo..
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [Jennie X BTS]
FanficSaudara laki-laki. Jennie punya banyak saudara laki-laki. Saudara tak harus sedarah bukan? Sahabat dekat yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri, seseorang dari salah satu orangtua yang sama pun juga merupakan saudara. Bahkan anak tetangga yang...