Lisa menumpukan dagunya pada kedua tangan lentiknya saat matanya tak sengaja ngeliat seorang cowok berambut hitam di depannya. Sedang tersenyum padanya.
"Lisa? Kamu kok masih disini? Kenapa belum pulang? Udah malem tau, Lis." Ungkap Jaewon saat lelaki itu berdiri tepat di hadapan Lisa.
Lisa tersenyum kecil. "Ini juga mau pulang." Jawabnya dengan nada pelan.
Berusaha menetralkan detak jantungnya yang selalu saja berdebar setiap kali ucapan peduli itu keluar dari bibir Jaewon.
"Pulang naik apa? Bawa motor enggak?"
Lisa ngangguk. "Lo ngapain di sini, Jae?" Tanya Lisa heran.
Ngapain coba Jaewon malem-malem ke Rumah Hanbin?
"Mau jemput Takdir."
"Ha?"
Lisa terhenyak saat tiba-tiba tangan cowok berambut hitam itu menggenggam tangannya.
"Yuk!"
"Eh? Gue bawa mot---"
"Motor kamu aku yang bawa. Motor aku biar nanti di derek aja."
Lisa tanpa sadar meraba dadanya.
Ya Tuhan!
Please, Jae. Jangan perlakuin gue kayak gini, gue gak mau jatuh lagi disaat gue udah buat promise sama Hanbin.
"Motor kamu yang scoopy ini, kan? Mana sini kunci nya?"
Lisa menggigit bibirnya gugup.
"J-jae?"
"Hm? Mana? Biar aku yang bawa."
Lisa ngelepasin genggaman tangan Jaewon di tangannya. Tersenyum seraya berkata. "Gue bisa pulang sendiri. Thanks ya, udah peduliin gue."
Dan setelah itu, Lisa make helmetnya dan ngelajuin motornya meninggalkan Jaewon.
Dengan mata basah.
Lisa gak bisa deket lagi sama Jaewon kaya dulu. Lisa gak bisa buat ngekhianatin janjinya buat nemenin Hanbin seumur hidupnya.
Lisa---ngerasa selingkuh kalo sama Jaewon.
Lisa ngerasa kalo dia cewek brengsek kalo masih deket sama Jaewon disaat dirinya udah ada Hanbin.
Hanbin udah lebih dari cukup buat Lisa.
Biarlah rasa sayang Lisa pada Jaewon menguap pergi. Karena, Lisa bersyukur karena masih ada cowok yang sayang sama dia disaat dirinya dalam keadaan sekarat.
Lisa gak mungkin rela ninggalin Hanbin disaat cowok itu dalam keadaan akan pergi---atau bertahan.
Matanya terus saja dialiri liquid bening kala itu.
Terisak pelan di tengah ramainya kota Seoul di malam hari.
Berharap bahwa rasa sayangnya pada Hanbin akan tumbuh dengan cepat.
Layaknya pohon yang memiliki batang yang kokoh.
Lisa ingin cintanya pada Hanbin seperti itu.
Tak tergoyahkan meskipun angin kencang bahkan badai menerpa.
Dan tanpa Lisa sadari, malam itu Jaewon ngedatangin Hanbin ke rumahnya.
***
"Hanbin?"
Hanbin yang saat itu lagi ngotak-ngatik hape langsung noleh ke arah Om Youngbae.
"Kenapa Om?"
"Ada temen kamu, namanya Jaewon."
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPOCRITE - HANLIS
Teen FictionJika saja Hanbin jujur dari awal, Lisa tidak akan sekecewa ini. Jika saja Jennie jujur dari awal, Lisa tidak akan merasa sejahat ini. Jika saja Jaewon jujur dari awal, Lisa tidak akan semarah ini. Jika saja mereka jujur dari awal, Lisa tidak akan se...