Jaewon waktu itu berjalan ke arah dapur, berniat untuk mengambil segelas air. Tenggorokannya terasa kering sejak ia dan sang Bunda bersitegang sore tadi.
"Aku bingung, Seunghyun."
Langkah Jaewon terhenti di ujung tangga saat mendengar suara sang Ibu dari ruang tamu.
Melangkah pelan-pelan menuju ke ujung tembok dan berdiri dengan diam di tempat yang ia kira aman itu.
"Jaewon dan Lisa---"
"Aku bahkan sudah tau itu dari jauh-jauh hari, Minah."
Jaewon tersentak. Jadi, Om Seunghyun tau kalau dia---
"Aku gak tega buat misahin mereka." Lirih Minah.
Seunghyun menatap Minah. "Tapi aku tega."
Tangan Jaewon terkepal marah.
"Seunghyun---"
"Tanggal pernikahan kita sudah ditentukan, Minah. Aku bahkan sudah memesan gedung untuk hari pernikahan kita nanti. Hubungan kita bahkan sudah lebih dari 1 tahun. Lebih lama dari waktu Jaewon menyukai Lisa."
Minah menatap Seunghyun dengan sendu.
Ya, mereka memang sudah main api selama 1 tahun.
Dan disaat Minah memutuskan untuk menerima lamaran Seunghyun, Minah malah mendapati bahwa putera tunggalnya sendiri menyukai calon adik tirinya.
"Minah, aku tak mungkin menyerah hanya karena hal itu." Ujar Seunghyun dengan nada yakin.
Minah mengangguk pelan. "Baiklah."
Membuat senyum Seunghyun mengembang. "Terima kasih."
Minah ikut tersenyum. "Ya."
Mengabaikan sorot mata terluka dari seorang pemuda yang tengah berdiri di ujung tembok sana.
Mengabaikan hati buah cintanya dengan suami pertama yang kini telah retak dan memilih untuk egois demi kebahagiaannya sendiri.
Jaewon menunduk dalam kesedihan yang sangat terlihat kentara di wajahnya.
Beginikah akhir dari cintanya untuk Lisa?
Harus seperti inikah cara Jaewon berhenti untuk mengejar cinta gadis cantik itu?
Harus Ibunya kah yang menghancurkan semua angan Jaewon untuk Lisa?
Kenapa?
Kenapa bukan orang lain saja agar Jaewon bisa membalas perlakuan jahat itu?
Kenapa harus wanita cantik yang sangat Jaewon puja sedari kecil itu?
***
Dara menggeleng. "Jennie belum pulang. Jennie bilang, dia lagi ngejenguk temennya yang masuk ke Rumah Sakit."
Hati Lisa mencelos.
Ya Tuhan!
Sorot mata Dara terlihat khawatir. "Memangnya kamu gak ketemu sama Jennie? Tante kira kamu juga ngejenguk temen---"
"Lisa emang udah ngejenguk temen, Tante. Tadi, Jennie juga udah jenguk kok. Lisa kesini karena ada sesuatu yang ingin Lisa sampein ke Jennie, Lisa kira Jennie udah pulang."
"Terus kenapa kamu nangis?"
Mata Lisa kembali berair. Cewek berponi itu kembali teringat akan keadaan antara Hanbin dan Jennie.
"Tante---hiks---"
Lisa memeluk wanita paruh baya itu diselingi sebuah isakan yang menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPOCRITE - HANLIS
Teen FictionJika saja Hanbin jujur dari awal, Lisa tidak akan sekecewa ini. Jika saja Jennie jujur dari awal, Lisa tidak akan merasa sejahat ini. Jika saja Jaewon jujur dari awal, Lisa tidak akan semarah ini. Jika saja mereka jujur dari awal, Lisa tidak akan se...