Lisa menatap Hanbin dalam. "Lo harus operasi, Bin." Ujarnya.
Hanbin berdecih. "Dan manfaatin orang yang gak tau kapan sadar? Lis, gue bukan orang macem itu."
Lisa menggeleng. "Lo gak manfaatin Jaewon, justru Jaewon yang---"
"Emang lo rela kehilangan Jaewon demi dapetin gue terus di samping lo?"
Lisa menatap Hanbin tak mengerti.
Hanbin menghela nafas pelan. "Keadaan Jaewon parah, Lis. Dia gak seperti kata lo yang keadaannya udah stabil."
Lisa melototkan matanya. "Maksud lo apa?"
"Dia belum sadar, kan? Bukan stabil kalo gitu namanya."
"Lo jangan ngeyel dong, Bin. Jangan egois!"
"SIAPA DI SINI YANG EGOIS, HAH?!"
Lisa sedikit tersentak ke belakang saat suara Hanbin meninggi.
Dilihatnya, cowok itu mengusap wajahnya kasar.
"Jangan paksa gue buat operas, Lis. Gue bakal operasi kalo bukan Jaewon orangnya."
Lisa menggeleng. Kalo Hanbin gak operasi dengan ginjal Jaewon, akan lama lagi cowok bangir itu menunggu pendonor yang lain.
"Hanbin---"
"Jangan paksa gue, Lis. Please?"
***
Jennie menatap wajah damai Jaewon dengan sendu.
Dia kira Jaewon sangat benci sama kakaknya. Tapi, ternyata---
Air matanya kembali jatuh.
Digenggamnya tangan pemuda itu lembut. "Makasih, Jae. Lo cepat sembuh, hm?"
Jaewon masih belum sadar. Dokter berkata bahwa mereka harus sabar menunggu. Tapi, Jennie gak tahan lagi liat Jaewon kayak gini.
Ini sama aja dengan membuat luka di hatinya semakin dalam. Semakin sakit.
Jennie menunduk dan menumpukan tangannya pada dagu. Mengecup sesekali tangan Jaewon sayang.
"Kapan sadar, Jae? Gue nunggu lo, kok."
"Meski gue bukan orang yang lo bener-bener sayang." Lanjutnya lirih.
***
Chaerin menepuk lembut pundak Jiyong. "Memang susah jika sudah begini jadinya, Jiyong. Aku salah karena telah membocorkan identitas pendonor pada Hanbin."
Jiyong menggeleng. "Kamu gak salah, Chaerin. Justru kalo Hanbin gak tau siapa pendonornya, anakku itu takkan pernah mau di operasi."
"Tapi, sekarang bahkan dia gak mau di operasi, Jiyong. Biar ku perjelas, keadaannya sudah parah. Aku bahkan sedih saat mengetahui ini. Hanbin gak akan bertahan lebih lama lagi dengan ginjalnya yang sekarang."
Chaerin menggenggam tangan calon suaminya itu dengan erat. Dengan mata memanas, wanita bergelar Dokter itu berkata.
"Aku mohon, buat Hanbin mau operasi, hm? Aku gak mau kehilangan calon anakku. Aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri."
***
Jaewon sadar!
Lisa dengan terburu-buru membuka pintu rawat Jaewon kasar.
Brak
"Hai, Lisa. Kenapa buru-buru?"
Lisa terdiam di tempat.
Jaewon tersenyum. "Rasanya udah lama gak liat kamu. Kamu makin cantik, Lis."
Lisa berjalan ke arah Jaewon. Memeluk cowok itu diiringi sebuah isakan.
"Bodoh!" Gumamnya.
Jaewon tersenyum lebih lebar. Dipeluknya tubuh Lisa erat.
Jaewon rela terus sakit kalo Lisa meluk dia kayak gini.
"Hiks---"
"Eh, jangan nangis, dong."
Lisa menghapus air matanya kasar. "Kenapa bisa celaka?" Tanya cewek itu sambil duduk di kursi yang sudah disediain.
Jaewon terlihat berfikir.
Lisa mendengus. "Cepetan jawab, kek."
Lalu, lelaki itu terkekeh. "Biar bisa donorin ginjal buat cowok yang kamu sayang, Lis."
Deg
Jaewon mengelus surai Lisa lembut. "Di buku pendonor, aku nulis bakalin donorin ginjal kalo aku terluka parah. Bodoh, ya." Ujarnya dengan kekehan ringan.
Lisa menatap Jaewon tak percaya. "Lo emang bodoh! Bego, tolol, terbangsat pokoknya."
"Tapi, ganteng kan?"
Lisa tersenyum. "Percaya diri banget."
Jaewon menghela nafas. "Gimana keadaan cowok kamu?"
"Rancu banget, Jae. Panggil Hanbin aja."
"Iya, gimana keadaan Hanbin?"
Lisa menunduk sedih. "Keadaannya udah parah, Jae. Dan dia gak mau operasi ginjal karena lo belum sadar."
Jaewon terkekeh. "Lebih bego Hanbin kalo gitu."
Lisa melotot.
Jaewon terkekeh lagi. "Kasih tau Hanbin kalo aku udah sadar, sana! Ada yang ingin aku omongin sama dia."
Lisa ngangguk. "Gue kasih tau dulu, ya. Bentar!"
"Hm."
Lisa pergi dari ruangan itu.
Dan air wajah Jaewon berubah.
Lelaki berambut hitam itu tersenyum pedih. "Gue seneng karena pernah jadi bagian dalam hidup lo, Lis. Gue seneng karena gue nanti bakal bisa ngerasain kasih sayang lo di dalam tubuh Hanbin."
***
Hanbin menatap Jaewon dengan tatapan yang sulit diartikan. "Maksud lo apa niat buat donorin ginjal lo?"
"Buat nyelametin lo, lah." Jawab Jaewon.
Hanbin mendengus. "Yakin? Kenapa gue ngerasa kalo lo minta balasan atas apa yang lo lakuin?"
Dahi Jaewon mengerenyit. "Maksudnya?"
"Lo kasih ginjal lo ke gue. Dan nanti, lo minta gue kasih Lisa ke lo, gitu?"
Jaewon terkekeh.
Hanbin menatapnya dengan marah. Apalagi saat ngeliat bibir Jaewon membentuk sebuah seringai.
"Kim Hanbin! You are so smart."
***
-To be continued-
Gamau tau. Harus---
Voment 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPOCRITE - HANLIS
Teen FictionJika saja Hanbin jujur dari awal, Lisa tidak akan sekecewa ini. Jika saja Jennie jujur dari awal, Lisa tidak akan merasa sejahat ini. Jika saja Jaewon jujur dari awal, Lisa tidak akan semarah ini. Jika saja mereka jujur dari awal, Lisa tidak akan se...