Jennie mununduk saat Rose sama Jisoo menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Hah? Lo suka sama Jaewon?" Tanya Jisoo kaget.
"Dan lo ngelakuin hal tadi karena kasian liat Lisa terus ngabain Jaewon?" Kali ini tanya Rose.
Jenni mengangguk. "Iya, gue lakuin itu karena itu semua. Gue kesel sama Lisa karena dia abain Jaewon---tapi gak nyuruh Jaewon buat ninggalin dia. Lisa malah jadian sama cowok yang gak dia suka. Kasian juga kan, Hanbin."
Rose dan Jisoo sama-sama ngangguk. Mereka fikir, apa yang Jennie omongin bener juga.
"Tapi, lo gak harus lakuin hal kayak tadi, Jen. Gimana nanti kalo Lisa marah dan ngejauhin lo?" Tanya Jisoo.
Jennie senyum. "Gapapa, gue masih punya kalian."
Rose meluk Jennie sayang. "Maaf karena selama ini kita gak peka, Jen. Kita gak bisa ngebayangin gimana sakit hatinya lo pas Jaewon deketin Lisa terus di depan kita."
Jennie balik meluk Rose. Jisoo mengikuti.
"Udah biasa kok. Kan udah 6 bulan. Hehe"
Dan Jennie merasa pelukan kedua sahabatnya itu semakin mengerat pada tubuhnya.
Jennie menghela nafas lega.
Untung mereka percaya alasan yang tidak sepenuhnya jujur itu.
***
Jennie berjalan di lorong sekolah dengan melihat jam tangannya. Masih pagi. Semoga Hanbin hari ini sekolah dan sudah ada di kelas.
Jennie ingin tahu keadaan kakak---mantan pacarnya itu. Status mantan yang Jennie gak inginkan.
Ngomong-ngomong, hari ini dia bukan piket kelas.
Maafin Jennie, Bun.
Itu kata yang selalu Jennie gumamkan di tengah perjalanan dari rumah sampai ke gerbang sekolah tadi.
Soalnya, kalo Bundanya tau Jennie mau ketemu Hanbin karena Hanbin kemarin gak sekolah, Bundanya itu pasti sangat khawatir.
Jennie sedikit berlari ketika sudah dekat dengan kelasnya.
"Ih, Hanbin!"
"Hahaha. Iya, iya nih. Buka dong mulutnya Barbie!"
"Gue sendiri aja ah!"
"Gak. Lo kan pacar gue, masa gue lo suapin tapi giliran gue suapin lo, lo nya malah gak mau."
"Pemaksa."
"Gue bingung. Bukannya selama ini lo yang selalu maksa gue, ya?"
Tak
"Aww! Sakit, yang!"
"Rasain tuh!"
"Jahat banget yang namanya Lalisa."
"Diem ah, Bin. Gue makan yaaa nih sushi buatan Bunda gue."
"Iya iya, gak sweet banget ah lo mah. Giliran disuapin gak mau."
"Nyaammm--nyammm----hmmptt----"
"Hahahaha. Akhirnya!"
"Hanbin, ih!!!"
Langkah Jennie terhenti di depan pintu. Cewek itu tersenyum miris.
"Kalo gue jadi lo, gue gak bakal nolak suapan Hanbin, Lis."
Dan setelah bergumam hal tadi, langkah Jennie memundur. Ia berbalik arah dengan air mata menganak sungai di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPOCRITE - HANLIS
Teen FictionJika saja Hanbin jujur dari awal, Lisa tidak akan sekecewa ini. Jika saja Jennie jujur dari awal, Lisa tidak akan merasa sejahat ini. Jika saja Jaewon jujur dari awal, Lisa tidak akan semarah ini. Jika saja mereka jujur dari awal, Lisa tidak akan se...