18. Pulang

678 78 3
                                        

Anyeoong...













Next..













Happy reading..












*-*

"Tae," panggil Jennie.

"Kalian?" Taehyung menoleh, cukup menambah syok di kepalanya. Terlebih itu, Taehyung sedikit merasa lega melihat kedua sahabatnya.






*

"Aku sudah mengurus semuanya, kamu hanya perlu bersiap" titah wanita itu pada pria yang sedang duduk santai di depan televisi.

Entah dia mendengarkan wanita itu atau tidak, yang jelas sekarang dia tak menjawab atau memang tak ingin menjawabnya. Mungkin dia terlalu fokus dengan acara ragam di televisinya yang terus menguak gelak tawa. Tapi anehnya, pria itu sama sekali tak mencuatkan tawanya bahkan senyum pun tidak. Pria itu terus menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar.

"Taehyung, kamu dengerin mama apa enggak sih?"

Entah sejak kapan, wanita yang menyebut dirinya sebagai 'mama' itu sudah berdiri di depan anak laki-lakinya, Taehyung. Mama Taehyung merasa kesal karena omongannya tak dipedulikan sama sekali, bahkan saat dia berdiri di depan Taehyung, Taehyung pun masih tak menjawab ataupun menatap mamanya.

"Kalau kamu nggak tinggal sama mama, siapa yang akan jagain kamu?" tambahnya, setengah menaikkan nada.

Bukan itu.

Dalam hidupnya, Taehyung telah berjanji dengan dirinya sendiri untuk menjaga ibunya, orangtua tunggal sejak sepuluh tahun kepergian ayahnya. Semua permintaan ibunya selalu terlaksana, meski tak sepenuhnya sempurna seperti peringkatnya yang selalu naik turun di angka tujuh sampai sepuluh. Taehyung telah melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk ibunya. Taehyung memang setuju akan terus tinggal bersama ibunya, tapi bukan berarti dia setuju untuk meninggalkan tanah kelahiran dan sahabat-sahabatnya. Bukan berarti dia lebih memilih mereka daripada ibunya, hanya saja kewajiban yang dia janjikan sejak dulu dirasanya sudah mulai menghilang seiring dengan kehadiran seseorang yang menggantikannya bahkan menggantikan arah tujuan kasih sayangnya dari Taehyung.

Kini Taehyung hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun saat kedua sahabatnya berada jauh darinya. Bukan dulu,  dulu saat ibunya masih menjadi ibu yang sangat perhatian dengan anaknya. Taehyung sangat betah berada di rumah ketimbang pergi nongkrong dengan sahabatnya. Tapi kini berada di rumah sama halnya dengan beruang yang melakukan hibernasi selama berjam-jam. Ibunya sibuk dengan kerja kantornya, hampir tak pernah kembali pulang terlebih saat ibunya tugas luar kota hingga menemukan seseorang yang menjadi bagian hidupnya menggantikan ayah Taehyung.

"Taehyung, bisa jaga diri sendiri. Dan...Taehyung memang menyetujui pernikahan Mama tapi bukan berarti Taehyung juga setuju untuk tinggal dengan pria itu" jawabnya tegas sebagai rasa kecewa.

"Taehyung, ini permintaan mama. Tolong, Nak"

"Dan ini permohonan Taehyung untuk pertama kalinya. Tolong, biarkan Taehyung tinggal disini lebih lama"






*

"Jadi..."

Ketiganya berada di bawah sinar bulan, mendengarkan keluhan serius sahabatnya. Taehyung duduk di ujung perosotan taman TK yang sepi, Jimin memegang gagang pegangan jungkat-jungkit sementara Jennie mengayunkan ayuanan pelan.

"Ya. Nyokap gue udah nikah dengan pria itu" Taehyung menutup mata dan menarik napas dalam.

"Elo akan pindah? Elo...akan ninggalin kita?" tanya Jimin.

"Nyokap maksa gue"

"Tapi... Nggak ada yang jagain elo kalo nggak tinggal bareng orangtua elo"

"Bukan itu masalahnya. Gue bisa jaga diri gue sendiri. Gue cuma nggak pengen tinggal bareng pria itu"

Bukan tak bisa tapi tak mau. Taehyung hanya akan merasa bersalah dengan almarhum ayahnya, tidak menjaga ibunya sampai akhir justru menyerahkannya untuk orang yang belum diketahui asal-usulnya.

Serba salah.

Taehyung memang ingin ibunya bahagia. Tapi disisi lain, dia merasa bersalah dan tak berguna untuk ayahnya.

"Sebaiknya elo pulang dan bicara baik-baik ke nyokap elo. Pasti dia akan mengerti" nasihat Jennie.

"Jangan harapa gue akan pulang sekarang"

"Terus? Elo mau kabur gitu?" tanya Jimin tak yakin dengan rencana Taehyung selanjutnya.

"Kalo dia sayang sama gue, pasti dia nggak akan maksa gue untuk meninggalkan kalian"

Taehyung memang terlihat egois dengan keputusannya. Menolak permintaan ibunya atau meninggalkan sahabatnya, tak ada pilihan dalam benaknya.

"Ada saatnya elo harus berkorban untuk mendapatkan yang lebih baik"

"Jadi elo pengen gue pulang dan pindah ke Surabaya?"

"Tae"

"Nggak. Gue nggak akan kembali. Biarkan gue tinggal di tempat elo sementara ini"

Taehyung benar-benar lelah dengan masalah rumut hidupnya. Dan yang dibutuhkannya saat ini hanyalah menenangkan dirinya.

***





"Kak, gue pengen ngomong"

Jennie memegang gagang pintu itu dengan lembut dan membukanya dengan perlahan. Takut sang pemilik ruangan itu terganggu.

Benar saja.

Yoongi sedikit terjingkat dan segera mengakhiri kontaknya dengan pensil di jarinya, menutup buku biru itu dengan cepat.

"Nggak bisa ketuk pintu dulu!" kata Yoongi dingin.

"Ah, sorry" Jennie menutup kembali pintu itu perlahan. Kali ini Jennie harus mengurung semua emosinya untuk menghadapi Yoongi.

"Kenapa?"

"Gini..."

*-*


Vomment juseyo

Brother [Jennie X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang