[44]

3K 364 128
                                    

Lisa senyum manis saat Hanbin menghindari tangannya yang mau nyubit pipi cowok bangir itu.

"Kok ngehindar?"

"Sakit, yang. Pipi gue bukan karet yang lo bisa tarik-tarik kaya tadi."

Dan sedetik kemudian, Lisa ketawa.

"Lo emang bukan karet. Lo kan pacar gue."

Hanbin tersenyum. "Anjir, Lalisa. Lo udah mahir buat ngalusin gue, ya?"

"Hehe"

Lisa lalu ngambil macam-macam buah dari dalam kantong kresek putih yang baru saja dia beli dari toko buah di sebrang Rumah Sakit.

Ngeluarin semua isinya dan mendapat tatapan heran dari Hanbin.

"Jualan, yang?"

"Milih, Bin. Lo mau makan buah apa hari ini? Apel? Peach? Nanas? Strobery? Blueberry? Aprikot? Jeruk mandarin? Plum? Lemon? Limau? Raspberry? Cranberry? Anggur? Atau Limau?"

Hanbin hampir saja tersedak kaget saat ngedenger bermacam-macam buah yang pacarnya itu tawarkan.

"Ogah, ah!"

Lisa melotot. "Hanbinnn!!! Lo itu harus makan makanan yang rendah kalorinya, jadi lo harus makan buah-buahan yang gue bawa ini."

"Ya kali gue harus makan semuanya."

"Ya gak semuanya, sayangkuuu." Lisa berucap dengan nada sebal.

Hanbin bego, ih!

"Lo hanya harus milih salah satu. Dua juga boleh."

Hanbin ngangguk. "Lo aja yang pilihin, cewek pan selalu bener."

"Oke."

Lisa ngeliat macam-macam buah-buahan yang ada di depannya dengan seksama.

Beberapa menit kemudian...

"Gue bingung, Bin. Hehe"

Hanbin rasanya pingin noyor kening cewek di depannya itu sampe Lisa terjungkal ke belakang kalo gak sayang.

Tapi, sayangnya Hanbin sayang sama tuh cewek. -_-

"Lo itu kayak susu bendera, ya." Ujar Hanbin tiba-tiba.

"Ha?"

"Manisnya hingga tetes terakhir."

***

Jaewon memberhentikan motornya di depan gerbang sekolah dan celingukan kesana kemari.

"Anjir. Pake di kunci segala!" Geramnya saat ngeliat gerbang sekolahnya itu di gembok dengan rapih.

Jaewon ngambil handphone nya dan ngehubungi Jennie lagi.

Drrt... Drrt... Drrt...

Pip

"Ha---"

"Jen? Lo dimana? Gerbang di gembok, gue gak bisa nemuin lo di kelas." Ujar Jaewon sambil terus berusaha mencongkel gembok gerbang sekolahnya yang sekeras batu itu.

"Gue ada di belakang lo, Jae."

Jaewon reflex membalikan tubuhnya dan meluk Jennie erat.

"Lo ga papa, kan? Lo nangis kenapa, hah? Cerita sama gue."

"Kenapa? Lo mau ngehajar orang yang udah bikin gue nangis?"

Jaewon ngelepasin pelukannya dan ngangguk. "Gue bakal ngehajar orang udah bikin lo nangis."

"Beneran?"

HYPOCRITE - HANLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang