Annyeoong...
Sorry, gue menghilang terlalu lama..
But, I am so happy cz setelah balik ke watty ada banyak notif yg vote+comment my story..
Neomu Thankyou chingu..
Oke, jangan terlalu larut dalam kebahagiaan jika masih ada problem yg belum terselesaikan.. Bahagia or sedih boleh tapi jangan terlalu...
Next..
Happy reading...
~*~
"Kak, takut"
"Pegang tangan kakak"
***
"Nggak. Dia nggak perlu tau dan nggak akan memerlukannya lagi. Gue yang akan mengurus dan menjaganya, sekarang atau sepuluh tahun lagi atau...bahkan sampai aku mati" Dia masih kokoh, tangannya menarik kerah lawan bicaranya yang dua senti lebih tinggi.
"Ijinin gue yang menjaganya. Gue akan melindunginya" Dia memberanikan diri menatap mata pria di hadapannya. Dengan memohon, meski tahu permintaannya sulit tapi dia tetap mencoba.
"Apa yang bisa elo lakukan?" Pria itu akhirnya melonggarkan genggamannya dari kerah dan perlahan menurunkannya.
"Setidaknya gue masih bisa mengulurkan tangan gue saat dia terjatuh"
***
"Elo masih belum bisa menerima dia?"
Tangkapan bagus.
Jennie datang dengan melempar teh kotak untuk Taehyung.
Taehyung menyipitkan matanya, merasa silau menatap langit dengan terik matahari yang meninggi. Atap sekolah sangatlah sesuai bagi keduanya saat mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan perasaan satu-sama lain. Meski kadang panas menyengat atau hujan menerpa, tapi menjernihkan pikiran di tempat yang tak banyak dikunjungi manusia adalah pilihan yang tepat.
"Entahlah. Cuman...masih belum bisa melupakan bokap gue" katanya sembari menarik sedotan dari bungkus teh kotak dan melubangi teh kotaknya.
"Yah, setidaknya memiliki satu jauh lebih baik daripada tidak memiliki sama sekali" Jennie menempatkan pantatnya di kursi yang sama, yang Taehyung duduki.
Jennie cukup prihatin dirinya sendiri, atau mungkin lebih tepatnya iri pada Taehyung. Jennie yang telah ditinggalkan kedua orangtuanya, sementara Taehyung masih memiliki seorang ibu dan sekarang juga memiliki seorang ayah baru. Kenyataan yang membuatnya senang karena anggota keluarga baru, namun juga membuatnya sedih jika mengingat dirinya sendiri yang kesepian tanpa orangtua.
"Ya, dan memiliki yang asli masih lebih baik daripada yang palsu" jawab Taehyung yang masih belum bisa melupakan ayah kandungnya, meski sudah memiliki ayah baru.
"Setidaknya memiliki sendiri masih jauh lebih baik daripada meminjam" kata Jennie, merasa dirinya selama ini meminjam orangtua dari para sahabatnya.
Mereka terdiam sejenak. Taehyung sangat tahu bagaimana perasaan sahabatnya, kehilangan orangtua. Meski tak sama tapi Taehyung juga sempat merasakan kehilangan orangtua.
"Elo menyukainya?" tanya Taehyung seraya menatap Jennie yang nampak sangat antusias dengan ayah baru Taehyung.
"Gue pikir bokap elo baik" jawab Jennie setelah membasahi tenggorokannya dengan teh kotak.
"Dia bukan bokap gue"
"Oke, Sorry" kini Jennie menatap Taehyung. "Suami nyokap elo baik, dia ramah. Bahkan dia tahu gue nggak bisa makan makanan laut" ralat Jennie, Taehyung yang masih belum bisa menyebut ayah barunya sebagai 'ayah'.
"Tapi..bagaimana bisa tau?"
"Bukannya elo yang kasih tau?"
"Ya, tapi.."
Ya, Taehyung memang mengatakan bahwa Jennie tak bisa makan makanan laut saat makan malam itu. Tapi tidak sebelumnya, mengatakan pada mama bahkan ayahnya. Bahkan Taehyung tak pernah berbicara secara empat mata dengan ayah tirinya. Tentu mereka tak akan tahu.
"Elo beruntung. Ada orang yang menjaga elo, membesarkan elo dan melindungi elo" kata Jennie memotong kalimat Taehyung. Dirinya sadar akan tak beruntungnya dirinya, tapi dia beruntung memiliki orang-orang yang menyayanginya di sampingnya.
"Elo tau? Kak Yoongi diam bukan tak peduli sama elo. Dia diam untuk melindungi elo"
"Ya, mungkin. Hanya...gue selalu merasa sendiri selama ini. Dia jarang sekali ada di rumah. Sekali di rumah dia hanya berdiam diri di kamarnya, mengerjakan tugas belajarnya atau...hanya bermain dengan ponselnya"
"Elo nggak sendiri. Ada gue di samping elo"
Jennie menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Taehyung. Meski tak senyaman bantal di kamarnya, tapi Taehyung memberikan kenyamanan hati untuk Jennie. Taehyung mendekapnya dengan kehangatan hingga tak menampakkan lelehan butir bening dari mata Jennie.
"Gue beruntung punya elo"
"Elo akan selalu memiliki gue. Gue akan menjaga elo" Taehyung mendekapnya semakin erat.
***
"Kenapa?"
"Biar, gue aja yang ke tempat elo"
Taehyung melangkahkan kakinya cepat, mengikuti langkah cepat Jennie meski kakinya lebih pendek. Diikuti Jungkook dan Jimin yang berjalan mengimbangi keduanya di belakang.
"Kenapa elo ngelarang gue main ke rumah elo?" Jennie berhenti, membalikkan badannya pada Taehyung untuk meminta penjelasan.
"Gue bukannya ngelarang, tapi.."
Kakak elo yang ngelarang.
"Elo takut gue akan bikin masalah?" Jennie tahu, dirinya sudah terlalu sering membuat masalah di rumah sahabat yang di kunjunginya. Menghabiskan makanan, membuat barang-barang mereka berserakan dan terakhir kali Jennie tak sengaja memecahkan gelas di rumah Jimin.
"Katakan alasan elo ke rumah gue" Taehyung menurunkan nada bicaranya, menyerah.
"Gue pengen main aja. Gue udah lama nggak main ke tempat elo"
"Bukannya dua hari lalu.."
"Tae, pliss.."
"Dia nggak di rumah" Taehyung tahu, sangat tahu maksud Jennie. Bukan sekedar berkunjung, tapi ada maksud lain. Berkunjung, mengunjungi seseorang, melihat seseorang.
"Gu gue... Beri gue kesempatan, rasanya memiliki orangtua" Jennie memohon
***
"Gue nggak tau harus ngubungin siapa. Tapi kakak elo..."
"Kak Yoongi kenapa?"
~*~
Ada yg nemu sepercik kode lagi?
Ato malah bingung? ada apa dengan siapa? kapan? dimana? mengapa? bagaimana?
Selamat menerka-nerka.. ^^
Vomment juseyo

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [Jennie X BTS]
ФанфикSaudara laki-laki. Jennie punya banyak saudara laki-laki. Saudara tak harus sedarah bukan? Sahabat dekat yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri, seseorang dari salah satu orangtua yang sama pun juga merupakan saudara. Bahkan anak tetangga yang...