Gak ada hal yang lebih menyakitkan dari apa yang sedang Lisa liat saat ini.
Bahkan, saat Ayah dan Bundanya memilih untuk tidak sefaham dan saling berkhianat, Lisa gak ngerasa sesakit ini.
Lisa gak ngebiarin air matanya turun. Gak seperti saat ini.
Lisa gak pernah sesakit ini, hatinya gak pernah ngerasa patah sehancur ini.
Hanbin---memeluk seorang yang sangat Lisa kenal.
Hanbin meluk Jennie. Di hadapannya. Tepat di kedua bola mata basahnya.
Dan Jennie---cewek itu tersenyum senang sambil meluk pacarnya. Pacar Lisa.
Awalnya, Lisa mau nemuin Hanbin di belakang sekolah. Karena cowok bangir itu bilang mau ngasih Lisa sesuatu.
Lisa dengan senang hati berjalan dengan sedikit jinjitan kaki lalu bergoyang ke kanan dan kiri sepanjang perjalanan.
Dengan senyuman lebar di bibir tipis merahnya.
Gak ada yang mandangin Lisa, soalnya masih pagi. Masih pukul setengah 6.
Tapi, pas Lisa sampai di tempat yang Hanbin janjiin, Lisa malah ngerasa ditusuk pake pisau tajam sama jarum sekaligus.
Maksudnya, jadi Hanbin mau ngasih Lisa sesuatu tuh, ini?
Cewek berponi itu berjalan pelan menuju ke arah semak-semak dan menajamkan kedua telinganya.
Lisa gak boleh salah faham, siapa tau mereka ada urusan. Iya, urusan kakak dan adik. Bukan urusan sebagai mantan kekasih.
Semoga saja.
"Makasih ya, Bin."
"Sama-sama, Jen."
"Bin?"
"Hm?"
Lisa mencebik kala Hanbin dengan mudahnya menjawab 'hm' pada Jennie. Masalahnya, Lisa suka 'hm' Hanbin itu hanya untuknya. 😣
"Eum---gue mau ngasih lo sesuatu."
"Apaan?"
"Taraaa!!!"
Dan hening.
Lisa berusaha menajamkan kembali kedua telinganya. Tapi, gak ada suara.
Dengan hati-hati, cewek berponi itu mengintip dari celah-celah semak.
Dan---
Matanya yang sudah basah itu semakin basah.
"Fuck." Gumamnya dengan air mata berlinang.
***
Hanbin tersenyum kecil saat sebuah tangan menutup matanya.
"Lis? Ngapain pake ginian? Mau romantis scene kaya drama korea, ya?"
Tangan itu terlepas. Hanbin membalikan tubuhnya dan ngeliat Jennie lagi menampilkan wajah cemberut.
"Gue bukan Lisa." Ujar cewek berambut coklat bergelombang itu dengan nada kesal.
Hanbin ngegaruk tengkuknya kikuk. "Ngapain disini, Jen?"
"Ga boleh gitu? Ini kan tempat umum." Ujar Jennie lalu duduk di samping kakaknya itu.
"Lo ngapain di sini? Mojok? Sama siapa? Kok sendiri?" Tanya Jennie bertubi-tubi.
Hanbin tanpa sadar terkekeh. "Kepo, nih?"
Jennie menoleh dan memandang Hanbin dengan kesal. "Wajarlah gue kepo---"
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPOCRITE - HANLIS
Teen FictionJika saja Hanbin jujur dari awal, Lisa tidak akan sekecewa ini. Jika saja Jennie jujur dari awal, Lisa tidak akan merasa sejahat ini. Jika saja Jaewon jujur dari awal, Lisa tidak akan semarah ini. Jika saja mereka jujur dari awal, Lisa tidak akan se...