19. Jangan Sentuh

764 81 2
                                    

Anyeong..












Next..











Happy reading..









*-*

"Kak, nggak tidur?"

Kedua pria itu berdiri pada satu ruangan. Bukan. Salah satunya duduk di pinggir ranjang ukuran bukan king size, memegang selimut, siap untuk melaksanakan tugas rutinnya tiap malam. Namun kali ini dia tak yakin bisa melakukannya. Pasalnya, salah satu rekannya masih terjaga di meja belajar dengan pena menari-nari di atas kertas putih bergaris tipis itu.

"Kak Yoon?"

Yoongi tak menjawab pertanyaan Taehyung, mungkin karena terlalu fokus pada apa yang dikerjakannya, untuk itu dia memanggilnya sekali lagi. Dan... Kali ini pun tak ada jawaban dari Yoongi.

"Kalo gitu gue duluan, Kak"

Bahkan sekarangpun.

Taehyung perlahan-lahan berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Taehyung menutup mata setelah melirik sekali lagi pada punggung Yoongi yang berdiri tegak di balik kursi belajarnya.









Klek.





Yoongi menutup buku dan merapikan meja belajarnya. Mematikan lampu belajar dan mulai mendekati Taehyung. Dengan selimut yang sama, Yoongi berbaring di samping Taehyung. Yoongi menarik pelan selimut, membenarkan posisi selimut Taehyung.

"Gue selalu penasaran dengan kalian"





Deg.







Yoongi terkejut, Taehyung menutup mata sedari tadi, dia sudah tidur, pikirnya. Sontak Yoongi membalik badan, memunggungi Taehyung.

"Kenapa Kak Yoongi nggak pernah akur sama Jennie?" Taehyung yang awalnya menatap langit-langit mengalihkan pandangannya pada Yoongi.





"Hah? Sudah tidur?" Taehyung mendapati Yoongi sudah menutup mata.





"Sorry. Goodnight, Kak"

***








"Jangan sentuh barang-barang gue"

Jennie sibuk mengaduk seisi wajan, dia menambahkan sedikit garam disana lalu mengaduknya kembali. Diantara kesibukannya itu, Jennie masih ditambah sibuk dan tak bisa fokus dengan apa yang dikerjakannya. Pasalnya, Taehyung terus saja membuka semua jenis pintu di dapur kecil itu. Pintu kilkas, lemari, laci dan apapun. Taehyung bukan orang yang bisa diam dengan tenang. Tangannya terus bergerak, entah apa yang ia cari.

"Tambahin ini?" Taehyung menunjukkan mayones pada Jennie, berharap bahan yang dipilihnya kali ini -setelah berulang kali ditolak- akan membantu melezatkan masakan Jennie.

Jennie tahu, Taehyung adalah pria aktif yang akan melakukan segala yang ingin dia lakukan. Dan Jennie tahu, Taehyung bukanlah pria dapur meski tangannya cepat berkreasi namun bukanlah kreasi berinovasi jika tangannya menyentuh barang dapur. Setahu Jennie, kreasi dapur terbaik Taehyung adalah makan.

"Nggak nggak. Udah. Biarin gini aja" lagi-lagi Jennie menolaknya. Pasalnya, Taehyung selalu memberikan bahan yang menurutnya nggak masuk akal hanya untuk tiga porsi nasi goreng. Apel, kentang, bubuk balado, selai kacang hampir saja melayang ke masakan pertama Jennie.


"Masih lama? Gue nggak ada waktu" Yoongi mengetuk-ngetuk meja makan dengan sendoknya tanda tak sabar.

Mungkin keajaiban dunia terbaru. Yoongi duduk di meja makan menunggu masakan Jennie. Pemandangan langka, karena mereka tak pernah semeja makan sebelumnya. Namun kali ini, Taehyung menyatukan mereka. Taehyung bukannya menyeret keduanya untuk duduk bersama. Tapi inilah syaratnya.

Atau bisa dibilang hukuman?

Kemarin malam Jennie merengek pada Yoongi, meminta sesuatu, bahkan Jennie tak pernah meminta apapun sebelumnya.

"Gue akan lakuin apapun untuk Kak Yoongi. Tapi ijinin Taehyung tinggal disini, hanya untuk sementara"

Dan hari ini, Jennie melakukannya. Walau hasilnya tak seperti yang Yoongi harapkan.

"Hehe.. Bentar-bentar. Bentar lagi mateng kok"

*

"Kak, cobain deh" Jennie menyuguhkan seporsi nasi goreng ala dirinya untuk Yoongi.

Yoongi mengambil sesendok dan menyuapi mulutnya.

"Hft.. Haruskah gue buka warung nasi goreng" kata Yoongi, mengingat dirinya belum lama ini menikmati nasi goreng buatan Seokjin.

"Gimana?" Jennie berharap nasi goreng pertamanya akan disukai pencicip berbakat ini.

"Kalo boleh gue kasih nama ni nasi goreng, namanya 'Lost My Way'. Rasanya ngalor-ngidul kaya orang ilang" Yoongi meninggalkan meja makan setelah sesuap nasi goreng.

"Gue bilang juga apa, seharusnya tadi ditambahin bahan-bahan gue"

"Jadi ngalor-ngidul-ngetan-ngulon kalo gitu, tambah nggak karuan" Jennie melepas celemek dan berlalu pergi meninggalkan Taehyung bersama nasi goreng hilang arah itu.

*-*









"Jangan sentuh apapun barang milik gue"

"Punya gue juga"

"Tumben jadi kompak gini"

"Demi melawan perompak dari kejahatan kita harus kompak" jawab Jennie yang tak dipedulikan Yoongi yang sudah berjalan di depan.

Yoongi dan Jennie menghilang di balik jalan menikung bersama tas dan juga kelengkapan sekolah lainnya. Taehyung sendirian, kembali memasuki rumah yang bisa dibilang tak besar itu. Tapi cukup besar untuk dua orang.

Taehyung berkeliling, karena bosan tak ada yang bisa dilakukannya.

"Benar-benar tak ada apapun di sini"

Taehyung mengamati setiap sudut rumah itu. Hanya ada jam dinding putih bergantung disana. Sebuah rumah setidaknya memiliki foto keluarga di ruang tengah. Tapi Taehyung tak menemukannya.

"Hanya ini?"

Sebuah foto dari tiga insan yang Taehyung yakini adalah potret masa kecil Jennie dan Yoongi. Jennie di sebelah kiri dan Yoongi di sebelah kanan, sementara di tengah adalah wanita tua yang diyakininya adalah nenek mereka.

Hanya itu, foto yang tergeletak di atas meja yang diapit dua lemari disampingnya. Tak ada foto lain, seperti harapan Taehyung akan menemukan foto keluarga dengan orang tuanya.

"Apa mereka dilahirkan dari seorang nenek?"

Bodoh.

"Apa mereka hanya memiliki seorang nenek?"

"Lalu dimana dia? Dimana orangtuanya?"

*-*

Vomment Juseyo

Brother [Jennie X BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang