Anyeoong...
Sorry,
Terlalu fokus sama OUTCAST-BTS jadi lupa update..Next..
Happy reading...
*-*
"Jangan katakan apapun pada Jennie"
"Kenapa? Bukankah dia perlu tau semuanya?"
"Nggak. Jennie nggak perlu tau dan nggak akan memerlukannya lagi. Gue yang akan mengurus Jennie, sekarang atau sepuluh tahun lagi atau...bahkan sampai tua nanti"
***
Bulan mulai menampakkan sinarnya. Jennie berjalan mengenakan celana jeans skinny warna icy blue yang dipadukan dengan kaos putih longgar yang dimasukkan ke dalam celana pada bagian depannya. Sementara tas ransel merah marun kecil bergelayut di pundaknya, sedang tangannya menggandeng kotak motif hati berukuran 20x20 cm. Sedangkan Jungkook mengekor di belakang Jennie mengenakan jeans hitam andalannya dengan kaos putih berbalut jaket denim.
"Beneran kita malam mingguan?" tanya Jungkook yang penasaran dengan Jennie yang tiba-tiba mengajaknya keluar. "Kencan?" tambahnya.
Kencan gundulmu.
"Iya terserah elo. Anggep aja kencan" jawab Jennie yang terus melangkahkan kakinya. Jennie lebih memilih mengiyakan daripada terus mendengarkan ocehan Jungkook.
"Tapi.. Kenapa elo nggak dandan?"
"Bukannya elo yang nyuruh gue nggak dandan lagi?" mengingat Jungkook pernah melarang Jennie untuk berdandan setelah tahu respon dari June.
"Ya.. Setidaknya elo dandan buat acara kencan, buat pacar elo" Jungkook membalikkan pernyataannya.
"Hello... Sejak kapan gue pacaran sama bocah kayak elo?"
"Mmmm... Emang belum sih"
"Ayok" Jennie melihat tujuannya sudah dekat dan menggenggam tangan Jungkook, membawanya berjalan lebih cepat.
*
"Kenapa....kesini? Bukannya kita kencan?"
Bukan bioskop ataupun taman hiburan seperti tempat kencan yang dibayangkan Jungkook. Jennie menarik tangan Jungkook dan berhenti di depan sebuah rumah besar berwarna biru muda.
Tanpa menjawab pertanyaan Jungkook, Jennie menekan tombol bel.Seseorang menyembulkan kepalanya di balik pintu.
"Jen" Taehyung menarik tangan Jennie menjauhi pintu rumah itu.
"Kenapa elo kesini?"
"Gue mau ketemu sama bokap elo"
"Siapa, Tae?" teriak Ayah Taehyung dari dalam.
"Nggak, om" jawab Taehyung. Meski pria itu sudah berstatus menjadi suami mamanya, yang artinya dia telah menjadi ayahnya, tapi Taehyung masih belum bisa dengan sebutan ayah atau papa untuk pria itu.
"Ngapain? Mending elo pulang aja" Taehyung membalikkan tubuh Jennie dan mendorongnya pergi. "Kook, bawa dia pergi dari sini" Taehyung mengisyaratkan Jungkook dengan dagunya.
"Tae," ayah Taehyung membuka pintu, mengecek Taehyung yang terlalu lama di luar saat dirinya mengatakan tak ada urusan apapun.
"Jennie?" katanya saat melihat Jennie berdiri membelakangi Taehyung dan rumah itu."Selamat malam, om" Jennie membalik badan, menyapa ayah Taehyung.
"Tae, Kenapa nggak diajak masuk?"
"Ee.. Dia sudah mau pergi"
"Masuklah. Makanlah sebelum pergi" ayah Taehyung mendekat, menarik tangan Jennie.
***
Jungkook, Taehyung dan ayahnya berada di ruang tamu, membuka kotak yang dibawa Jennie. Sementara ibu Taehyung menyiapkan makan malam dibantu Jennie.
"Kamu bawa kue?" kata ayah Taehyung setelah membuka kotak.
"Saya hanya lewat toko kue dan..." jawab Jennie dari dapur.
"Terimakasih, ini enak" katanya sembari mengunyah sepotong kue yang diikuti Jungkook yang sudah kelaparan, tak sabar menunggu persiapan makan malam.
"Pa, jangan makan kue dulu. Makan malamnya...." tegur istrinya.
"Oh, baiklah" ayah Taehyung menyudahinya. Jungkook mengisyaratkan tangannya pada ayah Taehyung sebelum pria itu menutup kotak kue. Nampaknya ia belum puas dengan sepotong kue di mulutnya.
*
Mereka kini duduk menikmati makan malam mereka. Terasa sangat sepi saat mereka harus fokus pada apa yang ada di hadapan mereka. Jungkook menyendok sesuap besar nasi dengan capjay, sementara Taehyung masih sibuk melihat-lihat menu di atas meja. Sangat hening, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring mereka.
"Jadi...kalian sudah lama bersahabat?" tanya Ayah Taehyung pada Jennie, membuka keheningan.
"Benar. Sejak SMP" Jennie membenarkan.
"Itu bagus. Setidaknya kamu tidak lagi kesepian" katanya setelah meneguk air putih di samping kanannya. "Yoongi juga menjagamu dengan baik. Kalian tumbuh menjadi remaja yang mandiri" tambahnya.
"Ha?" Jennie meletakkan sendoknya, merasa tak enak saat ayah Taehyung menyebut nama kakaknya "Uh, maaf atas perbuatan kasar Kak Yoongi saat itu. Saya rasa dia sedang punya banyak masalah"
"Yah, tentu saja. Masalah, masalah besar" kata ayah Taehyung tak sadar, lirih. "Uh, nggak apa-apa. Aku nggak terluka sedikitpun. Tapi kamu..." ayah Taehyung menatap lengan Jennie, yang dia tahu Jennie mendapatkan luka pada sikunya.
"Saya baik-baik saja" Jennie menunjukkan lengannya. "Yah, hanya...sedikit tergores"
"Maaf" katanya lirih. "Uh, makanlah" katanya kemudian, menyadari pembicaraannya terlalu mengelantur yang mungkin tak ingin dibicarakan Jennie.
"Makanlah, ini enak" mama Taehyung memberikan kepiting rebus untuk Jennie.
"Ah, jangan" ayah Taehyung menahan lengan istrinya sebelum kepiting itu mendarat di piring Jennie. "Makanlah ini kalau kamu nggak pengen dapat masalah dengan kepiting itu" dia memberikan sepotong ayam bumbu kecap di piring Jennie sebagai ganti kepiting rebus.
"Terimakasih" ucap Jennie sembari melahap ayam gorengnya.
"Kenapa?" tanya istrinya.
"Jennie alergi makanan laut" jawab Taehyung.
"Ah, maaf. Makanlah yang banyak"
***
Vomment juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [Jennie X BTS]
FanfictionSaudara laki-laki. Jennie punya banyak saudara laki-laki. Saudara tak harus sedarah bukan? Sahabat dekat yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri, seseorang dari salah satu orangtua yang sama pun juga merupakan saudara. Bahkan anak tetangga yang...